Negara Irak memiliki banyak tokoh ulama sufi yang memengaruhi peradaban Islam dunia, salah satunya adalah Assayyid Assyekh Imam  Junaid Al-Baghdadi.

Merupakan seorang tokoh sufi yang banyak diteladani di dunia tasawuf dan dikenal sebagai pemimpin kaum sufi abad ke-3 Hijriah. 

Selama muhibah ke Kota Baghdad, Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa menyempatkan berziarah ke makam tokoh sufi termasyhur setelah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang akrab dikenal sebagai Assayyid As Syekh Imam Junaid Al Baghdadi.

Terletak di kawasan Alawi Baghdad, kompleks makam Syekh Junaid Al Baghdadi menjadi satu kesatuan dengan makam Imam Sarri As Saqathi, yang tak lain adalah paman dan guru dari Syekh Junaid Al Baghdadi.

Bersama rombongan, kedatangan Khofifah disambut hangat pemangku masjid dan  makam. Bahkan, Khofifah secara khusus mendapatkan selendang kiswah Syekh Junaid Al Baghdadi dari pemangku makam Imam Junaid Al Baghdadi, yaitu Syekh Cholil Ibrahim.

"Alhamdulillah semoga selendang kiswah ini menjadi semangat bagi kami untuk terus menyemai ajaran Islam yang mengedepankan tawasuth (moderasi) sebagaimana yang selalu dilakukan oleh Syekh Imam Junaid Al Baghdadi," kata Khofifah.

Muhibah ke Baghdad menjadi rangkaian ziarah ulama dan para tokoh sufi tersohor dunia, salah satunya berkesempatan bertawassul di makam Syekh Imam Junaid Al Baghdadi.

"Beliau adalah ahli tasawuf dan fiqih yang mengedepankan tawasuth (moderasi) dalam setiap ajarannya. Ajaran tasawuf beliau menjadi panutan warga dunia khususnya sebagian besar bangsa Indonesia khususnya dari kalangan NU," ujarnya.

Syekh Imam Junaid Al Baghdadi memiliki nama lengkap Abu Al Qasim Al Juanid bin Muhammad Al Khazzaz Al Qawariri As Sujj An Nahawandi. Ia lahir pada tahun 210 H di Baghdad dan wafat juga di daerah tersebut pada tahun 298 H.

Imam Junaid Al-Baghdadi lahir dari keturunan bangsa Persia yang sudah lama menetap di Baghdad. Keluarganya berasal dari Nahawand yang terletak di Provinsi Jibal Persia.

Semasa hidupnya, Syekh Imam Junaid Al-Baghdadi adalah seorang pedagang sutra. Ia mendapat julukan Al Khazzaz yang artinya "Pedagang sutra kasar."

Beliau ditinggal wafat sang ayah ketika masih remaja sehingga kemudian dirawat oleh pamannya dari garis ibu, yaitu As Saqati, yang kemudian juga menjadi guru utamanya.

Di bawah bimbingan pamannya, Junaid Al-Baghdadi muda mendapatkan pelajaran mengenai ilmu-ilmu Islam. Mula-mula ia belajar mengenai fikih dan hadits. Kemudian dengan ketertarikan pada ilmu tasawuf yang tinggi, lalu memperoleh pengetahuan tentang tasawuf dan menjadi seorang sufi andal.

Dalam perspektif Junaid Al-Baghdadi, tasawuf adalah keluar dari setiap akhlak tercela dan masuk kepada setiap akhlak yang mulia.

"Pandangan tasawuf Junaid Al-Baghdadi yang cukup terkenal adalah beliau pernah berkata, 'Kita tidak mengambil tasawuf dengan banyak berbicara. Kita mengambil tasawuf dengan banyak lapar (puasa), bangun malam, dan meninggalkan segala kenikmatan-kenikmatan',’" kata Khofifah.

Menurutnya Junaid Al-Baghdadi, tasawuf itu mengandung beberapa sepuluh pokok ajaran, di antaranya tidak memperbanyak benda-benda duniawi dan malah menguranginya, semisal harta.

Lebih mengutamakan untuk berserah diri kepada Allah SWT, kemudian juga mengerjakan segala hal yang disunahkan karena cinta kepada ketaatan.

Ajaran tasawuf mengutamakan sabar dari kehilangan dunia dengan tidak mengeluh dan meminta-minta, memilih-milih sesuatu ketika hendak mengambil atau mengerjakannya, banyak melakukan dzikir khafyy dan melakukan segala perbuatan dengan ikhlas hanya karena Allah SWT.

Secara khusus, Khofifah mengajak umat Islam di Indonesia turut meneladani ajaran Syekh Imam Junaid Al Baghdadi, terutama dalam memandang urusan-urusan ukhrowi yang jauh mengalahkan urusan duniawi.

Pewarta: Hanif Nasrullah

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024