Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mendorong para petani setempat beralih menggunakan pupuk organik karena kesuburan tanah di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu mulai menurun akibat penggunaan pupuk kimia berlebihan.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Arief Setiawan mengatakan terus mendorong petani beralih ke pertanian organik, karena selain ramah lingkungan, produksi pertanian organik juga memiliki daya jual tinggi.
"Rata-rata kesuburan tanah di Banyuwangi mulai menurun dengan kadar karbon organik berada di bawah 2 persen, salah satunya disebabkan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dalam waktu lama," katanya di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat.
Untuk mendukung pertanian organik, lanjut Arief, pemerintah daerah setempat telah melakukan berbagai program, di antaranya melaksanakan kegiatan pelatihan pembuatan pupuk organik, agen hayati, demplot pertanian organik, hingga memberikan bantuan pupuk organik cair kepada petani.
Baca juga: Pemkab Banyuwangi terapkan pemupukan tepat dosis berbasis "IoT"
"Hingga saat ini pupuk organik cair yang kami bagikan mencapai 466.636 liter, dan dari jumlah tersebut bisa mencakup lahan seluas 83.524 hektare," katanya.
Pemkab Banyuwangi saat ini juga menerapkan pertanian presisi dengan melakukan layanan uji tanah untuk pemupukan tepat dosis berbasis internet of things (Iot) guna mengatasi berkurangnya jatah pupuk subsidi dari pemerintah pusat.
Layanan uji kualitas tanah ini menggunakan alat uji tanah, yakni Jinawi, yang merupakan sistem pintar rekomendasi pemupukan berbasis IoT. Dengan alat ini mampu melihat kualitas unsur hara makro di dalam tanah secara cepat.
Menurut Arief, cara penggunaan alat uji tanah ini dengan ditancapkan ke tanah, selanjutnya muncul hasil analisa kondisi tanah serta rekomendasi pupuk utama yang diperlukan.
"Dengan alat ini pupuk yang diberikan bisa lebih presisi, sesuai dosis. Jadi, beli pupuknya sesuai kebutuhan saja, rekomendasi dari Jinawi (alat uji tanah)," ujarnya.Arief.
Ia menambahkan, layanan ini adalah upaya untuk menjaga kualitas tanah.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Arief Setiawan mengatakan terus mendorong petani beralih ke pertanian organik, karena selain ramah lingkungan, produksi pertanian organik juga memiliki daya jual tinggi.
"Rata-rata kesuburan tanah di Banyuwangi mulai menurun dengan kadar karbon organik berada di bawah 2 persen, salah satunya disebabkan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dalam waktu lama," katanya di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat.
Untuk mendukung pertanian organik, lanjut Arief, pemerintah daerah setempat telah melakukan berbagai program, di antaranya melaksanakan kegiatan pelatihan pembuatan pupuk organik, agen hayati, demplot pertanian organik, hingga memberikan bantuan pupuk organik cair kepada petani.
Baca juga: Pemkab Banyuwangi terapkan pemupukan tepat dosis berbasis "IoT"
"Hingga saat ini pupuk organik cair yang kami bagikan mencapai 466.636 liter, dan dari jumlah tersebut bisa mencakup lahan seluas 83.524 hektare," katanya.
Pemkab Banyuwangi saat ini juga menerapkan pertanian presisi dengan melakukan layanan uji tanah untuk pemupukan tepat dosis berbasis internet of things (Iot) guna mengatasi berkurangnya jatah pupuk subsidi dari pemerintah pusat.
Layanan uji kualitas tanah ini menggunakan alat uji tanah, yakni Jinawi, yang merupakan sistem pintar rekomendasi pemupukan berbasis IoT. Dengan alat ini mampu melihat kualitas unsur hara makro di dalam tanah secara cepat.
Menurut Arief, cara penggunaan alat uji tanah ini dengan ditancapkan ke tanah, selanjutnya muncul hasil analisa kondisi tanah serta rekomendasi pupuk utama yang diperlukan.
"Dengan alat ini pupuk yang diberikan bisa lebih presisi, sesuai dosis. Jadi, beli pupuknya sesuai kebutuhan saja, rekomendasi dari Jinawi (alat uji tanah)," ujarnya.Arief.
Ia menambahkan, layanan ini adalah upaya untuk menjaga kualitas tanah.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024