Surabaya - Kebutuhan gedung perkantoran yang memiliki multifungsi (mixed-use) di Kota Surabaya diprediksi meningkat dalam beberapa tahun ke depan, seiring perubahan gaya hidup masyarakat dalam bekerja dan mahalnya harga tanah. Konsultan bisnis dan pakar statistik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kresnayana Yahya di Surabaya, Rabu, mengatakan, perekonomian Surabaya terus berkembang sangat pesat, baik sektor manufaktur, perdagangan maupun jasa. "Ke depan akan semakin banyak bisnis baru yang berkembang dan mendorong bertambahnya jumlah pebisnis. Ini akan menjadi peluang bagi pengembang perkantoran," katanya dalam diskusi "Tren Baru Ruang dan Gaya Hidup Bekerja Para Pebisnis Surabaya". Kresnayana memprediksi sektor perdagangan dan jasa di Surabaya akan tumbuh hingga dua kali lipat dalam waktu tiga hingga lima tahun ke depan. "Saat ini sekitar 60 persen dari total uang yang beredar di Jatim ada di Surabaya dan PDRB-nya (Produk Domestik Regional Bruto) mencapai 30 persen dari Jatim," ujarnya. Ia mengemukakan, penambahan sejumlah fasilitas pendukung seperti pelabuhan laut dan bandar udara akan menentukan proses pengembangan usaha di Surabaya. Terkait gedung perkantoran, Kresnayana mengakui bahwa tren ke depan akan mengarah pada bangunan vertikal dan saling terintegrasi atau multifungsi, serta didukung sarana teknologi untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup. Wakil Presdir & COO PT Intiland Development Tbk Sinarto Dharmawan dalam diskusi itu mengemukakan, ada perubahan besar dalam gaya hidup masyarakat atau kalangan pebisnis sekarang dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Pada era modern seperti sekarang, lanjut Sinarto, orang tidak lagi bekerja sesuai jam kerja kantoran, tetapi bisa hingga larut malam dan membutuhkan dukungan sarana memadai. Menurut dia, tren gedung perkantoran masa depan setidaknya harus memenuhi tujuh kriteria, yakni memiliki sistem informasi, ramah lingkungan, faktor keamanan dan keselamatan. Selain itu, mampu mendukung merek perusahaan, nyaman, serta sarana telekomunikasi yang menunjang kolaborasi kerja. "Dulu kalau ingin membangun gedung dengan kriteria seperti itu akan dipertanyakan. Namun, sekarang konsep gedung 'mono-use' sudah bukan zamannya lagi," kata Sinarto. Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di sektor properti, tambah Sinarto, Intiland sejak beberapa tahun lalu terus melakukan inovasi dalam membangun konsep hunian, kawasan industri maupun gedung perkantoran. Pembicara lain yang hadir dalam diskusi tersebut adalah pakar arsitektur Universitas Kristen Petra Surabaya Ir Benny Poerbantanoe, pebisnis waralaba air minum "Biru" Yance Wongso, dan pendiri lembaga konsultan Formula Bisnis Indonesia (FBI) Hendro Mulia. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012