Kecanduan gadget (gawai) pada anak bisa memengaruhi bahkan menyebabkan gangguan mental jika tak segera diatasi, demikian penjelasan Psikolog Psikolog Prof. Dr. H. Seto Mulyadi, S. Psi., M.Si.

Anak yang kecanduan gawai bisa tiba-tiba marah ketika sinyal susah, kuota habis, karena merasa seolah tidak terpenuhi kenikmatan dan kenyamannya. Bahkan, ada yang sampai dirawat di rumah sakit jiwa, kata pria yang akrab disapa Kak Seto itu kepada ANTARA, Minggu.

"Jadi dari berbagai hal inilah sesuatu yang dinikmati dan sudah merasa nyaman dengan keadaan itu, tiba-tiba hilang secara mendadak, memang bisa menimbulkan anak-anak stres. Dia tidak bisa belajar sosial, tidak bisa melihat bagaimana pergaulan," jelas Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) itu.



Lebih lanjut, Seto menjelaskan ada beberapa kondisi yang harus diwaspadai oleh orangtua saat anak kecanduan gawai. Apabila anak sudah sulit untuk diatur, mengganggu pola makan, ibadah dan waktu belajar, hal tersebut perlu diwaspadai. Apalagi jika mood sang anak sulit untuk dikendalikan jika dijauhkan dari gawai.

"Kalau anak sudah mulai nggak teratur. Kalau makan, nggak makan. Kalau ibadah, tidak. Waktunya belajar juga tidak. Terus main gadget. Kadang mengurung diri di kamar. Atau uring-uringan. Marah-marah, nah itu sudah harus waspada. Ada sesuatu yang tidak beres pada jiwa anak," kata Kak Seto.

Jika anak sudah mengalami hal tersebut, Kak Seto menyarankan agar orangtua dapat meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak. Dengan demikian, hubungan persahabatan antara orangtua dan anak pun dapat terjalin sehingga anak tak hanya terfokus pada gawainya saja.

"Jadi biasakan menggelar rapat keluarga. Atau ngobras, ngobrol bareng asik misalnya. Jangan sekedar memberikan perintah saja. Tapi mulai dengan sekarang ayah dan bunda mau dengar apa yang menurut kalian kami salah? Gitu," kata Kak Seto.

Dengan dialog, menurut Kak Seto, maka terjalin persahabatan. Akhirnya, anak lebih nyaman bahwa ayah sama bunda sekarang sudah berubah. Tidak seperti dulu. "Karena itu juga tempat pelarian anak. Begitu ibunya marah, ayahnya cuek, ya sudah. Asyik banget dia dengan gadget," pungkasnya. (*)
Baca juga: Ibu muda Surabaya beri tips kurangi kecanduan gawai pada anak
Baca juga: Perlu kolaborasi orang tua dan guru pantau risiko kecanduan gawai remaja
Baca juga: Gerai gawai di luar pusat perbelanjaan diminati masyarakat
Baca juga: Berikut daftar gawai yang sudah 5G di Indonesia selama 2021
Baca juga: Berikut daftar gawai yang sudah 5G di Indonesia selama 2021
Baca juga: Rekomendasi tujuh gawai yang asyik untuk main gim
Baca juga: Berikut daftar gawai yang sudah 5G di Indonesia selama 2021
Baca juga: Rekomendasi tujuh gawai yang asyik untuk main gim
Baca juga: Rutan Gresik tenggelamkan ratusan gawai milik warga binaan ke akuarium
Baca juga: Psikolog: Waktu tepat kenalkan gawai ke anak sejak usia 18 bulan
Baca juga: Berikut daftar gawai yang sudah 5G di Indonesia selama 2021
Baca juga: Rutan Gresik tenggelamkan ratusan gawai milik warga binaan ke akuarium
Baca juga: Komisi Eropa berencana seragamkan charger gawai
Baca juga: Psikolog: Waktu tepat kenalkan gawai ke anak sejak usia 18 bulan
Baca juga: POCO dinilai memukau pasar gawai internasional

Pewarta: Lifia Mawaddah Putri

Editor : Abdullah Rifai


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022