Kabupaten Ngawi Siaga Satu Banjir
Kamis, 3 Januari 2013 18:45 WIB
Ngawi - Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, berada dalam kondisi siaga satu banjir akibat tingginya debit air Bengawan Solo dan Bengawan Madiun, kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat Eko Heru Cahyono, Kamis.
Ia mengatakan siaga satu banjir yang ditetapkan di Ngawi juga dilakukan menyusul hujan yang terus-menerus turun di daerah hulu seperti Kabupaten Ponorogo dan Kabuapten Madiun.
"Pada Rabu (2/1) menjelang tengah malam, alat pendeteksi dini banjir atau "Early Warning System" (EWS) di Jembatan Purwosari Kecamatan Kwadungan sempat menyala, dari biru ke kuning. Itu artinya ada peningkatan jumlah air yang melewati sungai di bawahnya. Namun beruntung setelah itu turun menjadi kuning yang artinya air surut," ujar Eko.
Menurut dia, bila lampu alat EWS menyala merah bisa dipastikan daerah di sekitar Jembatan Purwosari yaitu sejumlah desa di Kecamatan Kwadungan dan Kecamatan Pangkur telah mengalami banjir.
"Beruntung, hingga saat ini belum ada laporan dari warga yang menyatakan telah terjadinya banjir di wilayah Ngawi," kata Eko Heru.
Ia menjelaskan di Kecamatan Kwadungan setidaknya ada 11 desa yang rawan terjadi banjir. Sedangkan di Kecamatan Pangkur ada empat desa yang rawan banjir. Daerah tersebut tercatat lebih rendah dari daerah lain dan akan menjadi lokasi limpasan air bila terjadi hujan di daerah hulu.
Kondisi ini akan lebih parah bila di Sungai Bengawan Solo juga terjadi peningkatan ketinggian air sebab air tidak akan mengalir ke sungai tapi kembali ke pemukiman penduduk.
"Akibat kondisi tersebut, wilayah Kabupaten Ngawi saat ini kami tetapkan dalam kondisi siaga satu banjir. Terlebih di daerah pinggiran Sungai Bengawan Madiun dan Bengawan Solo. Ketinggian air saat ini di Bengawan Solo dan Bengawan Madiun mencapai sekitar 7,1 meter hingga 7,3 meter," ungkap Eko.
Ia menambahkan, sesuai informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang diterimanya, diprediksi selama beberapa hari ke depsn hujan lebat akan terus turun.
Karena itu pihaknya melakukan sejumlah langkah antisipasi di antaranya menyiapkan perahu karet, tenda evakuasi, lokasi aman untuk evakuasi, hingga sarana telekomunikasi yang bekerja sama dengan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) dan Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) setempat.
"Petugas yang akan melakukan evakuasi juga sudah siap selama 24 jam. Mulai dari satgas, TNI, Polri, hingga relawan. Kami juga terus berkoordinasi dengan perangkat desa yang rawan banjir. Warga juga diimbau untuk waspada terhadap banjir," katanya. (*)