Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi unjuk kebolehan seni peran sebagai raja pertama Kerajaan Majapahit Raden Wijaya dalam pentas ludruk yang disiarkan salah satu stasiun televisi lokal di Jatim, Selasa malam.
"Pengalaman pertama mendebarkan, bikin ketagihan. Nanti kalau manggung lagi bakal lebih mantap," kata Wali Kota Eri saat bercerita saat pertama tampil pada pertunjukan ludruk di Surabaya, Selasa.
Pada pentas tersebut, Wali Kota Eri Cahyadi tidak sendiri, melainkan bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Surabaya dan grup seniman Ludruk Luntas yang juga ikut mendalami peran sebagai anggota Kerajaan Majapahit.
Pada kesempatan ini, Wali Kota Eri bersama jajaran Forkopimda Surabaya dan grup ludruk Luntas menceritakan asal mula terbentuknya Kota Surabaya pada zaman Kerajaan Majapahit.
Pertunjukan itu dimulai dari penampilan Tari Remo, setelah itu parikan sebagai penanda dibukanya pertunjukan ludruk bertema "Hoedjoeng Galoeh" Asal Muasal Nama Surabaya.
Pada awal pertunjukan, pentolan grup ludruk Luntas Robets Bayoned membuka dengan gaya bahasa khas Suroboyo-an. Tidak lama kemudian, Wali Kota yang akrab dengan sapaan Mas Eri itu tampil sebagai raja yang memimpin pasukan Majapahit untuk melawan pasukan sekaligus mengusir tentara Tartar dari Kekaisaran Mongol.
Eri menyebutkan akan kembali main ludruk bersama jajaran Forkopimda Surabaya, tujuannya adalah untuk melestarikan kesenian sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Pahlawan.
"Setelah pandemi COVID-19 ini, salah satu cara kami menggerakkan perekonomian adalah dengan kesenian secara masif di Surabaya," kata dia.
Selain itu, Eri juga mendukung grup ludruk Luntas untuk melestarikan kesenian khas Surabaya.
Menurut Eri, ludrukan ala Luntas berbeda karena membawakannya dengan cara kekinian sehingga cara ini dapat menarik minat anak muda Kota Surabaya menikmati kesenian tradisional.
"Saatnya Luntas membawa nama besar Surabaya, tunjukkan ke seluruh nasional bahkan hingga ke kancah internasional, Luntas ada dan yang terdepan," ujar Eri.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Pengalaman pertama mendebarkan, bikin ketagihan. Nanti kalau manggung lagi bakal lebih mantap," kata Wali Kota Eri saat bercerita saat pertama tampil pada pertunjukan ludruk di Surabaya, Selasa.
Pada pentas tersebut, Wali Kota Eri Cahyadi tidak sendiri, melainkan bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Surabaya dan grup seniman Ludruk Luntas yang juga ikut mendalami peran sebagai anggota Kerajaan Majapahit.
Pada kesempatan ini, Wali Kota Eri bersama jajaran Forkopimda Surabaya dan grup ludruk Luntas menceritakan asal mula terbentuknya Kota Surabaya pada zaman Kerajaan Majapahit.
Pertunjukan itu dimulai dari penampilan Tari Remo, setelah itu parikan sebagai penanda dibukanya pertunjukan ludruk bertema "Hoedjoeng Galoeh" Asal Muasal Nama Surabaya.
Pada awal pertunjukan, pentolan grup ludruk Luntas Robets Bayoned membuka dengan gaya bahasa khas Suroboyo-an. Tidak lama kemudian, Wali Kota yang akrab dengan sapaan Mas Eri itu tampil sebagai raja yang memimpin pasukan Majapahit untuk melawan pasukan sekaligus mengusir tentara Tartar dari Kekaisaran Mongol.
Eri menyebutkan akan kembali main ludruk bersama jajaran Forkopimda Surabaya, tujuannya adalah untuk melestarikan kesenian sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Pahlawan.
"Setelah pandemi COVID-19 ini, salah satu cara kami menggerakkan perekonomian adalah dengan kesenian secara masif di Surabaya," kata dia.
Selain itu, Eri juga mendukung grup ludruk Luntas untuk melestarikan kesenian khas Surabaya.
Menurut Eri, ludrukan ala Luntas berbeda karena membawakannya dengan cara kekinian sehingga cara ini dapat menarik minat anak muda Kota Surabaya menikmati kesenian tradisional.
"Saatnya Luntas membawa nama besar Surabaya, tunjukkan ke seluruh nasional bahkan hingga ke kancah internasional, Luntas ada dan yang terdepan," ujar Eri.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022