BPBD Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur mengonfirmasi pembangunan huntara (hunian sementara) untuk pengungsi korban tanah retak di lingkungan Desa Tumpuk Kecamatan Sawoo saat ini telah mencapai 63 persen.

"Terus kami kebut meski ada beberapa kendala di lapangan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Ponorogo, Masun di Ponorogo, Jumat.

Kendala dimaksud bersifat teknis. Hal itu disebabkan medan menuju lokasi pembangunan huntara yang berada di petak 149 Linggur Mojo cukup sulit.

Kondisi itu diperparah dengan cuaca saat ini yang cenderung basah, dimana saat turun hujan jalur berlumpur sehingga armada pengangkut bahan bangunan tidak bisa bergerak dengan efisien.

"Memang ada perlambatan pengiriman material bangunan karena kondisi medannya sulit," kata Masun.

Namun, lanjut dia, pihaknya memastikan target pembangunan huntara untuk para pengungsi tersebut akan selesai pada akhir Desember ini.

Termasuk pembangunan fasilitas umum untuk para pengungsi, seperti aliran listrik, instalasi air bersih dan toilet umum.

"Listrik masih kita koordinasikan bersama PLN pekan ini semoga rampung, untuk air kita gunakan air tanah tapi perlu kajian paling tidak tiga pekan ke depan," katanya.

Dijelaskan, jumlah pengungsi tanah retak berjumlah 42 KK. Dari jumlah itu, yang masih bertahan di Gedung sekolah TK ada sebanyak 22 KK atau sekitar 80 orang.

Sedangkan 20 KK lainnya memilih tinggal di rumah sanak-famili masing-masing.

"Yang memilih ke rumah saudaranya itu mungkin karena bosan, selain itu memilih tempat yang aman. Tapi ada juga beberapa yang kembali lagi ke tempat pengungsian," ucapnya.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023