Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya berencana melakukan koordinasi bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat guna membahas mekanisme kurikulum kebencanaan di sekolah-sekolah.
"Iya nanti saya koordinasikan lagi sama BPBD," kata Kepala Dispendik Kota Surabaya Yusuf Masruh kepada wartawan, Rabu.
Yusuf menyebut koordinasi itu tak hanya membahas soal detail penerapan kurikulum itu saja, melainkan untuk memudahkan proses penerapan sosialisasi.
"Harapan saya, koordinasi sama teman-teman BPBD biar satu kompetensi pintunya, saya yang suport anak-anak," ujarnya.
Kendati demikian, sosialisasi soal kebencanaan bagi pelajar SD dan SMP disebutnya sudah berjalan dengan memprioritaskan sekolah yang memiliki model bangunan bertingkat dan berlokasi di kawasan pesisir Kota Surabaya.
"Setahu saya kebencanaan sudah jalan, UKS (unit kesehatan sekolah), ketertiban atau trantibum, kebencanaan itu sudah jalan," ucapnya.
Garis besar kurikulum kebencanaan bukan pada upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melatih siswa menjadi petugas penanganan bencana, namun sebagai langkah mengedukasi dan membangun kesadaran para pelajar terkait tata cara evakuasi saat terjadi situasi kedaruratan.
"Kemarin ada yang tanya kok anak-anak dilatih PMK, bukan begitu, tetapi anak-anak dilatih untuk mengamankan dirinya," ujar Yusuf.
Dia mencontohkan ketika terjadi bencana gempa bumi, siswa harus mengetahui langkah awal penyelamatan diri, sekaligus mengetahui keberadaan titik aman untuk berlindung.
"Bukan bermaksud melatih anak-anak jadi petugas tetapi melatih dirinya untuk berkembang dan bermanfaat bagi temannya juga," kata dia.
Yusuf tak memungkiri mekanisme menghadapi situasi bencana alam harus ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini.
"Dulu waktu saya di BPBD ada yang menyelamatkan kulkas dulu, mbahnya keri (neneknya ditinggal). Lah itu, bukan melatih sebagai petugas, tetapi minimal untuk kesadaran dirinya," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya Khusnul Khotimah mengusulkan kepada pemerintah kota (pemkot) setempat agar memasukkan kurikulum kebencanaan.
Hal itu berkaca dari Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Wali Kota Surabaya. Berdasarkan data yang diterima Panitia Khusus (Pansus) LKPJ Wali Kota Surabaya, selama tahun 2022 terdapat 8.977 jenis kejadian kedaruratan
Rinciannya, yakni kecelakaan yang mencapai 4.846 kejadian dan darurat medis 3.099 kejadian, kebakaran 303 kejadian, pohon tumbang 191 kejadian, dan penemuan jenazah 177 kejadian.
Kemudian genangan 153 kejadian, rumah roboh 106 kejadian, orang tersesat 43 kejadian, masalah hewan 41 kejadian, orang meninggal mendadak 11 kejadian dan orang tenggelam tujuh kejadian.
Ketika dipetakan berdasarkan wilayah, didapati kejadian kedaruratan di Surabaya Timur dengan 2.624 kejadian, Surabaya Selatan 2.609 kejadian, Surabaya Pusat 1.676 kejadian, Surabaya Barat 1.170 dan Surabaya Utara 898 kejadian.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Iya nanti saya koordinasikan lagi sama BPBD," kata Kepala Dispendik Kota Surabaya Yusuf Masruh kepada wartawan, Rabu.
Yusuf menyebut koordinasi itu tak hanya membahas soal detail penerapan kurikulum itu saja, melainkan untuk memudahkan proses penerapan sosialisasi.
"Harapan saya, koordinasi sama teman-teman BPBD biar satu kompetensi pintunya, saya yang suport anak-anak," ujarnya.
Kendati demikian, sosialisasi soal kebencanaan bagi pelajar SD dan SMP disebutnya sudah berjalan dengan memprioritaskan sekolah yang memiliki model bangunan bertingkat dan berlokasi di kawasan pesisir Kota Surabaya.
"Setahu saya kebencanaan sudah jalan, UKS (unit kesehatan sekolah), ketertiban atau trantibum, kebencanaan itu sudah jalan," ucapnya.
Garis besar kurikulum kebencanaan bukan pada upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melatih siswa menjadi petugas penanganan bencana, namun sebagai langkah mengedukasi dan membangun kesadaran para pelajar terkait tata cara evakuasi saat terjadi situasi kedaruratan.
"Kemarin ada yang tanya kok anak-anak dilatih PMK, bukan begitu, tetapi anak-anak dilatih untuk mengamankan dirinya," ujar Yusuf.
Dia mencontohkan ketika terjadi bencana gempa bumi, siswa harus mengetahui langkah awal penyelamatan diri, sekaligus mengetahui keberadaan titik aman untuk berlindung.
"Bukan bermaksud melatih anak-anak jadi petugas tetapi melatih dirinya untuk berkembang dan bermanfaat bagi temannya juga," kata dia.
Yusuf tak memungkiri mekanisme menghadapi situasi bencana alam harus ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini.
"Dulu waktu saya di BPBD ada yang menyelamatkan kulkas dulu, mbahnya keri (neneknya ditinggal). Lah itu, bukan melatih sebagai petugas, tetapi minimal untuk kesadaran dirinya," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya Khusnul Khotimah mengusulkan kepada pemerintah kota (pemkot) setempat agar memasukkan kurikulum kebencanaan.
Hal itu berkaca dari Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Wali Kota Surabaya. Berdasarkan data yang diterima Panitia Khusus (Pansus) LKPJ Wali Kota Surabaya, selama tahun 2022 terdapat 8.977 jenis kejadian kedaruratan
Rinciannya, yakni kecelakaan yang mencapai 4.846 kejadian dan darurat medis 3.099 kejadian, kebakaran 303 kejadian, pohon tumbang 191 kejadian, dan penemuan jenazah 177 kejadian.
Kemudian genangan 153 kejadian, rumah roboh 106 kejadian, orang tersesat 43 kejadian, masalah hewan 41 kejadian, orang meninggal mendadak 11 kejadian dan orang tenggelam tujuh kejadian.
Ketika dipetakan berdasarkan wilayah, didapati kejadian kedaruratan di Surabaya Timur dengan 2.624 kejadian, Surabaya Selatan 2.609 kejadian, Surabaya Pusat 1.676 kejadian, Surabaya Barat 1.170 dan Surabaya Utara 898 kejadian.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023