Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengaku bangga film berjudul "Koesno, Jati Diri Soekarno" masuk ke dalam daftar nominasi Film Dokumenter Pendek Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) Tahun 2022.
"Alhamdulillah, ternyata Film Koesno ini masuk daftar nominasi film pendek terbaik FFI 2022. Nanti dipilih lagi film yang mendapatkan Piala Citra," katanya di Surabaya, Ahad.
Cak Eri, sapaan akrabnya, menyatakan hal yang membuatnya bangga adalah ketika film dokumenter "Koesno, Jati Diri Soekarno" berisi tentang pelurusan sejarah bangsa Indonesia.
Di dalam isi film bercerita tentang Presiden Pertama Republik Indonesia (RI) Soekarno yang lahir dan menempa pendidikan di Kota Surabaya.
"Sebenarnya yang membuat saya merasa bahagia dan bangga itu adalah ketika bisa menjelaskan sejarah. Karena yang dulu Presiden Soekarno (dikenal) lahir di Blitar, tapi ternyata dengan pembenaran sejarah ini maka kita ketahui semua bahwa lahirnya di Surabaya," kata Cak Eri yang juga memerankan sosok Soekarno dalam Film Koesno.
Menurut dia, sudah selayaknya sebagai anak bangsa meluruskan sejarah, seperti halnya melalui cerita pada Film Koesno.
Dia optimistis film dokumenter yang mengisahkan tentang kelahiran, kisah cinta, dan gagasan kebangsaan Presiden Soekarno ini dapat menjadi yang terbaik dan merebut Piala Citra FFI.
"Semoga di piala citra FFI menjadi terbaik," kata Eri Cahyadi.
Sementara itu, Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga Surabaya Kukuh Yudha Karnanta menyatakan apabila dilihat dari segi konten atau isi, film "Koesno, Jati Diri Soekarno" bertujuan untuk mengklarifikasi atau mensosialisasikan bahwa Presiden Soekarno adalah Arek Suroboyo.
"Dalam pengertian dia (Soekarno) lahir di Surabaya, menempa pendidikan sebagai seorang negarawan itu juga di Surabaya dan memiliki keterkaitan erat dengan peristiwa sejarah di Surabaya," katanya.
Menurut dia, film "Koesno, Jati Diri Soekarno" sangat strategis sebagai media edukasi kepada masyarakat bahwa sebenarnya Presiden Pertama RI adalah Arek Suroboyo.
"Jadi ini suatu medium yang sangat strategis dan sangat baik untuk mengedukasi publik," kata dia.
Sedangkan dari bentuk film, Kukuh berpendapat, bahwa sangrai "Koesno, Jati Diri Soekarno" sendiri adalah dokudrama, di mana film ini dalam bentuk dokumenter dan reka ulang peristiwa sejarah kelahiran Presiden Pertama RI Soekarno pada tahun 1901 di Peneleh, Surabaya.
"Saya sebagai kritikus film berpendapat, bahwa ini menarik, sangrai ini belum banyak digarap, terlebih di festival sekelas FFI. Ini suatu hal yang baru dan sangat penting, dalam arti dokudrama ternyata bisa kompetitif di FFI," ucapnya.
Peraih Kritik Film Terbaik Festival Film Indonesia 2021 itu menilai, bahwa masuknya Film Koesno ke dalam daftar nominasi FFI menandakan jika dokudrama secara mutu juga tak kalah dengan genre yang lain.
"Ini menandakan bahwa dokudrama secara mutu sinematografinya sangat baik dan secara konten juga sangat penting," tutur Kukuh Yodha Karmanta.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Alhamdulillah, ternyata Film Koesno ini masuk daftar nominasi film pendek terbaik FFI 2022. Nanti dipilih lagi film yang mendapatkan Piala Citra," katanya di Surabaya, Ahad.
Cak Eri, sapaan akrabnya, menyatakan hal yang membuatnya bangga adalah ketika film dokumenter "Koesno, Jati Diri Soekarno" berisi tentang pelurusan sejarah bangsa Indonesia.
Di dalam isi film bercerita tentang Presiden Pertama Republik Indonesia (RI) Soekarno yang lahir dan menempa pendidikan di Kota Surabaya.
"Sebenarnya yang membuat saya merasa bahagia dan bangga itu adalah ketika bisa menjelaskan sejarah. Karena yang dulu Presiden Soekarno (dikenal) lahir di Blitar, tapi ternyata dengan pembenaran sejarah ini maka kita ketahui semua bahwa lahirnya di Surabaya," kata Cak Eri yang juga memerankan sosok Soekarno dalam Film Koesno.
Menurut dia, sudah selayaknya sebagai anak bangsa meluruskan sejarah, seperti halnya melalui cerita pada Film Koesno.
Dia optimistis film dokumenter yang mengisahkan tentang kelahiran, kisah cinta, dan gagasan kebangsaan Presiden Soekarno ini dapat menjadi yang terbaik dan merebut Piala Citra FFI.
"Semoga di piala citra FFI menjadi terbaik," kata Eri Cahyadi.
Sementara itu, Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga Surabaya Kukuh Yudha Karnanta menyatakan apabila dilihat dari segi konten atau isi, film "Koesno, Jati Diri Soekarno" bertujuan untuk mengklarifikasi atau mensosialisasikan bahwa Presiden Soekarno adalah Arek Suroboyo.
"Dalam pengertian dia (Soekarno) lahir di Surabaya, menempa pendidikan sebagai seorang negarawan itu juga di Surabaya dan memiliki keterkaitan erat dengan peristiwa sejarah di Surabaya," katanya.
Menurut dia, film "Koesno, Jati Diri Soekarno" sangat strategis sebagai media edukasi kepada masyarakat bahwa sebenarnya Presiden Pertama RI adalah Arek Suroboyo.
"Jadi ini suatu medium yang sangat strategis dan sangat baik untuk mengedukasi publik," kata dia.
Sedangkan dari bentuk film, Kukuh berpendapat, bahwa sangrai "Koesno, Jati Diri Soekarno" sendiri adalah dokudrama, di mana film ini dalam bentuk dokumenter dan reka ulang peristiwa sejarah kelahiran Presiden Pertama RI Soekarno pada tahun 1901 di Peneleh, Surabaya.
"Saya sebagai kritikus film berpendapat, bahwa ini menarik, sangrai ini belum banyak digarap, terlebih di festival sekelas FFI. Ini suatu hal yang baru dan sangat penting, dalam arti dokudrama ternyata bisa kompetitif di FFI," ucapnya.
Peraih Kritik Film Terbaik Festival Film Indonesia 2021 itu menilai, bahwa masuknya Film Koesno ke dalam daftar nominasi FFI menandakan jika dokudrama secara mutu juga tak kalah dengan genre yang lain.
"Ini menandakan bahwa dokudrama secara mutu sinematografinya sangat baik dan secara konten juga sangat penting," tutur Kukuh Yodha Karmanta.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022