Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menempatkan imunisasi polio di pendidikan anak usia dini (PAUD), SD, hingga balai RW sebagai strategi percepatan penanggulangan.

Imunisasi polio menindak lanjuti Surat Edaran (SE) dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: IM.02.03/Menkes/1051/2023 Tentang Pelaksanaan SUB Pekan Imunisasi Nasional (SUB PIN) dalam Rangka Penanggulangan KLB Polio cVDPV2.

"Polio ini kalau terlambat, akan lumpuh selamanya, tidak bisa disembuhkan. Karena itu, saya minta kepada teman-teman jajaran perangkat daerah, lurah, hingga camat kalau bisa sehari selesai," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi melalui keterangan resmi yang diterima di Surabaya, Selasa.

Target sasaran imunisasi adalah anak dengan rentang usia anak usia 0-7 tahun atau 7 tahun 11 bulan 29 hari. Pelaksanaan dimulai pada 15-21 Januari dan 19-25 Februari 2024.

"Pelaksanaan harus cepat, jangan sampai kita terlambat ada yang kena polio itu," ujarnya.

Karena itu, Pemkot setempat membentuk tiga tim dan masing-masing akan disebar ke setiap lokasi pelaksanaan imunisasi, yakni PAUD dan SD. Sedangkan Balai RW diperuntukkan bagi anak yang belum sekolah.

"Nanti yang tidak sekolah nanti dikumpulkan oleh camat-camat dan lurah untuk diarahkan ke Balai RW," ucapnya.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya, kata dia, sudah diminta untuk melakukan pendataan bagi anak-anak calon penerima imunisasi polio.

"Data dimasukkan aplikasi, itu ada alamatnya ketika sudah menyasar sekolah, nanti lurah dan camat tahu mana yang sudah diimunisasi dan yang belum dimasukkan," kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinkes Surabaya Nanik Sukristina menjelaskan jika seorang anak telat mendapatkan penangan polio maka bisa menyebabkan kelumpuhan permanen.

Lebih lanjut, penularan polio bisa melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses dari anak terinfeksi virus tersebut.

Virus tersebut kemudian menyerang sistem saraf sehingga menyebabkan kelumpuhan permanen pada otot anggota gerak tubuh.

Nanik merinci target imunisasi polio sebanyak 329.616 anak, dari jumlah tersebut akan dibagi ke dalam dua kelompok, yakni kelompok sekolah dan nonsekolah.

"Nonsekolah yakni sasarannya 122.947 anak akan disediakan di pos-pos Balai RW, sedangkan yang usia sekolah sampai dengan 5-7 tahun ada 206.669 akan disediakan di pos-pos sekolah,” ucapnya.

Dinkes Kota Surabaya masih belum mendapati adanya anak terpapar polio, sejak kali pertama kasus tersebut muncul di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Pewarta: Ananto Pradana

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024