Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Wahyu Dhyatmika mendorong para pengusaha media massa untuk terus berinovasi mengembangkan model bisnis baru yang sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi saat ini apabila ingin terus eksis di tengah publik.
"Pengusaha media massa harus sadar, kalau ingin terus eksis maka bangun bisnisnya sehat dulu baru membuat produksi berita. Zaman sekarang gimana mau bikin berita kalau untuk membiayai produksinya masih kebingungan sumbernya," katanya di Surabaya, Sabtu.
Ia menjelaskan, model bisnis media saat ini sangat banyak, ada yang menggunakan jalur media sosial karena pengikutnya besar sehingga mendapat iklan banyak. Selain itu, ada yang juga yang menggeluti dunia event organizer (EO), termasuk berbisnis juga sebagai konsultan media atau konsultan public relation.
Model bisnis baru tersebut, dilakukan pengusaha media untuk menjalankan bisnisnya dan pada akhirnya mampu menopang biaya produksi pemberitaan dengan produk berita sehat, berkualitas, dan dibutuhkan oleh pembaca.
"Konsepnya kita cari uang dulu, baru membuat berita, jangan membuat berita untuk cari uang. Sehingga pengusaha media massa memiliki kekuatan finansial yang menopang biaya produksinya," jelasnya.
Dalam kegiatan Konferensi Wilayah AMSI Provinsi Jawa Timur Tahun 2024 dengan tema Penguatan Ekosistem Bisnis Media Siber, ia juga mengingatkan kepada para pelaku media massa hendaknya dapat memetakan betul nilai sebuah produk yang dibuat.
"Kita harus tau pembaca berita siapa, rata-rata profesinya apa, bahkan kalau bisa lebih detail bagus lagi. Misalnya usia berapa saja, sukanya informasi yang seperti apa dan hal-hal lainnya. Itu sebagai pemetaan dalam membangun bisnis media yang kita jalankan untuk semakin eksis," ungkapnya.
Ia mengungkapkan AMSI harus berperan agar profesi jurnalistik dan pengusaha media massa harus tetap eksis, sebab produksi yang dibuat itu adalah informasi yang terkonfirmasi, terverifikasi, dan aktual.
Informasi jurnalistik itu lebih akurat dan isu yang diangkat dapat dipertanggungjawabkan dan betul-betul dibutuhkan oleh publik.
"Perputaran uang iklan atau advetorial di Indonesia mencapai Rp260 triliun per tahun, jadi kalau media massa tidak bisa hidup berarti ada sesuatu yang salah dalam manajemen bisnisnya," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024