Kamar Dagang dam Industri (Kadin) Jawa Timur mendorong percepatan pengembangan ekosistem industri halal, salah satunya dengan menggelar pameran "Jatim Halal Fest 2023" pada Maret 2023.
Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto di Surabaya, Kamis, mengatakan, potensi industri halal Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang cukup pesat seiring dengan kian bertambahnya jumlah populasi masyarakat muslim di negara ini.
"Menurut laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC), populasi muslim di Indonesia diperkirakan sebanyak 237,56 juta jiwa," kata Adik.
Jumlah penduduk muslim tersebut, lanjut dia, setara dengan 86,7 persen populasi di dalam negeri. Tentunya, hal itu adalah keuntungan. Bahkan transaksi produk halal yang ada di Indonesia pada tahun 2024 diprediksi mencapai lebih dari Rp 4.000 triliun.
Untuk itu, Kadin Jatim akan terus mendorong pengembangan ekosistem industri halal, khususnya di empat sektor yang disesuaikan dengan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki Jatim.
Menurut dia, sektor pertama adalah sektor pertanian atau integrated farming. Posisi sektor ini cukup urgen karena dari sini, rantai bisnis industri makanan dan minuman halal dimulai.
Sektor kedua adalah makanan dan minuman atau food and beverage (FnB). Sektor ini juga dianggap sangat potensial karena ketersediaan bahan baku pendukung dan besarnya pasar yang tersedia, baik dalam maupun luar negeri.
"Sektor ke tiga adalah industri fashion muslim, juga memiliki potensi sangat besar, dalam dan luar negeri, khususnya ke Arab Saudi dan Malaysia," kata dia.
Terakhir, sektor pariwisata. Pariwisata halal, menjadi penggerak semua sektor karena industri ikutan dari pergerakan industri pariwisata ini sangat banyak, termasuk mamin, hotel dan restoran, UMKM dan masih banyak lagi.
"Oleh karena itu, Kadin kabupaten dan Kota akan fokus mengembangkan empat sektor industri halal tersebut," kata Adik.
Agar kinerja industri halal kian moncer, Kadin juga akan menggelar pameran "Jatim Halal Fest 2023" pada Maret 2023 dengan menggandeng banyak pihak.
"Percepatan industri halal di Jatim harus terus dilakukan karena Jatim sebenarnya sudah memenuhi syarat untuk menjadi industri halal terbesar di Indonesia. Indonesia juga sudah layak menjadi industri halal terbesar dunia dengan melihat potensi yang ada," ujar dia.
Sementara itu, Kepala Bidang Pembangunan Sumber Daya Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsj Jatim, Heri Wiriantoro mengatakan, potensi industri halal dunia memang sangat besar seiring dengan kian besarnya jumlah penduduk muslim dunia.
Pada 2030, kata dia, populasi muslim dunia mencapai 2,15 miliar jiwa atau sekitar 23 persen dari total populasi dunia. Kondisi ini menjadi peluang dalam pengembangan industri syariah di Jatim, termasuk dari sisi perdagangan.
"Ekonomi syariah Indonesia menduduki peringkat ke-4 dunia, setelah Malaysia, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab," kata Heri.
Bahkan untuk produk makanan dan minuman, fashion, pariwisata, kosmetik halal, Indonesia peringkat ke 10. Diketahui bahwa nilai ekspor makan dan minuman dari Januari hingga Oktober 2022 mengalami kenaikan 9,4 persen, dan ini didominasi oleh makan dan minuman halal.
"Oleh karena itu peningkatan produk halal perlu dipercepat lagi melalui jaminan produk halal untuk produk makan dan minuman yang berlaku aktif pada Oktober 2024" katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto di Surabaya, Kamis, mengatakan, potensi industri halal Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang cukup pesat seiring dengan kian bertambahnya jumlah populasi masyarakat muslim di negara ini.
"Menurut laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC), populasi muslim di Indonesia diperkirakan sebanyak 237,56 juta jiwa," kata Adik.
Jumlah penduduk muslim tersebut, lanjut dia, setara dengan 86,7 persen populasi di dalam negeri. Tentunya, hal itu adalah keuntungan. Bahkan transaksi produk halal yang ada di Indonesia pada tahun 2024 diprediksi mencapai lebih dari Rp 4.000 triliun.
Untuk itu, Kadin Jatim akan terus mendorong pengembangan ekosistem industri halal, khususnya di empat sektor yang disesuaikan dengan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki Jatim.
Menurut dia, sektor pertama adalah sektor pertanian atau integrated farming. Posisi sektor ini cukup urgen karena dari sini, rantai bisnis industri makanan dan minuman halal dimulai.
Sektor kedua adalah makanan dan minuman atau food and beverage (FnB). Sektor ini juga dianggap sangat potensial karena ketersediaan bahan baku pendukung dan besarnya pasar yang tersedia, baik dalam maupun luar negeri.
"Sektor ke tiga adalah industri fashion muslim, juga memiliki potensi sangat besar, dalam dan luar negeri, khususnya ke Arab Saudi dan Malaysia," kata dia.
Terakhir, sektor pariwisata. Pariwisata halal, menjadi penggerak semua sektor karena industri ikutan dari pergerakan industri pariwisata ini sangat banyak, termasuk mamin, hotel dan restoran, UMKM dan masih banyak lagi.
"Oleh karena itu, Kadin kabupaten dan Kota akan fokus mengembangkan empat sektor industri halal tersebut," kata Adik.
Agar kinerja industri halal kian moncer, Kadin juga akan menggelar pameran "Jatim Halal Fest 2023" pada Maret 2023 dengan menggandeng banyak pihak.
"Percepatan industri halal di Jatim harus terus dilakukan karena Jatim sebenarnya sudah memenuhi syarat untuk menjadi industri halal terbesar di Indonesia. Indonesia juga sudah layak menjadi industri halal terbesar dunia dengan melihat potensi yang ada," ujar dia.
Sementara itu, Kepala Bidang Pembangunan Sumber Daya Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsj Jatim, Heri Wiriantoro mengatakan, potensi industri halal dunia memang sangat besar seiring dengan kian besarnya jumlah penduduk muslim dunia.
Pada 2030, kata dia, populasi muslim dunia mencapai 2,15 miliar jiwa atau sekitar 23 persen dari total populasi dunia. Kondisi ini menjadi peluang dalam pengembangan industri syariah di Jatim, termasuk dari sisi perdagangan.
"Ekonomi syariah Indonesia menduduki peringkat ke-4 dunia, setelah Malaysia, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab," kata Heri.
Bahkan untuk produk makanan dan minuman, fashion, pariwisata, kosmetik halal, Indonesia peringkat ke 10. Diketahui bahwa nilai ekspor makan dan minuman dari Januari hingga Oktober 2022 mengalami kenaikan 9,4 persen, dan ini didominasi oleh makan dan minuman halal.
"Oleh karena itu peningkatan produk halal perlu dipercepat lagi melalui jaminan produk halal untuk produk makan dan minuman yang berlaku aktif pada Oktober 2024" katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023