Bojonegoro - Puluhan nelayan Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, pada musim kemarau tahun ini berhenti mencari ikan beralih mencari pekerjaan lainnya, dengan alasan bekerja menjadi nelayan sudah tidak lagi menguntungkan. "Banyak nelayan Bengawan Solo yang berhenti mencari ikan kemudian beralih menjadi buruh tani atau mencari buruh kerja di kota, sebab mencari ikan semakin sulit," kata seorang nelayan Bengawan Solo asal Desa Simo, Kecamatan Soko, Tuban Mustopo (60), Kamis. Ia menjelaskan, penghasilan nelayan Bengawan Solo yang dalam mencari ikan dengan cara menjaring, menjala juga dengan cara lainnya maksimal rata-rata Rp40 ribu/hari. Padahal, kata Mustopo yang ditemui di perairan Bengawan Solo di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk penghasilan nelayan Bengawan Solo bisa mencapai Rp200 ribu/hari. "Bahkan, sekarang bisa sama sekali tidak mendapatkan ikan," ujarnya. Menurut Mustopo, nelayan Bengawan Solo biasanya dalam mencari ikan bergerombol bisa dengan memanfaatkan 10 perahu kemudian menjala bersama. "Ada nelayan yang bekerja hanya ketika masuk kemarau, tapi ada juga yang terus menerus bekerja sebagai nelayan baik musim banjir maupun musim kemarau seperti saya ini," jelas Mustopo, mengambarkan. Ia menyebutkan puluhan nelayan di desanya, hanya empat nelayan termasuk dirinya yang pada kemarau tahun ini masih mencari ikan. Selain itu, jelasnya dibenarkan nelayan lainnya asal Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk Didik (25), nelayan Desa Kabalan, Kecamatan Kanor, Bojonegoro sebagian besar juga berhenti mencari ikan di Bengawan Solo dengan alasan yang sama bekerja sebagai nelayan tidak menguntungkan lagi. "Yang jelas populasi ikan Bengawan Solo semakin menyusut sejak beberapa tahun terakhir," kata Mustopo dibenarkan Didik.(*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012