Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyebut kelompok remaja bersenjata tajam sudah tidak bermunculan lagi setelah dilakukan giat patroli rutin oleh tim gabungan pemkot, TNI, Polri dan ormas.

"Alhamdulillah warga sudah menjaga Kota Surabaya. Setiap perkampungan dijaga, setiap wilayahnya dijaga, ayo dijaga terus Kota Surabaya ini agar tetap aman dan nyaman," kata Cak Eri, sapaan akrabnya, Sabtu.

Menurut dia, kebanyakan dari mereka merupakan anak-anak di bawah umur atau 17 tahun ke bawah yang sedang menunjukkan eksistensinya dengan memicu persaingan antarkelompok remaja lain.

Dalam persaingan tersebut, lanjut dia, para remaja saling mempertontonkan senjata tajam yang mereka miliki untuk saling menakut-menakuti.

Pemkot Surabaya bersama TNI/Polri, serta seluruh elemen masyarakat langsung bertindak cepat dengan melakukan patroli gabungan untuk menertibkan kelompok tersebut.

"Anak-anak yang di bawah 17 tahun ke bawah yang paling banyak. Juga ada (pelajar) SMK begitu 17-18 tahun, itu dia mencari eksistensi dirinya dengan menunjukkan senjata tajam," ujar dia.

Menurut dia, dengan gotong-royong pelaksanaan patroli penertiban kelompok remaja bersenjata tajam inilah, kelompok tersebut mulai tak bermunculan di malam hari. Para remaja yang terjaring tersebut akan dilakukan pendataan untuk didaftarkan dalam Sekolah Wawasan Kebangsaan yang akan dimulai pada awal Januari 2023 mendatang.

Cak Eri mengatakan, untuk anak-anak yang sudah terjaring oleh Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Akhmad Yusep Gunawan dan Kapolres Tanjung Perak AKBP Anton Elfrino Trisanto akan didata dan selanjutnya diberikan materi pendidikan kebangsaan oleh TNI/Polri, serta diberikan penguatan pada pendidikan keagamaan.

"Cyber crime mereka tahu bahwa ada akun-akun yang namanya palsu tapi dia tahu siapa yang sebenarnya. Jumlah anggotanya berapa dan didatangi semua oleh Pak Kapolrestabes maupun Pak Kapolres Tanjung Perak," kata dia.

Para remaja yang menggunakan akun-akun palsu dan terlibat dalam ajakan kelompok remaja bersenjata tajam itu langsung dikunjungi untuk dilakukan pendataan. Selain itu, mereka juga diajak berbincang mengenai alasan mengapa ikut dalam kelompok-kelompok tersebut.

Sebab, Cak Eri mengaku, bahwa faktor utama para remaja mengikuti kelompok tersebut adalah kurangnya kasih sayang dari orang tua.

"Karena rata-rata orang tuanya tidak pernah perhatian kepada putra putrinya. Jadi, lek moleh bengi gak tau ditakoni teko ndi (pulang malam tidak pernah ditanyakan dari mana), terus kadang-kadang karena kehidupan faktor ekonominya," kata dia.

Untuk itu, kata Cak Eri, melalui Sekolah Wawasan Kebangsaan dan Keagamaan itu, para remaja akan dibagi dalam setiap gelombang. Pada kegiatan pembelajaran pagi hari, para remaja akan ditumbuhkan rasa cinta kebangsaan melalui pendidikan militer dan pada pembelajaran malam hari, para remaja itu akan mendapat pendidikan keagamaan.

"Satu gelombang mungkin 100, kami akan koordinasi dengan TNI/Polri. Saya menghimbau kepada orang tua yang ada di kota Surabaya tolong putra putrinya diberikan penguatan karakter untuk membentuk Akhlakul Karimah, dibentuk rasa kebangsaan dan rasa guyub untuk saling tolong menolong," tuturnya.

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022