"Thek, thek, thek". Suara berulang-ulang itu terdengar saat seorang pria berusaha membengkokkan lempengan memanjang untuk dibentuk menjadi gelang. Pembuatan itu menggunakan alat tradisional, berupa selongsong besi seukuran lengan tangan manusia dewasa serta kayu balok.
Yang melakukannya adalah Muhammad Akbar, remaja asal Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Setiap hari, di salah satu ruangan dekat Hall Muzdalifah Asrama Haji Sukolilo Surabaya, ia bertugas membuat monel yang awalnya lurus menjadi lingkaran.
Di sebelahnya, duduk seorang remaja pria berambut gondrong yang sedang mencermati satu per satu nama orang di selembar kertas memanjang. Namanya Irul.
Ia kemudian menggunting nama-nama yang sudah dicetak dari mesin print. Lalu, dimasukkan ke plastik beserta gelang tersebut satu per satu. Proses ini disebut sebagai pengemasan.
"Itu sudah masuk proses akhir. Nanti petugas membagikannya kepada jamaah yang baru masuk Asrama Haji," ujar Akbar.
Proses awalnya adalah, gelang berbahan dasar monel berbentuk lurus memanjang itu di-sheet. Fungsinya untuk memberi cetakan menandai nomor kloter, nomor paspor dan nama jamaah.
Proses pencetakan dengan metode sheet itu menggunakan mesin adaptor dan cairan kimia berupa air raksa. Setelah itu baru dibuat melingkar dengan terlebih dahulu dicuci air biasa.
Akbar dan Irul tak hanya berdua mengerjakannya, tapi dibantu Wahyu dan Shafin untuk membuat gelang identitas yang dipesan Kementerian Agama RI untuk seluruh jamaah calon haji yang berangkat melalui Embarkasi Surabaya itu.
"Membuat pertama kali saat datang, pada 2 Juni 2022 dan nanti terakhirnya 2 Juli. Kami tidur di Asrama Haji dan sebulan mengerjakannya di sini," ucap Akbar.
Akbar, Irul, Shafin dan Wahyu harus benar-benar bisa mengatur waktu untuk menyelesaikan tugasnya. Karena telat satu menit saja, maka bisa berimbas ke yang lain.
"Iya semua harus tepat waktu. Gelangnya kan satu kloter disendirikan, jadi harus tepat dan cermat. Jangan sampai salah karena risikonya tinggi," kata pemuda asli Jepara tersebut.
Akbar masih baru sekali ini ikut membuat gelang di Asrama Haji Surabaya tersebut. Berbeda dengan Wahyu, yang sudah kali ketiga membuat gelang untuk jamaah haji di Surabaya.
Pemuda yang juga berasal dari Jepara itu bersyukur bisa kembali ke Asrama Haji mencetak gelang identitas lagi.
"Dua tahun tidak ke sini karena pandemi, tidak ada musim haji. Alhamdulillah sekarang ada dan saya ke sini lagi. Sudah tiga kali ini," katanya.
Sebagai pelepas rasa jenuh dan menghindari rasa capek, ia mengaku harus benar-benar memanfaatkan waktu istirahat yang cukup agar proses pengerjaan gelang berjalan sesuai harapan.
"Memang kadang capek, tapi harus dilawan dan sekali-sekali minum kopi. Yang jelas, membuat gelang ini harus benar dan tidak boleh salah," tutur dia.
Tidak boleh lepas
Gelang identitas itu wajib dikenakan oleh seluruh jamaah yang berangkat dari Embarkasi Surabaya, termasuk petugas pendamping kloter.
Gelang itu dipakai di lengan dan harus dijaga sebaik-baiknya agar tidak hilang.
"Kalau perlu, saat mandi dan tidur jangan dilepas sebab kalau tertinggal dan jatuh maka akan kesulitan mengantisipasi jika kesasar atau sedang tidak bersama dengan rombongan," ujar Sekretaris Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya Abdul Haris.
Pada gelang warna silver tersebut terdapat tulisan dalam Bahasa Indonesia, namun menggunakan Huruf Arab, lalu terdapat gambar bendera merah putih (bendera Indonesia), kemudian tulisan huruf balok "SUB" yang berarti asal Embarkasi Surabaya.
Selain itu, juga terdapat nomor kloter, nama maktab, nomor paspor, serta nama lengkap jamaah.
"Dari situ nanti dapat diketahui kalau ada jamaah yang tertinggal rombongan atau tersesat saat berada di Arab Saudi. Jadi, selama ada gelang identitas di tangan maka jangan khawatir jika tersesat," kata Haris.
"Tapi, kita doakan tidak ada yang tertinggal atau tersesat. Apalagi sekarang pakai sistem zonasi di sana, jadi lebih mudah terdeteksi," ujarnya.
