Sumenep - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar, meminta pemerintah daerah untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya tindak pidana perdagangan manusia di wilayahnya. "Ada kekhawatiran kasus perdagangan manusia yang korbannya kaum perempuan dan anak (di bawah usia 18 tahun) akan meningkat pada masa mendatang, karena itu kami minta pemerintah daerah, baik provinsi maupun kota/kabupaten, untuk mewaspadai," katanya di Sumenep, Senin. Linda berada di Sumenep dalam rangka kunjungan kerja dan salah satu kegiatannya adalah silaturrahim dan dialog bersama aktivis/pegiat dan pengurus organisasi perempuan setempat. "Kami menilai warga Pulau Madura (Sumenep, Pamekasan, Sampang, dan Bangkalan) berpotensi menjadi objek perdagangan manusia, karena warganya senang merantau guna mencari rezeki di luar daerah, termasuk luar negeri," ujarnya. Ia menjelaskan, modus yang sering digunakan para pelaku tindak pidana perdagangan manusia adalah menawarkan kerja di luar negeri kepada warga dengan bayaran tinggi. "Siapa saja berhak bekerja untuk mencari nafkah bagi dirinya dan keluarganya. Namun, kami meminta warga untuk selektif dan tidak langsung percaya 100 persen kepada mereka yang menawarkan kerja dengan bayaran besar," ucapnya. Secara kelembagaan, kata dia, pihaknya belum memiliki data resmi tentang jumlah kasus perdagangan manusia yang korbannya adalah perempuan dan anak. "Ada data dari salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) tentang jumlah kasus perdagangan manusia di Indonesia dan angkanya cukup tinggi. Data tersebut perlu diklarifikasi oleh kami guna memastikan angkanya valid," paparnya, tanpa menyebutkan angka. Linda juga mengemukakan, peran keluarga dalam mencegah kasus perdagangan manusia sangat signifikan. "Para orang tua harus hati-hati ketika ada orang lain yang menawarkan kerja pada anaknya dengan bayaran tinggi di luar negeri. Kami berharap semua elemen masyarakat waspada guna mencegah terjadinya perdagangan manusia di lingkungan sekitarnya," katanya, mengungkapkan.

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011