Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur memastikan stok cadangan beras di daerahnya saat ini aman atau mencukupi untuk kebutuhan pangan masyarakat setempat hingga enam bulan ke depan.

"Kalau stok aman. Cadangan ini yang kami gunakan juga untuk melakukan operasi pasar beras guna mengendalikan inflasi daerah," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertapan) Kabupaten Trenggalek, Didik Susanto di Trenggalek, Rabu.

Pernyataan Didik ini mengacu data proyeksi panenan padi pada musim tanam akhir tahun ini dengan luasan lahan sawah sekitar 502 hektare.

Dari data proyeksi panenan itu, Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kabupaten Trenggalek memperkirakan ketersediaan produksi beras sekitar 10.771,64 ton.

Jumlah ini, jika tercapai sesuai proyeksi, mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan pangan beras sebanyak 949,05 ton per bulannya.

"Kekeringan musim ini memang berdampak, tapi tidak signifikan. Luas lahan yang saat ini mengalami puso kategori berat sekitar 3,5 hektare, sedang 2 hektare dan kategori ringan 13,4 hektare. Totalnya sekitar 18,9 hektare. Jadi kita masih optimis panenan padi masih di atas 85 persen dari proyeksi," kata Kabid Ketahanan Pangan Dinpertapan Trenggalek, Eko Prasetyo Maheruwanto.

Dengan proyeksi tersebut, lanjut Eko, pihaknya optimistis akhir tahun ini daerahnya masih alami surplus beras 9822,59 ton.

"Kalau stok beras yang ditangani pemerintah daerah saat ini masih ada sebanyak 36,288 ton. Belum stok cadangan yang ada di gudang Bulog," paparnya.

Menurut dia, kenaikan harga beras saat ini bukan lagi dipengaruhi ketersediaan stok beras. "Penyebabnya bukan ketersediaan stok beras, tapi ada faktor luar yang mempengaruhi, seperti penimbunan (beras) yang berdampak terhadap fluktuasi harga beras,' katanya.

"Kami menduga ada pihak yang menimbun beras pada jumlah besar karena ada prediksi krisis pangan dunia, sehingga pihak tersebut melakukan penimbunan untuk antisipasi," imbuhnya.

Meskipun harga beras terbilang tinggi, di sisi lain kondisi itu menjadi keberkahan bagi para petani karena mendapat untung lebih besar dengan harga jual gabah tinggi. Saat ini harga gabah kering giling mencapai Rp7,3 ribu per kilogram.

"Padahal normalnya Rp5,8 ribu per kilogram, jadi kenaikan cukup signifikan dan baru pertama kali terjadi seperti ini," ujarnya.

Kendati begitu, dia tak sepenuhnya menampik kondisi musim seperti saat ini membuat tak sedikit petani mengalami gagal panen. Untuk potensi puso atau gagal panen, kata dia sangat bergantung pada ketepatan prediksi BMKG.

Hal itu sebagai acuan untuk polarisasi tanaman, seperti palawija, padi dan lainnya sehingga tidak mengalami gagal panen.

"Pergantian jenis tanaman varietas sudah dilakukan, kalau tepat Insya Allah tidak ada puso. Tapi kalau meleset seperti tahun kemarin, diprediksi kemarau panjang tetapi malah banjir enam kali sehingga terjadi puso terutama untuk kedelai, kacang dan jagung," katanya.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023