Bojonegoro - Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan kemampuan pemerintah dalam mengembangkan lahan pertanian guna menunjang ketahanan pangan cukup terbatas sehingga perlu upaya lain secara simultan. "Perlu ada berbagai usaha untuk meningkatkan produktivtias pertanian. Salah satunya menyediakan kebutuhan air irigasi pertanian melalui bendung gerak," katanya ketika meresmikan bendung gerak Bengawan Solo di Bojonegoro, Rabu. Hatta Rajasa didampingi perwakilan Pemerintah Jepang, Taka, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Muhammad Hasan, Wakil Gubernur Jatim Syaifullah Yusuf dan Bupati Bojonegoro Suyoto. Ia menjelaskan, Pulau Jawa sudah tidak lagi surplus air tapi sudah mengarah kepada defisit air, karena meningkatnya kebutuhan air untuk rumah tangga, industri dan lainnya. Selain itu, menurut dia, karena rusaknya hutan di daerah tangkapan air di seluruh sungai yang ada. Oleh karena itu, lanjutnya, masyarakat harus ikut menjaga keberadaan sungai agar tidak rusak seperti terjadi sedimentasi. Menurut dia, keberadaan bendung gerak Bengawan Solo akan memperluas cakupan sawah yang bisa terairi air irigasi sehingga bisa panen tiga kali. "Usaha lainnya, dengan beralih tidak hanya beras, tapi bisa jagung atau ubi-ubian, sebagai makanan pokok," katanya menjelaskan. Menurut dia, Pemerintah, sebagai usaha mempertahankan pangan juga menyediakan anggaran sebesar Rp40 triliun pada 2012. Dana itu, akan dimanfaatkan untuk penyediaan kebutuhan pupuk, benih dan lainnya. Selain itu, pemerintah juga menyediakan dana cadangan sebesar Rp3 triliun untuk membantu petani yang gagal panen akibat bencana. "Dengan adanya dana cadangan itu, petani yang tanaman padinya puso, bisa menanam padi kembali," katanya. Balai Besar Bengawan Solo (BBBS) di Solo, di daerah hilir Jatim, telah membangun bendung gerak Bengawan Solo di Babat, Lamongan, yang rampung pengerjaannya pada 2004. Pembangunan bendung gerak Bojonegoro yang berlokasi di Desa Padang, Kecamatan Trucuk dan Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, dimulai Desember 2008 dan rampung 2012. Pembangunan bendung gerak yang menelan dana Rp402 miliar dari bank dunia itu, merupakan tampungan (long storage) untuk penyediaan air baku sekitar 13 juta meter kubik. Air tampungan itu, dimanfaatkan irigasi pertanian seluas 4.531 hektare di Kabupaten Bojonegoro dan seluas 665 hektare di Kabupaten Blora, Provinsi Jateng. Selain itu, dialokasikan juga untuk penyediaan air domestik dan industri di Bojonegoro sebesar 0,161 meter kubik per detik Blora 0,118 meter kubik per detik dan industri minyak Blok Cepu 0,8 meter kubik per detik. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012