Kabid Penyelenggara Haji dan Umroh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur tersebut menyampaikan gelang sudah harus dipasang oleh jamaah sejak saat pemberangkatan dari Asrama Haji Surabaya.
"Sebelum terbang atau saat mau meninggalkan asrama haji, jamaah dikumpulkan di Hall Muzdalifah dan satu per satu gelang dibagikan," kata Haris.
Salah seorang calon haji, Mudjianto, merasa terbantu dengan adanya gelang identitas tersebut karena tidak khawatir tentang keberadaannya selama berada di Arab Saudi.
"Kalau ada gelang identitas jadi tidak khawatir. Tapi ya kami para jamaah harus menjaga diri agar tidak tersesat," ucapnya.
Calon haji asal Kota Surabaya itu tak akan melepas gelang identitas selama berada di Makkah, Mina maupun Madinah atau pada saat menunaikan ibadah.
"Kalau bisa mandi dan kegiatan lain tidak saya lepas," kata Mudji, sapaan akrabnya.
Embarkasi Surabaya
Kelompok terbang (kloter) pertama jamaah calon haji asal Embarkasi Surabaya telah diberangkatkan ke Arab Saudi pada Sabtu, 4 Juni 2022, dari Bandara Internasional Juanda Surabaya.
Sebanyak 449 calon haji asal Tuban tersebut masuk Asrama Haji Sukolilo pada 3 Juni 2022.
Yang istimewa, saat pemberangkatan ke Tanah Suci dilepas oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang didampingi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di atas pesawat Saudi Arabia Airlines.
Kepala Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Husnul Maram menjelaskan total terdapat 38 kloter yang melalui Embarkasi Surabaya.
Berikutnya, kloter terakhir Embarkasi Surabaya akan berangkat ke Arab Saudi pada 2 Juli 2022.
Sedangkan untuk kedatangan jamaah haji dijadwalkan kloter pertama tiba pada 15 Juli 2022 dan kloter terakhir masuk Asrama Haji pada 14 Agustus 2022.
Dia juga menjelaskan bahwa di Embarkasi Surabaya total sebanyak 16.967 orang calon haji yang berasal dari 38 kabupaten/kota se-Jatim, ditambah jamaah asal Bali, Nusa Tenggara Timur, Palembang, serta petugas kloter.
Rinciannya, dari seluruh kabupaten/kota se-Jatim sebanyak 16.087 orang, dari Bali 318 orang, NTT 291 orang, Palembang 119 orang, serta petugas kloter 152 orang.
"Harapan kami semua berjalan lancar dan dimudahkan Allah SWT. Semoga seluruh jamaah menjadi haji mabrur," kata Husnul Maram.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Yang melakukannya adalah Muhammad Akbar, remaja asal Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Setiap hari, di salah satu ruangan dekat Hall Muzdalifah Asrama Haji Sukolilo Surabaya, ia bertugas membuat monel yang awalnya lurus menjadi lingkaran.
Di sebelahnya, duduk seorang remaja pria berambut gondrong yang sedang mencermati satu per satu nama orang di selembar kertas memanjang. Namanya Irul.
Ia kemudian menggunting nama-nama yang sudah dicetak dari mesin print. Lalu, dimasukkan ke plastik beserta gelang tersebut satu per satu. Proses ini disebut sebagai pengemasan.
"Itu sudah masuk proses akhir. Nanti petugas membagikannya kepada jamaah yang baru masuk Asrama Haji," ujar Akbar.
Proses awalnya adalah, gelang berbahan dasar monel berbentuk lurus memanjang itu di-sheet. Fungsinya untuk memberi cetakan menandai nomor kloter, nomor paspor dan nama jamaah.
Proses pencetakan dengan metode sheet itu menggunakan mesin adaptor dan cairan kimia berupa air raksa. Setelah itu baru dibuat melingkar dengan terlebih dahulu dicuci air biasa.
Akbar dan Irul tak hanya berdua mengerjakannya, tapi dibantu Wahyu dan Shafin untuk membuat gelang identitas yang dipesan Kementerian Agama RI untuk seluruh jamaah calon haji yang berangkat melalui Embarkasi Surabaya itu.
"Membuat pertama kali saat datang, pada 2 Juni 2022 dan nanti terakhirnya 2 Juli. Kami tidur di Asrama Haji dan sebulan mengerjakannya di sini," ucap Akbar.
Akbar, Irul, Shafin dan Wahyu harus benar-benar bisa mengatur waktu untuk menyelesaikan tugasnya. Karena telat satu menit saja, maka bisa berimbas ke yang lain.
"Iya semua harus tepat waktu. Gelangnya kan satu kloter disendirikan, jadi harus tepat dan cermat. Jangan sampai salah karena risikonya tinggi," kata pemuda asli Jepara tersebut.
Akbar masih baru sekali ini ikut membuat gelang di Asrama Haji Surabaya tersebut. Berbeda dengan Wahyu, yang sudah kali ketiga membuat gelang untuk jamaah haji di Surabaya.
