Bojonegoro - Pemkab Bojonegoro melengkapi persyaratan administrasi berupa izin tertulis dari TNI AU dan studi kelayakan, untuk bisa mendapatkan izin dari Kementerian Perhubungan dalam membangun lapangan terbang (lapter) di Desa Kunci, Kecamatan Dander. "Berkas persyaratan izin tertulis dari TNI AU dan studi kelayakan sudah saya sampaikan kepada Kementerian Perhubungan di Jakarta," kata Asisten I Bidang Perekonomian Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Bojonegoro, Nono Purwanto, Kamis. Dihubungi melalui telepon, Nono yang berada di Jakarta menjelaskan, dengan diserahkannya izin tertulis dari TNI AU dan studi kelayakan rencana pembangunan lapter tersebut, sudah tidak ada lagi persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin pembangunan lapter. Hanya saja, lanjutnya, jajaran Kementerian Perhubungan tetap akan melakukan studi lapangan, sebelum mengeluarkan izin. "Kapan studi lapangan dilaksanakan kita belum tahu, yang jelas kita tunggu saja," ucapnya, menjelaskan. Secara terpisah, Bupati Bojonegoro Suyoto menjelaskan, berkas utama yang dibawa adalah izin tertulis dari Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Imam Sufaat, yang isinya menyetujui pembangunan lapter yang lokasinya di kawasan hutan di Desa Kunci, Kecamatan Dander. Persetujuan itu, lanjutnya, dibutuhkan, sebab pembangunan lapter di Desa Kunci tersebut, lokasinya berdekatan dengan kawasan udara lapangan terbang Iswahyudi, Madiun."Meski berdekatan, keberadaan lapter di Bojonegoro tidak menganggu operasional lapangan terbang Iswahyudi," jelasnya. Bahkan, lanjutnya, TNI AU meminta landasan lapter diperpanjang yang semula direncanakan 1.500 meter menjadi 2.000 meter. Perpanjangan landasan itu, pertimbangannya dalam kondisi tertentu bisa dimanfaatkan sebagai lapter cadangan oleh TNI AU. "Berkas lainnya berisi studi kelayakan mengenai perubahan panjang landasan itu," katanya, menambahkan. Suyoto mengaku, lokasi lapter di Bojonegoro yang paling dianggap strategis yakni di Desa Kunci, Kecamatan Dander, bukan di lokasi lain yang juga menjadi alternatif yaitu di Desa Gayam dan Ngasem, di Kecamatan Ngasem. Direncanakan pada awal 2012 pembangunan lapangan terbang yang diperkirakan menelan dana Rp200 miliar tersebut sudah bisa dimulai, begitu izin dari Kementerian Perhubungan turun. Berdasarkan studi kelayakan, potensi penumpang Jurusan Bojonegoro - Surabaya 30 ribu penumpang/tahun, Bojonegoro-Semarang 10 ribu penumpang/tahun dan Bojonegoro - Jakarta 32 ribu penumpang/tahun. Sedangkan kebutuhan lahan seluas 150 hektare, milik Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro. Menurut Suyoto, pada tahap awal ini lapangan terbang di daerah setempat yang pembangunannya dikerjakan investor tersebut, masih merupakan lapangan terbang khusus, sebelum dikembangkan menjadi lapangan terbang umum.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011