Pemerintah Kota Kediri mengungkapkan bahwa sekolah peduli inflasi sengaja dibuat agar anak paham tentang komoditas yang menyumbang inflasi.

Penjabat Wali Kota Kediri Zanariah menjelaskan target dari sekolah peduli inflasi ini anak-anak paham mengenai inflasi. Selain itu anak-anak mengerti jenis-jenis komoditas pangan, terutama yang menjadi penyumbang inflasi.

"Masih ada anak yang tidak tahu mana cabai rawit, cabai keriting dan cabai besar. Makanya dengan mereka menanam ini mereka jadi paham. Selain itu anak-anak lebih menghargai pangan tidak lagi menyisakan makanan," ujarnya di Kediri, Rabu.

Ia mengapresiasi langkah yang dilakukan SMPN 4 Kota Kediri. Di sekolah anak-anak diajarkan menanam tanaman produktif.

Kepala Sekolah SMPN 4 Kota Kediri Yayuk Cahyaningsih mengatakan melalui program sekolah peduli inflasi, para pelajar menjadi paham bagaimana mengendalikan inflasi.

Ia mengatakan, para pelajar juga mengerti bahwa ruang sekecil apapun dapat dimanfaatkan untuk urban farming.

"Tugas ke depan untuk siswa harus menanam satu tanaman di rumah yang berproduksi. Nanti dilaporkan perkembangannya akan kami nilai. Jadi tidak hanya di sekolah di rumah pun mereka juga menanam," ujarnya.

Yayuk mengatakan, di SMPN 4 Kota Kediri telah masuk kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema 'Hidup Berkelanjutan'. Lahan di belakang sekolah pun dipergunakan dengan tepat untuk menanam tanaman produksi. Bahkan sudah pernah panen raya dan hasilnya dimanfaatkan oleh siswa-siswi.

"Lahan yang luasnya kurang lebih 1 hektare kami bagi. Ada yang dikerjakan anak kelas VII ada juga kelas VIII dengan jadwal dan jenis tanaman yang berbeda. Mereka juga ada praktik kewirausahaan," kata dia.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kediri Choirur Rofiq mengatakan tujuan dari sekolah peduli inflasi ini memang salah satunya agar anak-anak paham memanfaatkan lahan terbatas.

Dirinya mencontohkan seperti di sekolah, lahan terbatas pun bisa ditanami dengan tanaman yang menjadi sumber inflasi yang sebenarnya dibutuhkan sehari-hari, seperti tomat, cabai rawit, dan cabai merah.

"Sehingga harapannya mereka tidak menanam di sekolah saja, tapi bisa di rumah sehingga kebutuhan bisa dipenuhi rumah tangga sendiri," tutur Choirur Rofiq.

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024