DPRD Surabaya mendorong pemerintah kota (pemkot) setempat menerapkan inovasi pada urban farming dengan menyertakan sektor peternakan ayam untuk mengatasi kenaikan harga telur di kota setempat.

"Memungkinkan dengan urban farming di bidang peternakan bisa digalakkan," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti di balai kota setempat, Rabu.

Reni merasa dimasukkannya sektor peternakan pada urban farming di Kota Surabaya menjadi solusi menekan kenaikan harga telur, karena untuk menyeimbangkan ketersediaan komoditas dengan permintaan pasar.

Pemkot disarankan bekerja sama dengan pihak universitas untuk melakukan pengembangan konsep tersebut.

"Bisa dengan teknologi yang ada, sumbangsih penelitian kampus dan lainnya. Kemajuan teknologi di bidang peternakan itu bisa dioptimalkan. Jadi bagaimana Surabaya bisa berkontribusi dengan ketersediaan pangan masyarakat Kota Surabaya," ujarnya.

Sementara itu, politikus asal PKS itu menyebut pemerintah kota setempat harus memiliki skema antisipasi kenaikan harga bahan pangan, khususnya telur.

Pemkot juga dimintanya terus berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur untuk mempermudah koordinasi dengan daerah penghasil telur ayam.

"Jangan sampai menunggu naik dulu baru ada upayanya, lebih baik bagaimana cara mencegah dan jangan sampai naik, itu yang harus dipikirkan oleh pemerintah kota dan koordinasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD)," kata Reni.

Pantauan ANTARA, harga telur ayam di Kota Surabaya mencapai Rp32 ribu per kilogram.

Kenaikan terlihat di tiga lokasi pasar, yakni Pasar Pucang, Pasar Tambahrejo, dan Pasar Gresikan.

Pedagang asal Pasar Pucang Fatimah memperkirakan kenaikan harga telur sudah terjadi sejak dua pekan lalu.

Kenaikan terjadi secara bertahap dan kondisi itu berpengaruh pada kedatangan pembeli yang kini cenderung sepi.

"Sudah dua minggu naik, padahal hari raya tidak seperti ini. Sebelumnya Rp27-28 ribu sekarang Rp32 ribu," ujarnya.

Fatimah mengaku tak tahu penyebab kenaikan harga telur ayam. Hal berbeda malah terjadi ketika momen Lebaran 2023.

"Hari raya tidak seperti ini, saya jualnya enak. Tidak tahu apa penyebabnya, sepi," kata Fatimah.

Pedagang di Pasar Tambahrejo Budi Hartono menyebut harga telur saat ini sempat melambung hingga menyentuh Rp35 ribu per kilogram. Namun, saat ini sudah berada di angka Rp32 ribu per kilogram.

Meski turun Rp3 ribu, namun harga tersebut dirasanya masih begitu tinggi. Pembeli pun mulai enggan membeli komoditas tersebut.

"Sempat Rp35 ribu per kilogram Jumat, Minggu turun Rp1.000 jadi Rp34 ribu satu kilo, Senin Rp33 ribu, sekarang Rp32 ribu. Tidak tahu besok atau lusa," ucapnya.

Dia berharap ada langkah konkret dari pemerintah setempat untuk menekan tingginya harga telur ayam.

"Tidak tahu untuk bulan besok bagaimana. Semoga pemerintah turun supaya tidak mahal lagi. Kalau mahal susah jualnya," ujar dia.

Senanda, pedagang di Pasar Gresikan Surabaya Nurhayati mengaku harga telur sempat berada di angka Rp31 ribu per kilogram, kemudian mengalami kenaikan Rp1.000 pasca Hari Raya Idul Fitri.

"Naik, harga Rp32 ribu sekilo habis Lebaran tetapi yang beli tetap banyak," kata dia.

Pewarta: Ananto Pradana

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023