Pemerintah Kota Mojokerto menganggarkan Rp98,2 miliar guna menangani permasalahan stunting di kota setempat pada tahun 2024.
"Saya pikir kita pasti bisa menyelesaikan permasalahan ini, asalkan dilakukan secara masif, spesifik, sensitif, koordinatif, dan bersifat sapu jagat. Hampir semua OPD kita libatkan," kata Pj Wali Kota Mojokerto Ali Kuncoro di Mojokerto, Senin.
Pihaknya berkomitmen untuk menekan stunting, salah satunya melalui kegiatan Rembuk Stunting Kota Mojokerto Tahun 2024 dalam rangka menyiapkan generasi emas tahun 2045 di Pendapa Rumah Rakyat Kota Mojokerto.
"Ini adalah salah satu ikhtiar kita untuk mempersiapkan generasi emas di tahun 2045. Ini menjadi tanggung jawab semua elemen strategis yang ada di Kota Mojokerto, harus gerakan yang harmonis partnership multihelix, baik pemerintah, TNI-Polri, pengusaha, media, akademisi semua harus kita libatkan," kata Ali Kuncoro.
Berdasarkan hasil Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM), katanya, prevalansi stunting di Kota Mojokerto menunjukkan penurunan selama empat tahun terakhir, yakni 9,04 persen pada tahun 2019, lalu 7,71 persen di tahun 2020, kemudian 4,84 persen di tahun 2021, lalu 3,12 persen di tahun 2022, dan menjadi 2,04 persen di tahun 2023.
"Per akhir tahun 2023 angka stunting masih di angka 2,04 atau setara 122 balita stunting, ini dari total balita di Kota Mojokerto sebanyak 6.145 balita. Dan Alhamdulillah pada Februari tahun ini sudah terjadi penurunan yang cukup signifikan, sehingga data terakhir tekoreksi di angka 2 persen atau 117 balita," katanya.
Pada tahun 2023, Kota Mojokerto mendapat predikat "Kota Terinovatif" yang menjadi indikator penilaian utama adalah inovasi terkait pencegahan stunting, yakni inovasi Canting Gula Mojo (Cegah Stunting, Gerak Unggul Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto) dan Gempa Genting (Segenggam Sampah Gawe Stunting).
"Ini sesuatu yang luar biasa dan ini diapresiasi oleh Kemendagri, sehingga Kota Mojokerto mendapat predikat Kota Terinovatif se-Indonesia," katanya.
Pria yang akrab disapa Mas Pj itu menyampaikan hingga saat ini Pemkot Mojokerto terus berkomitmen dan bekerja keras untuk mewujudkan Kota Mojokerto Zero New Stunting di tahun 2024.
"Kita tadi sudah melakukan penandatanganan komitmen bersama dan berikrar bahwa tahun 2024 Kota Mojokerto harus menjadi kota yang Zero New Stunting. Saat ini kita terus bekerja keras bagaimana angka stunting yang masih ada ini terus kita intervensi sehingga semakin berkurang," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Saya pikir kita pasti bisa menyelesaikan permasalahan ini, asalkan dilakukan secara masif, spesifik, sensitif, koordinatif, dan bersifat sapu jagat. Hampir semua OPD kita libatkan," kata Pj Wali Kota Mojokerto Ali Kuncoro di Mojokerto, Senin.
Pihaknya berkomitmen untuk menekan stunting, salah satunya melalui kegiatan Rembuk Stunting Kota Mojokerto Tahun 2024 dalam rangka menyiapkan generasi emas tahun 2045 di Pendapa Rumah Rakyat Kota Mojokerto.
"Ini adalah salah satu ikhtiar kita untuk mempersiapkan generasi emas di tahun 2045. Ini menjadi tanggung jawab semua elemen strategis yang ada di Kota Mojokerto, harus gerakan yang harmonis partnership multihelix, baik pemerintah, TNI-Polri, pengusaha, media, akademisi semua harus kita libatkan," kata Ali Kuncoro.
Berdasarkan hasil Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM), katanya, prevalansi stunting di Kota Mojokerto menunjukkan penurunan selama empat tahun terakhir, yakni 9,04 persen pada tahun 2019, lalu 7,71 persen di tahun 2020, kemudian 4,84 persen di tahun 2021, lalu 3,12 persen di tahun 2022, dan menjadi 2,04 persen di tahun 2023.
"Per akhir tahun 2023 angka stunting masih di angka 2,04 atau setara 122 balita stunting, ini dari total balita di Kota Mojokerto sebanyak 6.145 balita. Dan Alhamdulillah pada Februari tahun ini sudah terjadi penurunan yang cukup signifikan, sehingga data terakhir tekoreksi di angka 2 persen atau 117 balita," katanya.
Pada tahun 2023, Kota Mojokerto mendapat predikat "Kota Terinovatif" yang menjadi indikator penilaian utama adalah inovasi terkait pencegahan stunting, yakni inovasi Canting Gula Mojo (Cegah Stunting, Gerak Unggul Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto) dan Gempa Genting (Segenggam Sampah Gawe Stunting).
"Ini sesuatu yang luar biasa dan ini diapresiasi oleh Kemendagri, sehingga Kota Mojokerto mendapat predikat Kota Terinovatif se-Indonesia," katanya.
Pria yang akrab disapa Mas Pj itu menyampaikan hingga saat ini Pemkot Mojokerto terus berkomitmen dan bekerja keras untuk mewujudkan Kota Mojokerto Zero New Stunting di tahun 2024.
"Kita tadi sudah melakukan penandatanganan komitmen bersama dan berikrar bahwa tahun 2024 Kota Mojokerto harus menjadi kota yang Zero New Stunting. Saat ini kita terus bekerja keras bagaimana angka stunting yang masih ada ini terus kita intervensi sehingga semakin berkurang," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024