Bojonegoro - Pengendalian banjir luapan Bengawan Solo di hilir, Jatim, mulai Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik, mengandalkan sudetan di Plangwot, Lamongan, menuju laut Jawa yang mampu memotong puncak banjir sebesar 640 meter kubik/detik. "Satu-satunya prasarana pengendali banjir yang mampu meredam banjir luapan Bengawan Solo, di daerah hilir Jatim, hanya sudetan Plangwot, selain tanggul kanan dan kiri Bengawan Solo yang sudah ada, " kata Kasi Operasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Hirnowo, Kamis. Ia menjelaskan, kondisi sudetan di Plangwot tersebut, sekarang ini, cukup bagus mampu berfungsi optimal mengalirkan debit banjir Bengawan Solo sebesar 640 meter kubik/detik. Hanya saja, dalam mengoperasionalkan sudetan sepanjang 13,6 kilometer itu, tetap melalui standar operasional. Menurut dia, pintu masuknya air ke arah sudetan, dibuka kalau ketinggian air banjir di pos pantau Laren, Lamongan, airnya setinggi empat meter. Sebaliknya, kalau ketinggian air Bengawan Solo dibawah empat meter, pintu sudetan ditutup, dan air tetap mengalir melalui sungai utama, ke arah laut. Keberadaan sudetan, jelasnya, sangat penting, karena mampu meredam dan mempercepat proses surutnya air banjir di daerah hilir Jatim. Sebab, dengan debit banjir yang besarnya mencapai 3.000 meter kubik/detik lebih, bisa dipotong di alihkan melalui sudetan, sebesar 640 meter kubik/detik. Sebelum itu, katanya, banjir yang terjadi di Bojonegoro, Tuban dan sekitarnya, bisa berlangsung selama sepekan. Setelah dibangun sudetan, pada 2.000 lalu, genangan banjir yang terjadi bisa berkurang hanya tiga hari. Namun, lanjutnya, kalau sudetan tidak berfungsi optimal atau tidak berfungsi sama sekali, akibat terganggu sedimen, banjir yang terjadi bisa berlarut-larut. "Seperti banjir besar awal 2008, sudetan tidak berfungsi, sehingga banjir berlangsung dengan waktu lama, " katanya, menjelaskan. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011