Surabaya, Jatim (ANTARA) - Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jawa Timur turun menjadi 3,88 persen berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2025 dan menjadi penurunan tertinggi di Pulau Jawa.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang berperan aktif dalam memperkuat sektor ketenagakerjaan, mulai dari dunia usaha, akademisi, hingga pemerintah kabupaten/kota.
"Alhamdulillah, penurunan TPT Jawa Timur menjadi yang tertinggi di Pulau Jawa. Ini menunjukkan bahwa ekonomi kita tidak hanya tangguh, tetapi juga inklusif. Capaian ini merupakan hasil kerja bersama seluruh elemen dunia usaha dunia industri serta pelaku UMKM dan masyarakat yang bersinergi menciptakan lapangan kerja produktif dan berkelanjutan," ujarnya dalam keterangannya di Surabaya, Jatim, Rabu.
Selama lima tahun terakhir, Jawa Timur mencatat tren penurunan TPT yang konsisten, dari 5,74 persen pada Agustus 2021 menjadi 3,88 persen pada 2025. Sementara TPT nasional turun dari 6,49 persen menjadi 4,85 persen pada periode yang sama.
"Artinya, percepatan penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur berjalan jauh lebih kuat. Ini mencerminkan daya saing ekonomi daerah yang terus meningkat serta efektivitas kebijakan pemerintah dalam memperkuat sektor ketenagakerjaan," kata Khofifah.
Ia menjelaskan penurunan pengangguran berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang tetap terjaga. Pada Triwulan III 2025, perekonomian Jawa Timur tumbuh 5,22 persen (year-on-year), lebih tinggi dibanding pertumbuhan nasional sebesar 5,04 persen.
Pertumbuhan itu ditopang sektor industri pengolahan, perdagangan, transportasi dan pergudangan, serta pertanian yang masih menjadi penopang utama ekonomi daerah.
Selain itu, realisasi investasi semester I 2025 mencapai Rp74,69 triliun dengan 73.148 proyek dan penyerapan tenaga kerja lebih dari 130 ribu orang. Sektor industri pengolahan, perdagangan, perumahan, dan transportasi menjadi kontributor utama.
Menurut Khofifah, capaian tersebut mencerminkan kepercayaan pelaku usaha terhadap iklim investasi Jawa Timur yang kondusif dan memberikan nilai tambah bagi ekonomi daerah.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga memperluas akses kesempatan kerja melalui berbagai program, seperti Job Fair Inklusif 2025 yang menyediakan 5.589 lowongan dari 67 perusahaan, termasuk bagi penyandang disabilitas.
Selain itu, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi membuka enam paket pelatihan gratis di Unit Pelaksana Teknis Balai Latihan Kerja (UPT BLK) Wonojati Malang untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja lokal.
"Kami terus memperkuat sinergi lintas sektor agar tenaga kerja Jawa Timur makin kompeten, produktif, dan berdaya saing. Dengan begitu, peluang kerja baru dapat terus tumbuh dan kesejahteraan masyarakat meningkat," tegasnya.
Khofifah menambahkan capaian positif ini sejalan dengan semangat "Jatim Tangguh, Terus Bertumbuh" serta filosofi "Jatim Bisa", yakni Jawa Timur yang Berdaya, Inklusif, Sinergi, dan Adaptif.
"Penurunan pengangguran tertinggi di Pulau Jawa ini adalah bukti nyata bahwa sinergi yang dibangun selama ini telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Inilah kekuatan kolektif Jawa Timur yang berdaya, saling menopang, dan terus bertumbuh," katanya.
Ia pun mengajak seluruh pihak untuk menjaga momentum positif ini agar manfaat pertumbuhan ekonomi semakin dirasakan secara merata oleh masyarakat Jawa Timur.
"Keberhasilan ini milik bersama. Dengan kerja keras, kolaborasi, dan inovasi berkelanjutan, insya Allah Jawa Timur akan terus tumbuh menjadi provinsi yang tangguh, kompetitif dan menyejahterakan," katanya.
