Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) Aliridho Barakbah, S.Kom, Ph.D mengukuhkan Prof. Dr. Ir. Dedid Cahya Happyanto, M.T., sebagai guru besar Departemen Teknik Elektro dalam Sidang Senat Terbuka di kampus setempat, Selasa.

"Pengukuhan Prof. Dedid sebagai guru besar menambah jumlah guru besar PENS menjadi empat orang," kata Aliridho usai pengukuhan.

Aliridho memberikan apresiasi terhadap sosok Prof. Dedid. Menurutnya Prof. Dedid adalah sosok yang agile dan sangat berpotensi dengan berbagai penelitian yang telah dilakukan.

"Saya sangat yakin, setelah dikukuhkannya Prof. Dedid hari ini, akan bertambah lagi karya-karya beliau, baik riset maupun produk yang akan membawa kemanfaatan bagi kampus, masyarakat, bahkan bangsa kita," ujarnya.
 

Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Dedid Cahya Happyanto, M.T., menceritakan kecintaannya pada bidang elektro diawali sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat itu dia mengaku sangat bosan dengan pelajaran.

"Seharusnya saya dapat menyelesaikan pendidikan dasar dalam empat tahun saja. Namun, karena ibu saya tidak yakin, SD saya selesaikan selama lima tahun, jadi nambah setahun," kata dia.

Prof. Dedid kecil tumbuh dalam passion elektro dan menyelesaikan studi S1 Teknik Elektro dengan predikat Cumlaude dari ITS. Jenjang Magister di tahun 2002 dan Doktoralnya di tahun 2012 pun diselesaikan di ITS.

Dalam pidatonya, Prof. Dedid menyampaikan betapa teknologi mobil listrik smart car yang saat ini dikembangkan diprediksi menjadi sebuah kebutuhan di masa depan.

Relasi dengan IOT dan Big data serta dapat dikendalikan melalui komunikasi satelit merupakan sebuah tantangan pengembangan teknologi smart car.

"Saat ini teknologi mobil listrik makin canggih, dimana mobil dapat mendiagnosa dirinya sendiri jika mengalami gangguan hingga pengaplikasian sistem autonomous," kata dia.

Tak tanggung-tanggung, teknologi mobil pintar atau Smart Car Technology yang dikembangkannya telah dipatenkan di KemenkumHAM RI dengan topik V-Health Rest (Vehicle Health Report Assistant).

Teknologi yang mengarah pada peningkatan kenyamanan pengguna, termasuk pelayanan dan keamanannya inilah yang kemudian dapat mengantarkan Indonesia menuju Indonesia Smart City.
 

"Namun, ada berbagai kendala, seperti ketersediaan spare part yang tentunya menjadi hal yang saat ini juga harus menjadi perhatian. Spare part yang tadinya mayoritas harus impor, kini sebagian sudah mulai tersedia dan diproduksi di Indonesia," katanya.

"Jika spare part, sensor dan semua alat pendukungnya tersedia, proses instalasi dan pemrograman bisa dilakukan di sini. Otomatis kendala-kendala ini bisa diselesaikan," tambah pemilik enam paten Hak Kekayaan Intelektual ini.

Selain paten, Prof. Dedid tercatat memiliki dua desain industri untuk mesin pemecah biji salak dan mesin homogenizer, serta empat hak cipta. Dia menjadi salah satu Co-Founder EMS-IoT yang memiliki dua merek dagang produk.

Pewarta: Willi Irawan

Editor : Abdullah Rifai


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023