Tim Penggerak PKK Kabupaten Trenggalek telah melakukan studi tiru teknologi tepat guna (TTG) mesin oksidasi sampah yang dikembangkan Pemerintah Desa Taji, Magetan di Magetan, karena dinilai lebih efisien dan ramah lingkungan.
"Kunjungan kami dalam rangka untuk melakukan studi tiru terkait pengelolaan sampah dan ketahanan pangan di Desa Taji, Kecamatan Karas, Magetan,” kata Ketua TP-PKK Trenggalek, Novita Hardini usai melaksanakan studi tiru di Magetan, Minggu.
Menurut penjelasan Novita, mesin oksidasi sampah yang dikelola Pemdes Taji Kecamatan Karas, Magetan itu efisien dalam pengelolaan sampah karena menghasilkan sedikit polusi dan minim residu jika dibandingkan dengan metode yang lainnya.
Dengan studi tiru itu, Novita berharap, bisa menjadi referensi bagi Pemerintah Kabupaten Trenggalek untuk mendorong pengelolaan sampah yang lebih ramah lingkungan sebab mesin oksidasi sampah berupa tungku pembakaran yang dikelola itu dinilai minim menghasilkan polusi dan residu.
“Ini adalah dalam rangka memberikan inspirasi bagi TP PKK Kabupaten Trenggalek, yang kemudian kami rumuskan,” imbuhnya.
Selain lebih ramah lingkungan, lanjut Novita, harga mesin oksidasi sampah itu juga terbilang ekonomis sebab, mesin oksidasi sampah itu memanfaatkan bahan-bahan yang mudah dijumpai.
Secara kasat mata, mesin oksidasi sampah itu berupa tungku pembakaran raksasa yang mampu menampung sampah dengan kapasitas cukup banyak.
"Semoga pengelolaan sampah di Trenggalek ke depannya bisa lebih ramah lingkungan," katanya.
Kepala Desa Taji, Sigit Supriyadi mengatakan, mesin oksidasi yang dibuat itu memiliki keunggulan. Dengan kapasitas 15 truk sampah untuk pengoperasian sehari semalam, hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk pembakaran pertama, lalu satu jam kemudian diisi dengan sampah, hingga akhir proses, sampah jadi residu berupa abu sebanyak dua arko.
"Panas tungku pembakaran bisa mencapai 1.300 derajat Celsius. Proses pembakaran tidak menggunakan bahan bakar ataupun listrik. Sampah basah atau kering tidak dipilah, kecuali logam atau kaca. Kalaupun terbawa masuk ke tungku tidak masalah namun bisa mengganggu pembakaran," kata dia.
Dengan bejana atau reaktor yang menggunakan sedikit bahan kimia dalam proses pembakaran, dia meyakini tidak menghasilkan emisi gas karbon yang mencemari lingkungan. Atas keberhasilannya, dia sempat memaparkan Teknologi Tepat Guna (TTG) yang dibuatnya di Kementerian Desa dan PDT
"Dalam pembakaran memang masih terdapat residu namun perbandingannya sangat kecil dan ini bisa digunakan untuk campuran semen dan semakin keras," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Kunjungan kami dalam rangka untuk melakukan studi tiru terkait pengelolaan sampah dan ketahanan pangan di Desa Taji, Kecamatan Karas, Magetan,” kata Ketua TP-PKK Trenggalek, Novita Hardini usai melaksanakan studi tiru di Magetan, Minggu.
Menurut penjelasan Novita, mesin oksidasi sampah yang dikelola Pemdes Taji Kecamatan Karas, Magetan itu efisien dalam pengelolaan sampah karena menghasilkan sedikit polusi dan minim residu jika dibandingkan dengan metode yang lainnya.
Dengan studi tiru itu, Novita berharap, bisa menjadi referensi bagi Pemerintah Kabupaten Trenggalek untuk mendorong pengelolaan sampah yang lebih ramah lingkungan sebab mesin oksidasi sampah berupa tungku pembakaran yang dikelola itu dinilai minim menghasilkan polusi dan residu.
“Ini adalah dalam rangka memberikan inspirasi bagi TP PKK Kabupaten Trenggalek, yang kemudian kami rumuskan,” imbuhnya.
Selain lebih ramah lingkungan, lanjut Novita, harga mesin oksidasi sampah itu juga terbilang ekonomis sebab, mesin oksidasi sampah itu memanfaatkan bahan-bahan yang mudah dijumpai.
Secara kasat mata, mesin oksidasi sampah itu berupa tungku pembakaran raksasa yang mampu menampung sampah dengan kapasitas cukup banyak.
"Semoga pengelolaan sampah di Trenggalek ke depannya bisa lebih ramah lingkungan," katanya.
Kepala Desa Taji, Sigit Supriyadi mengatakan, mesin oksidasi yang dibuat itu memiliki keunggulan. Dengan kapasitas 15 truk sampah untuk pengoperasian sehari semalam, hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk pembakaran pertama, lalu satu jam kemudian diisi dengan sampah, hingga akhir proses, sampah jadi residu berupa abu sebanyak dua arko.
"Panas tungku pembakaran bisa mencapai 1.300 derajat Celsius. Proses pembakaran tidak menggunakan bahan bakar ataupun listrik. Sampah basah atau kering tidak dipilah, kecuali logam atau kaca. Kalaupun terbawa masuk ke tungku tidak masalah namun bisa mengganggu pembakaran," kata dia.
Dengan bejana atau reaktor yang menggunakan sedikit bahan kimia dalam proses pembakaran, dia meyakini tidak menghasilkan emisi gas karbon yang mencemari lingkungan. Atas keberhasilannya, dia sempat memaparkan Teknologi Tepat Guna (TTG) yang dibuatnya di Kementerian Desa dan PDT
"Dalam pembakaran memang masih terdapat residu namun perbandingannya sangat kecil dan ini bisa digunakan untuk campuran semen dan semakin keras," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023