Pemuda yang juga berasal dari Jepara itu bersyukur bisa kembali ke Asrama Haji mencetak gelang identitas lagi.
"Dua tahun tidak ke sini karena pandemi, tidak ada musim haji. Alhamdulillah sekarang ada dan saya ke sini lagi. Sudah tiga kali ini," katanya.
Sebagai pelepas rasa jenuh dan menghindari rasa capek, ia mengaku harus benar-benar memanfaatkan waktu istirahat yang cukup agar proses pengerjaan gelang berjalan sesuai harapan.
"Memang kadang capek, tapi harus dilawan dan sekali-sekali minum kopi. Yang jelas, membuat gelang ini harus benar dan tidak boleh salah," tutur dia.
Tidak boleh lepas
Gelang identitas itu wajib dikenakan oleh seluruh jamaah yang berangkat dari Embarkasi Surabaya, termasuk petugas pendamping kloter.
Gelang itu dipakai di lengan dan harus dijaga sebaik-baiknya agar tidak hilang.
"Kalau perlu, saat mandi dan tidur jangan dilepas sebab kalau tertinggal dan jatuh maka akan kesulitan mengantisipasi jika kesasar atau sedang tidak bersama dengan rombongan," ujar Sekretaris Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya Abdul Haris.
Pada gelang warna silver tersebut terdapat tulisan dalam Bahasa Indonesia, namun menggunakan Huruf Arab, lalu terdapat gambar bendera merah putih (bendera Indonesia), kemudian tulisan huruf balok "SUB" yang berarti asal Embarkasi Surabaya.
Selain itu, juga terdapat nomor kloter, nama maktab, nomor paspor, serta nama lengkap jamaah.
"Dari situ nanti dapat diketahui kalau ada jamaah yang tertinggal rombongan atau tersesat saat berada di Arab Saudi. Jadi, selama ada gelang identitas di tangan maka jangan khawatir jika tersesat," kata Haris.
"Tapi, kita doakan tidak ada yang tertinggal atau tersesat. Apalagi sekarang pakai sistem zonasi di sana, jadi lebih mudah terdeteksi," ujarnya.
Kabid Penyelenggara Haji dan Umroh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur tersebut menyampaikan gelang sudah harus dipasang oleh jamaah sejak saat pemberangkatan dari Asrama Haji Surabaya.
"Sebelum terbang atau saat mau meninggalkan asrama haji, jamaah dikumpulkan di Hall Muzdalifah dan satu per satu gelang dibagikan," kata Haris.
Salah seorang calon haji, Mudjianto, merasa terbantu dengan adanya gelang identitas tersebut karena tidak khawatir tentang keberadaannya selama berada di Arab Saudi.
"Kalau ada gelang identitas jadi tidak khawatir. Tapi ya kami para jamaah harus menjaga diri agar tidak tersesat," ucapnya.
Calon haji asal Kota Surabaya itu tak akan melepas gelang identitas selama berada di Makkah, Mina maupun Madinah atau pada saat menunaikan ibadah.
"Kalau bisa mandi dan kegiatan lain tidak saya lepas," kata Mudji, sapaan akrabnya.
Embarkasi Surabaya
Kelompok terbang (kloter) pertama jamaah calon haji asal Embarkasi Surabaya telah diberangkatkan ke Arab Saudi pada Sabtu, 4 Juni 2022, dari Bandara Internasional Juanda Surabaya.
Sebanyak 449 calon haji asal Tuban tersebut masuk Asrama Haji Sukolilo pada 3 Juni 2022.
Yang istimewa, saat pemberangkatan ke Tanah Suci dilepas oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang didampingi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di atas pesawat Saudi Arabia Airlines.
Kepala Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Husnul Maram menjelaskan total terdapat 38 kloter yang melalui Embarkasi Surabaya.
Berikutnya, kloter terakhir Embarkasi Surabaya akan berangkat ke Arab Saudi pada 2 Juli 2022.
Sedangkan untuk kedatangan jamaah haji dijadwalkan kloter pertama tiba pada 15 Juli 2022 dan kloter terakhir masuk Asrama Haji pada 14 Agustus 2022.
Dia juga menjelaskan bahwa di Embarkasi Surabaya total sebanyak 16.967 orang calon haji yang berasal dari 38 kabupaten/kota se-Jatim, ditambah jamaah asal Bali, Nusa Tenggara Timur, Palembang, serta petugas kloter.
Rinciannya, dari seluruh kabupaten/kota se-Jatim sebanyak 16.087 orang, dari Bali 318 orang, NTT 291 orang, Palembang 119 orang, serta petugas kloter 152 orang.
"Harapan kami semua berjalan lancar dan dimudahkan Allah SWT. Semoga seluruh jamaah menjadi haji mabrur," kata Husnul Maram.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022