Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, merupakan wilayah yang berisiko tinggi terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor serta angin kencang, kata Bupati Bondowoso Abdul Hamid Wahid.

"Bencana alam tidak bisa dihindari, tapi dengan kesiapsiagaan dan disiplin serta kerja sama lintas sektor bisa mengurangi risiko dari dampak bencana," kata Ra Hamid, sapaannya, saat memberikan arahan pada Apel Kesiapsiagaan dan Gelar Peralatan Menghadapi Bencana Hidrometeorologi Tahun 2025 di Bondowoso, Jumat.

Ia menekankan bahwa pentingnya kesiapsiagaan lintas sektor sehingga penanganan bencana alam bisa dilakukan secara cepat dan terkoordinasi.

Pemerintah daerah bersama unsur lainnya mencakup pemerintah, dunia usaha, masyarakat, akademisi dan media, lanjut Bupati Hamid, harus bersinergi dalam memperkuat sistem mitigasi dan tanggap darurat.

Menurutnya, pemetaan wilayah rawan bencana dan edukasi masyarakat hingga simulasi rutin dilaksanakan sebagai langkah penting dalam membangun budaya tangguh bencana di Kota Tapai itu.

"Kami ingin masyarakat tidak hanya jadi korban, tapi juga menjadi bagian dari solusi. Melalui pelatihan dan simulasi, bangun kesadaran dan kesiapan bersama," tutur Bupati Hamid.

Bupati juga apresiasi kepada seluruh pihak yang selama ini aktif terlibat dalam penanggulangan bencana, terutama BPBD, TNI/Polri dan relawan.

"Semangat gotong royong dan solidaritas inilah kekuatan terbesar kita, dan dari sinilah Bondowoso yang tangguh dan peduli terhadap kemanusiaan akan lahir," katanya.

Dalam apel kesiapsiagaan menghadapi bencana itu, diikuti oleh BPBD, TNI, Polri, hingga relawan dan instansi terkait lainnya.

Selain sebagai upaya peningkatan kapasitas SDM, apel ini juga menjadi momentum untuk memeriksa langsung kesiapan peralatan dan logistik kebencanaan.

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Taufik


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2025