Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair), Prof. Dr. Chairul Anwar Nidom mengimbau masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan beredarnya kabar terkait kemunculan kembali virus flu burung.
"Munculnya virus flu burung merupakan peristiwa alamiah. Virus ditakdirkan oleh Allah dalam tubuhnya tidak memiliki kelengkapan, jadi tidak bisa menghasilkan energi sendiri. Tapi, dia (virus) diberikan tugas oleh Allah untuk memperbanyak diri," tutur Prof. Nidom di Surabaya, Selasa.
Dia menjelaskan untuk bertahan hidup, sebuah virus harus mencari inang agar bisa mendapatkan energi. Hal ini dilakukan virus agar bisa memperbanyak diri. "Kalau sakit berarti inang tidak siap didatangi virus," kata Prof Nidom.
Virus yang menginfeksi ayam ini dapat mengakibatkan kematian pada ayam dengan persentase hingga 100 persen. Meski demikian, belum ada bukti penelitian bahwa virus ini dapat menular antar-manusia.
"Sampai saat ini belum ada fakta yang mengatakan bahwa ini (virus flu burung) bisa menular ke sesama manusia," ujar Guru Besar Biologi Molekuler Virus Unair itu.
Prof. Nidom mengimbau masyarakat tak perlu khawatir untuk mengonsumsi produk unggas, baik daging atau telur. Meski merupakan virus yang berbahaya, virus flu burung dapat mati akibat pemanasan.
"Sebelum dijual, ayam itu ada proses pencabutan bulu. Saat pencabutan bulu ayam dilakukan pemanasan dengan air suhu 56 sampai 60 derajat Celcius, itu virus sudah mati," ujarnya.
Virus ini akan tetap ada saat ayam dalam keadaan hidup. Masyarakat juga diminta jangan mendekati kerumunan ayam karena punya potensi membawa virus. Sementara itu, produk telur juga tak perlu dihindari. Telur tidak memiliki potensi menularkan virus.
"Selain kulit telur, di dalam telur itu ada selaput tipis berwarna putih yang menjadi penyaring semua mikroba dari luar," ungkapnya.
Prof. Nidom menyarankan masyarakat untuk membeli ayam potong yang biasa dijual di pasar dibanding ayam dalam keadaan hidup.
"Jangan kemudian membeli ayam hidup dan dipotong sendiri, itu banyak risiko. Lebih baik beli yang sudah dipotong atau di warung yang sudah matang," kata Ketua Dewan Pembina Nidom Foundation tersebut.
Lebih lanjut, Prof. Nidom membagikan tips untuk mencegah penularan virus flu burung. Virus flu burung menular melalui hidung, mulut, dan mata. Penggunaan masker dapat menjadi cara untuk mencegah penularan virus ini.
Saat pandemi COVID-19 masyarakat diimbau untuk menggunakan masker, meski saat ini angka kejadian COVID-19 tidak seganas dulu, Prof. Nidom menyarankan kebiasaan menggunakan masker jangan dihilangkan.
"Dengan menggunakan masker, semua material, baik virus, debu, dan sebagainya bisa dihalangi oleh masker. Peluang virus flu burung masuk ke tubuh lebih kecil," ujarnya.
Cara lainnya adalah selalu menjaga kesehatan. Jika tubuh manusia memiliki kekebalan yang baik, dapat mengurangi akibat buruk infeksi virus. Selain itu, masyarakat tak perlu panik dalam menghadapi hal ini.
"Jangan takut untuk menghadapi makhluk hidup (virus). Kalau takut bisa stres dan imun turun. Ini yang bisa menyebabkan berkembangnya virus menjadi berbahaya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Munculnya virus flu burung merupakan peristiwa alamiah. Virus ditakdirkan oleh Allah dalam tubuhnya tidak memiliki kelengkapan, jadi tidak bisa menghasilkan energi sendiri. Tapi, dia (virus) diberikan tugas oleh Allah untuk memperbanyak diri," tutur Prof. Nidom di Surabaya, Selasa.
Dia menjelaskan untuk bertahan hidup, sebuah virus harus mencari inang agar bisa mendapatkan energi. Hal ini dilakukan virus agar bisa memperbanyak diri. "Kalau sakit berarti inang tidak siap didatangi virus," kata Prof Nidom.
Virus yang menginfeksi ayam ini dapat mengakibatkan kematian pada ayam dengan persentase hingga 100 persen. Meski demikian, belum ada bukti penelitian bahwa virus ini dapat menular antar-manusia.
"Sampai saat ini belum ada fakta yang mengatakan bahwa ini (virus flu burung) bisa menular ke sesama manusia," ujar Guru Besar Biologi Molekuler Virus Unair itu.
Prof. Nidom mengimbau masyarakat tak perlu khawatir untuk mengonsumsi produk unggas, baik daging atau telur. Meski merupakan virus yang berbahaya, virus flu burung dapat mati akibat pemanasan.
"Sebelum dijual, ayam itu ada proses pencabutan bulu. Saat pencabutan bulu ayam dilakukan pemanasan dengan air suhu 56 sampai 60 derajat Celcius, itu virus sudah mati," ujarnya.
Virus ini akan tetap ada saat ayam dalam keadaan hidup. Masyarakat juga diminta jangan mendekati kerumunan ayam karena punya potensi membawa virus. Sementara itu, produk telur juga tak perlu dihindari. Telur tidak memiliki potensi menularkan virus.
"Selain kulit telur, di dalam telur itu ada selaput tipis berwarna putih yang menjadi penyaring semua mikroba dari luar," ungkapnya.
Prof. Nidom menyarankan masyarakat untuk membeli ayam potong yang biasa dijual di pasar dibanding ayam dalam keadaan hidup.
"Jangan kemudian membeli ayam hidup dan dipotong sendiri, itu banyak risiko. Lebih baik beli yang sudah dipotong atau di warung yang sudah matang," kata Ketua Dewan Pembina Nidom Foundation tersebut.
Lebih lanjut, Prof. Nidom membagikan tips untuk mencegah penularan virus flu burung. Virus flu burung menular melalui hidung, mulut, dan mata. Penggunaan masker dapat menjadi cara untuk mencegah penularan virus ini.
Saat pandemi COVID-19 masyarakat diimbau untuk menggunakan masker, meski saat ini angka kejadian COVID-19 tidak seganas dulu, Prof. Nidom menyarankan kebiasaan menggunakan masker jangan dihilangkan.
"Dengan menggunakan masker, semua material, baik virus, debu, dan sebagainya bisa dihalangi oleh masker. Peluang virus flu burung masuk ke tubuh lebih kecil," ujarnya.
Cara lainnya adalah selalu menjaga kesehatan. Jika tubuh manusia memiliki kekebalan yang baik, dapat mengurangi akibat buruk infeksi virus. Selain itu, masyarakat tak perlu panik dalam menghadapi hal ini.
"Jangan takut untuk menghadapi makhluk hidup (virus). Kalau takut bisa stres dan imun turun. Ini yang bisa menyebabkan berkembangnya virus menjadi berbahaya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023