Komisi B Bidang Perekonomian DPRD Kota Surabaya meminta pemilik kafe di Kota Pahlawan, Jawa Timur, bisa menyediakan lahan usaha untuk pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) sebagai upaya mendukung berkembangnya UMKM lokal.
"Saya berharap pemilik kafe bisa terus berkolaborasi dengan menyediakan lahan untuk UMKM lokal agar UMKM lokal ini bisa tumbuh," kata Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya Anas Karno dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Rabu.
Menurut Anas, hal itu disampaikan usai berkunjung di salah satu sentra UMKM yang diinisiasi Kopisae di Margorejo, Surabaya beberapa hari lalu.
Anas Karno mengapresiasi program Kopisae, yang menyediakan ruang di tempat usahanya, untuk aktifitas dagang pelaku UMKM di kawasan Margorejo.
Lebih lanjut, Anas mengatakan, program yang mengkolaborasikan antara kafe dengan pelaku UMKM tersebut, patut menjadi contoh para pengusaha kafe di Surabaya.
"Sudah seharusnya para pengusaha ini tidak mematikan, melainkan justru mendukung berkembangnya UMKM lokal di wilayah itu. Dengan menyediakan ruang di lahan wilayahnya," ujar dia.
Baca juga: Komisi B minta program padat karya Surabaya dievaluasi secara berkala
Menurut Anas, harus diakui para pelaku UMKM lokal kesulitan memperoleh tempat berjualan yang cocok, supaya produknya bisa diserap maksimal oleh pasar.
"Kalau dengan cara ini pengunjung kafe bisa ngopi, sambil menikmati jajanan kuliner lokal Surabaya," kata dia.
Untuk itu, Anas mendorong, Dinas Koperasi dan UMKM kota Surabaya berkomunikasi dengan para pengusaha kafe, untuk mengadopsi cara ini. Supaya bisa di terapkan di setiap kelurahan.
"Kalau di setiap Kelurahan ada pengusaha kafe melakukan terobosan ini, maka bisa menumbuhkan UMKM di Surabaya. Ini juga harus di support oleh Dinas Koperasi dan UMKM model seperti ini. Yang ujungnya untuk pertumbuhan perekonomian Surabaya," kata dia.
Sementara itu, pemilik Kopisae Sendi mengatakan, kolaborasi antara pihaknya dengan UMKM lokal sudah terinspirasi dari bertahannya pelaku UMKM lokal di masa pandemi. Namun baru sekarang terealisasi.
Lebih lanjut, Sendi mengatakan sentra UMKM di Kopisae baru berjalan di awal bulan ini dengan melibatkan 30 pelaku UMKM lokal. Untuk sementara sebagai trial UMKM berjualan pada Sabtu dan Minggu mulai jam 6 pagi sampai jam 9 pagi sebelum kafe buka.
"Program ini akan kami kembangkan, kami copy paste di cabang kami. Rencananya nanti di Gubeng. Program ini berkembang bersama-sama UMKM lokal. Kami rencana ada lagi di Gubeng," kata dia.
Menurut Sendi, sentra UMKM yang di inisiasi pihaknya sudah melalui komunikasi dengan pihak RT/RW, Kelurahan dan Kecamatan.
"Kami ini juga bagian dari UMKM. Kami mengajak UMKM lokal di wilayah Margorejo untuk mendapatkan tempat berdagang yang lebih representatif sehingga produk mereka bisa lebih diserap oleh market," kata dia.
Sendi menambahkan, pihaknya ingin menjadi wadah pelaku UMKM yang menjajakan kuliner lokal yang jadi legenda di Surabaya supaya bermunculan.
"Seperti jajanan kuliner Semanggi, sehingga ikon-ikon kuliner Surabaya bisa lestari," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Saya berharap pemilik kafe bisa terus berkolaborasi dengan menyediakan lahan untuk UMKM lokal agar UMKM lokal ini bisa tumbuh," kata Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya Anas Karno dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Rabu.
Menurut Anas, hal itu disampaikan usai berkunjung di salah satu sentra UMKM yang diinisiasi Kopisae di Margorejo, Surabaya beberapa hari lalu.
Anas Karno mengapresiasi program Kopisae, yang menyediakan ruang di tempat usahanya, untuk aktifitas dagang pelaku UMKM di kawasan Margorejo.
Lebih lanjut, Anas mengatakan, program yang mengkolaborasikan antara kafe dengan pelaku UMKM tersebut, patut menjadi contoh para pengusaha kafe di Surabaya.
"Sudah seharusnya para pengusaha ini tidak mematikan, melainkan justru mendukung berkembangnya UMKM lokal di wilayah itu. Dengan menyediakan ruang di lahan wilayahnya," ujar dia.
Baca juga: Komisi B minta program padat karya Surabaya dievaluasi secara berkala
Menurut Anas, harus diakui para pelaku UMKM lokal kesulitan memperoleh tempat berjualan yang cocok, supaya produknya bisa diserap maksimal oleh pasar.
"Kalau dengan cara ini pengunjung kafe bisa ngopi, sambil menikmati jajanan kuliner lokal Surabaya," kata dia.
Untuk itu, Anas mendorong, Dinas Koperasi dan UMKM kota Surabaya berkomunikasi dengan para pengusaha kafe, untuk mengadopsi cara ini. Supaya bisa di terapkan di setiap kelurahan.
"Kalau di setiap Kelurahan ada pengusaha kafe melakukan terobosan ini, maka bisa menumbuhkan UMKM di Surabaya. Ini juga harus di support oleh Dinas Koperasi dan UMKM model seperti ini. Yang ujungnya untuk pertumbuhan perekonomian Surabaya," kata dia.
Sementara itu, pemilik Kopisae Sendi mengatakan, kolaborasi antara pihaknya dengan UMKM lokal sudah terinspirasi dari bertahannya pelaku UMKM lokal di masa pandemi. Namun baru sekarang terealisasi.
Lebih lanjut, Sendi mengatakan sentra UMKM di Kopisae baru berjalan di awal bulan ini dengan melibatkan 30 pelaku UMKM lokal. Untuk sementara sebagai trial UMKM berjualan pada Sabtu dan Minggu mulai jam 6 pagi sampai jam 9 pagi sebelum kafe buka.
"Program ini akan kami kembangkan, kami copy paste di cabang kami. Rencananya nanti di Gubeng. Program ini berkembang bersama-sama UMKM lokal. Kami rencana ada lagi di Gubeng," kata dia.
Menurut Sendi, sentra UMKM yang di inisiasi pihaknya sudah melalui komunikasi dengan pihak RT/RW, Kelurahan dan Kecamatan.
"Kami ini juga bagian dari UMKM. Kami mengajak UMKM lokal di wilayah Margorejo untuk mendapatkan tempat berdagang yang lebih representatif sehingga produk mereka bisa lebih diserap oleh market," kata dia.
Sendi menambahkan, pihaknya ingin menjadi wadah pelaku UMKM yang menjajakan kuliner lokal yang jadi legenda di Surabaya supaya bermunculan.
"Seperti jajanan kuliner Semanggi, sehingga ikon-ikon kuliner Surabaya bisa lestari," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023