Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP) Kementerian Pertanian Andi Nur Alam Syah turun langsung ke lapangan memberikan solusi mengatasi irigasi atau sistem pengairan sawah di wilayah Kabupaten Gresik, Jawa Timur guna meningkatkan produksi pertanian.

"Hari ini kami di Desa Padang Bandung, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik. Masalah utama daerah ini adalah masa tanam yang hanya sekali setahun, padahal sumber air dari Bengawan Solo cukup besar," kata Andi dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

Ia menyampaikan bahwa pihaknya menemukan saluran irigasi di daerah itu memerlukan normalisasi dan perbaikan pada pintu air Sungai Bengawan Solo, yang menjadi sumber utama air di daerah tersebut.

”Hari ini kami bersama tim dari Kementan, Dinas Pertanian (Gresik), juga BBWS ( Balai Besar Wilayah Sungai) bersama mencari solusi agar air dapat mengalir ke lahan pertanian," ujarnya.

Ia menyebutkan, hamparan sawah di wilayah Kabupaten Gresik terdapat sekitar 1.000 hektare terancam kekeringan yang berada di tiga kecamatan, salah satunya di Kecamatan Dukun.

”Maka aktivitas hari ini insya Allah bisa menyelamatkan 1.000 hektare untuk kita tanami 2-3 hari ke depan,” ungkap Andi.

Dia menuturkan bahwa pihaknya mengusulkan pemasangan listrik sebagai alternatif untuk pompa solar yang sudah ada.

Solusi itu diharapkan dapat memperbaiki kinerja sistem irigasi dan memungkinkan pengairan hingga sekitar 1.000 hektare lahan yang mencakup tiga kecamatan di sekitarnya.

"Pompa sudah ada sementara kita siapkan pipanisasi untuk gravitasi air dari sungai. Untuk memastikan ketersediaan air yang cukup dan biaya efisien untuk 1.000 hektare lahan, kami menyarankan pemasangan listrik," ujar Andi.

Dengan solusi ini, Andi optimistis dapat meningkatkan frekuensi tanam dari satu kali menjadi tiga kali dalam setahun. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan produksi gabah kering panen (GKP) hingga 6,4 ton per hektare.

Pemasangan listrik juga diharapkan mampu meningkatkan keandalan pompa, memastikan ketersediaan air sepanjang tahun, dan mengatasi kendala pengairan tadah hujan yang selama ini menjadi tantangan utama bagi para petani di desa tersebut.

"Dengan bantuan ini, para petani bisa meningkatkan frekuensi tanam dari satu kali menjadi tiga kali setahun, dengan produksi gabah kering panen mencapai 6,4 ton per hektare," kata Andi.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa program pompa merupakan langkah cepat pemerintah dalam meningkatkan produksi nasional di tengah tantangan cuaca ekstrem El Nino.

Menurut Mentan, kekeringan tahun ini memiliki dampak signifikan pada sektor pertanian, terutama dalam penurunan produksi pangan.

"Pompa menjadi solusi cepat untuk menghadapi El Nino karena dapat membantu petani menanam dan berproduksi secara lebih cepat dan maksimal. Artinya, dari yang sebelumnya hanya bisa satu kali tanam, kini bisa menjadi tiga kali dalam satu tahun," kata Mentan.

Pewarta: Muhammad Harianto

Editor : Vicki Febrianto


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024