Bojonegoro - Sebanyak 16 pelajar SLTA dan SLTP di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Selasa, terjaring razia yang digelar Satpol PP setempat di sejumlah lokasi pada jam pelajaran sekolah. "Sebagian besar pelajar yang terjaring operasi masih berseragam, berada di tempat permainan anak dan di warung kopi, " kata Kasi Trantib Satpol PP Pemkab Bojonegoro, Mujianto, Selasa. Ia menjelaskan, operasi yang digelar tersebut sebagai langkah penertiban pelajar yang berkeliaran pada jam pelajaran sekolah. Para pelajar tersebut tidak masuk sekolah dan mendatangi tempat permainan anak, warung kopi dan sejumlah lokasi lainnya. "Ini merupakan operasi sayang," ucapnya. Semua pelajar yang terjaring razia diangkut dengan mobil, selanjutnya dikumpulkan di Kantor Satpol PP, digeledah barang bawaannya, termasuk telepon seluler. Dari pendataan yang dilakukan petugas, sebanyak 15 pelajar tingkat pendidikan SLTA dan satu pelajar SLTP. Dari operasi itu, petugas yang memeriksa enam telepon seluler milik pelajar, menemukan satu telepon seluler milik Gulam, pelajar SMK Siang Bojonegoro, berisi video porno. Gulam mengaku tidak tahu jika di telepon seluler miliknya ada video porno. Alasannya, memori telepon selular yang berisi video porno itu baru saja dibeli dari seorang temannya seharga Rp20.000. "Saya tidak tahu, kalau di dalam memori itu, ada gambar pornonya," kilahnya. Gulam menyatakan, dirinya bersama dengan dua pelajar SMK Siang lainnya, Deny dan David Romadhon, terjaring razia ketika sedang bermain "play station" di Desa Kauman, Kecamatan Kauman. Namun ia membantah kalau dirinya sengaja membolos sekolah, sebab mereka bertiga sedang mengikuti praktik kerja lapangan (PKL) di sebuah bengkel di Bojonegoro. Dengan berseragam, sambil menunggu bengkel buka, ketiganya bermain "play station" di Desa Kauman, Kecamatan Kota. "Karena bengkel belum buka, kami bermain-main dulu," katanya. Menanggapi hasil operasi itu, Mujianto menyatakan, pihaknya bekerja sama dengan jajaran dinas pendidikan (diknas) membina semua pelajar itu dan diminta tidak membolos lagi. "Setelah mendapatkan pembinaan, mereka kami antar satu persatu ke rumahnya masing-masing dengan mobil patroli dan kami serahkan kepada orang tuanya," katanya. Dengan demikian, orang tua juga harus waspada agar anak mereka tetap sekolah, bukan membolos. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011