Seorang reporter Radio Republik Indonesia (RRI) Jember yang bertugas di Situbondo bernama Diana mendapatkan perlakuan tidak simpatik dan intimidasi dari sejumlah oknum petugas sipir di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Situbondo, Jawa Timur, Kamis.
Arogansi oknum petugas sipir Rutan Situbondo itu bermula ketika reporter RRI hendak melakukan kegiatan peliputan acara Pembukaan Pelatihan Perbengkelan Sepeda Motor oleh Dinas Ketenagakerjaan Situbondo yang pesertanya adalah warga binaan rutan.
"Sekitar pukul 12.40 WIB saya berada di rutan. Sebelum masuk pintu masuk rutan bersama rekan saya memencet tombol bel masuk dan tak lama pintu dibukakan oleh petugas," ujar Diana.
Ketika masuk pintu gerbang utama, ia mampir ke meja petugas untuk mengambil id card tamu dan ketika akan mengambil id card tamu ternyata Diana melihat teman-teman wartawan lainnya sudah mulai wawancara dengan Bupati Situbondo Karna Suswandi.
Diana pun langsung bergegas mengikuti wawancara tersebut karena khawatir tertinggal momen.
"Id card tamu saya ambil dari tangan teman saya. Saya setengah berlari menuju teman-teman yang sedang wawancara dengan bupati. Jarak antara saya dengan teman-teman yang sedang wawancara hanya lima meter. Sangat dekat sekali," katanya.
Diana menceritakan usai wawancara dengan bupati, dirinya kembali berbaur dengan teman-teman lainnya yang sedang melaksanakan tugas jurnalistik.
"Tak lama kemudian saya tiba-tiba dipanggil oleh petugas jaga pintu gerbang yang berseragam biru. Saya langsung menghampiri petugas dan ternyata saya disuruh masuk, lalu pintu dikunci (di antara gerbang satu dan dua). Saya kaget dan khawatir karena dipanggil sendirian, dikunci pula pintunya," katanya bercerita.
Setelah sampai di dalam antara gerbang satu dan dua rumah tahanan, ternyata wartawan perempuan itu sudah dihadapkan dengan empat orang oknum petugas sipir yang mulai mengintimidasi dengan dalih agar berlaku sopan di hadapan petugas.
"Saya bertanya kepada petugas, memang saya tidak sopan kenapa? Petugas bilang kalau saat saya berada di meja petugas menuju teman-teman yang sedang mewawancarai bupati harusnya berjalan, bukan berlari karena itu bagian dari etika. Saya langsung meminta maaf dan bilang kalau saya terburu-buru karena harus ikut mewawancarai bupati," tuturnya.
Kendati sudah berusaha meminta maaf, oknum petugas sipir itu dengan nada tinggi (marah) tetap menyalahkan dan menghardik reporter perempuan itu.
"Dan bilang kalau saya harus ikuti aturan ketika di dalam rutan. Saya jadi bingung, salah saya apa karena saya sudah mengetuk pintu saat masuk dan mampir ke meja petugas. Namun, saat di meja petugas saya bergegas menuju teman-teman yang sedang wawancara," katanya.
Diana mendapatkan sikap kurang simpatik dari petugas sipir rutan sekitar 10 menit di dalam ruangan.
"Saya merasa khawatir karena saya sendirian, dikelilingi empat orang petugas sipir. Cara mereka inilah yang membuat saya ketakutan. Masih terbayang sampai sekarang bagaimana mereka bersikap kasar kepada saya. Semoga ini tidak terjadi kepada rekan-rekan lainnya," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Rutan Kelas IIB Situbondo Tomi Elyus belum bisa dikonfirmasi tindakan oknum petugas sipir tersebut. Saat dihubungi melalui telepon selulernya tidak dijawab. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Arogansi oknum petugas sipir Rutan Situbondo itu bermula ketika reporter RRI hendak melakukan kegiatan peliputan acara Pembukaan Pelatihan Perbengkelan Sepeda Motor oleh Dinas Ketenagakerjaan Situbondo yang pesertanya adalah warga binaan rutan.
"Sekitar pukul 12.40 WIB saya berada di rutan. Sebelum masuk pintu masuk rutan bersama rekan saya memencet tombol bel masuk dan tak lama pintu dibukakan oleh petugas," ujar Diana.
Ketika masuk pintu gerbang utama, ia mampir ke meja petugas untuk mengambil id card tamu dan ketika akan mengambil id card tamu ternyata Diana melihat teman-teman wartawan lainnya sudah mulai wawancara dengan Bupati Situbondo Karna Suswandi.
Diana pun langsung bergegas mengikuti wawancara tersebut karena khawatir tertinggal momen.
"Id card tamu saya ambil dari tangan teman saya. Saya setengah berlari menuju teman-teman yang sedang wawancara dengan bupati. Jarak antara saya dengan teman-teman yang sedang wawancara hanya lima meter. Sangat dekat sekali," katanya.
Diana menceritakan usai wawancara dengan bupati, dirinya kembali berbaur dengan teman-teman lainnya yang sedang melaksanakan tugas jurnalistik.
"Tak lama kemudian saya tiba-tiba dipanggil oleh petugas jaga pintu gerbang yang berseragam biru. Saya langsung menghampiri petugas dan ternyata saya disuruh masuk, lalu pintu dikunci (di antara gerbang satu dan dua). Saya kaget dan khawatir karena dipanggil sendirian, dikunci pula pintunya," katanya bercerita.
Setelah sampai di dalam antara gerbang satu dan dua rumah tahanan, ternyata wartawan perempuan itu sudah dihadapkan dengan empat orang oknum petugas sipir yang mulai mengintimidasi dengan dalih agar berlaku sopan di hadapan petugas.
"Saya bertanya kepada petugas, memang saya tidak sopan kenapa? Petugas bilang kalau saat saya berada di meja petugas menuju teman-teman yang sedang mewawancarai bupati harusnya berjalan, bukan berlari karena itu bagian dari etika. Saya langsung meminta maaf dan bilang kalau saya terburu-buru karena harus ikut mewawancarai bupati," tuturnya.
Kendati sudah berusaha meminta maaf, oknum petugas sipir itu dengan nada tinggi (marah) tetap menyalahkan dan menghardik reporter perempuan itu.
"Dan bilang kalau saya harus ikuti aturan ketika di dalam rutan. Saya jadi bingung, salah saya apa karena saya sudah mengetuk pintu saat masuk dan mampir ke meja petugas. Namun, saat di meja petugas saya bergegas menuju teman-teman yang sedang wawancara," katanya.
Diana mendapatkan sikap kurang simpatik dari petugas sipir rutan sekitar 10 menit di dalam ruangan.
"Saya merasa khawatir karena saya sendirian, dikelilingi empat orang petugas sipir. Cara mereka inilah yang membuat saya ketakutan. Masih terbayang sampai sekarang bagaimana mereka bersikap kasar kepada saya. Semoga ini tidak terjadi kepada rekan-rekan lainnya," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Rutan Kelas IIB Situbondo Tomi Elyus belum bisa dikonfirmasi tindakan oknum petugas sipir tersebut. Saat dihubungi melalui telepon selulernya tidak dijawab. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022