Menumbuhkan kesadaran? Memangnya selama ini kita tidak sadar? Begitulah pertanyaan umum ketika kita berbicara tentang kesadaran.
Diksi kesadaran berasal dari lema sadar yang mendapat awalan "ke" dan akhiran "an", memang memantik pikiran siapapun untuk menyelami kembali pemahaman mengenai kenyataan atau fakta yang selama ini selalu disematkan pada sesuatu yang tampaknya tampak di hadapan indra penglihatan.
Sesuatu yang tidak tampak kita anggap sebagai sesuatu yang bukan kenyataan.
Karena kesadaran bahwa fakta itu adalah sesuatu yang tampak, maka sistem berpikir kolektif kita selalu melihat keluar dan menggunakan pola berpikir linier untuk menyelesaikan semua persoalan, khususnya di kenyataan sosial, termasuk di keluarga.
Padahal, sesungguhnya, segala sesuatu yang tampak ini adalah peragaan dari kenyataan sesungguhnya dari yang tidak tampak itu. Sesuatu yang tampaknya tampak, sejatinya adalah cerminan dari fakta sesungguhnya yang di dalam diri.
Dalam Ilmu Kesadaran yang diampu oleh Bang Aswar, untuk mengubah sesuatu yang tampak itu, seseorang harus memiliki pengetahuan mengenai pendasaran diri. Dari sesuatu yang tampak bisa menjadi bahan evaluasi mengenai kualitas pendasaran diri.
Jika yang tampak itu membawa seseorang pada penderitaan, maka dapat dipastikan bahwa pendasaran dirinya lebih dominan ditumpukan pada orang.
Sementara ketika pendasaran diri ditumpukan pada yang Aku, maka kehidupan yang tampaknya tampak bisa dipastikan adalah sesuatu yang membawa kebahagiaan, kerberlimpahan, dan lainnya.
Dalam konteks inilah kesadaran menemukan arenanya untuk dipelajari dan diselami, kemudian ditumbuhkan. Generasi muda dan siapapun sudah selayaknya belajar dan mulai menyelam ke kedalaman diri untuk menggali potensi tak terbatas yang bersemayam di dalam diri.
Pada ulang tahun ke-3 Komunitas Ngopi Bareng Universal Kota Probolinggo, Jawa Timur, yang digelar pada Minggu, 15 Desember 2024, Bang Aswar menegaskan bahwa tema "Kesadaran ditumbuhkan, peradaban dibangun" dari kegiatan itu sudah sangat tepat.
Kata menumbuhkan sudah sangat dikenali oleh masyarakat karena setidaknya setiap orang pernah melihat transformasi pertumbuhan dari biji menjadi batang, kemudian menjadi dahan, daun, dan buah.
Semua persoalan yang dihadapi bangsa kita saat sebetulnya bisa diurai, kemudian ditransformasikan menuju kesejahteraan bersama lewat pemahaman bahwa setiap diri memiliki kekuatan dari dalam dan harus ditumbuhkan dari dimensi konteks kesadaran diri.
Masalah kemiskinan, pengangguran, termasuk tindak kriminalitas telah menunjukkan bahwa pengabaian terhadap potensi kekuatan di dalam diri tidak bisa menyelesaikan persoalan secara komprehensif.
Menyelesaikan persoalan dengan selalu melihat keluar telah membuktikan tidak banyak membawa perubahan apapun. Menumbuhkan kesadaran adalah jalan terbaik untuk menambah kekuatan dari dalam, yang pada setiap diri telah dibekali kekuatan itu oleh Allah.
Kekuatan dari dalam itu, selama ini diabadikan karena cara pandang kolektif masih bertumpu pada yang di luar.
Menumbuhkan kekuatan dari dalam yang berpijak pada pendasaran diri tidak memerlukan dukungan apapun dari luar, termasuk dana. Hanya saja kesadaran akan kekuatan dari dalam ini memang perlu ditumbuhkan bersama-sama, sehingga memiliki dampak besar dalam upaya bersama untuk membangun peradaban besar.
Komunitas Ngopi Bareng Universal yang kini telah menjadi yayasan memiliki peluang besar untuk menjadi gerakan bersama karena bukan hanya menjangkau wilayah Kota Probolinggo, melainkan seluruh Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri, yakni Malaysia.
Gerakan pembelajaran untuk menumbuhkan kesadaran kolektif ini akan menjadi benih unggul yang bijinya akan menyebar sebagai benih peradaban dari Probolinggo untuk Indonesia, bahkan untuk dunia.
Ngopi Bareng menjadi wadah untuk membersamai siapapun yang memerlukan pendampingan dalam ikhtiar untuk menggali dan menumbuhkan kekuatan dari dalam.
Kelak, dahan dan ranting dari komunitas ini menjadi penaung bagi mereka yang memerlukan tempat berteduh. Buahnya akan menjadi penguat energi bagi mereka yang akan berbuat membangun peradaban bangsa besar ini kembali jaya.
Guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Prof Ridho Bayuaji, ST, MT, PhD yang telah lama belajar Ilmu Kesadaran dan kini menjadi salah satu mentor, menyatakan bahagia mendapati kegiatan Komunitas Ngopi Bareng Universal yang dihadiri sejumlah pejabat dari dinas pendidikan, kecamatan, bahkan juga sejumlah siswa di lingkungan Madrasah Aliyah (MAN) 1 Kota Probolinggo.
Generasi muda memang harus menyiapkan diri untuk berkiprah dalam ajang yang lebih luas di berbagai bidang kehidupan. Kaum muda tidak bisa hanya distigma dengan generasi yang lemah atau generasi strawberi karena sesungguhnya di dalam setiap manusia ada potensi tidak terbatas yang selama ini memang digali.
Kehadiran pejabat pemerintah di dalam kegiatan itu juga diharapkan dapat menjembatani program pemerintah yang selama ini berorientasi ke luar dengan penggalian potensi diri yang bersumber dari pendasaran diri yang kuat pada sumber diri.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024