Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi melakukan tinjauan progres perbaikan Jembatan Ngaglik 1 di Lamongan, Jawa Timur pada Sabtu.
Jembatan Ngaglik ambles pada Selasa (29/3), sehingga menyebabkan terhambatnya kelancaran arus lalu lintas di kawasan tersebut.
Jembatan Ngaglik 1 Lamongan merupakan jalur nasional di mana nantinya digunakan sebagian masyarakat Jawa Timur tidak hanya untuk sehari-sehari juga hendak mudik ke beberapa daerah sekitarnya. Mengingat potensi pergerakan masyarakat di Jawa Timur sebesar 17,1 persen atau 13,6 juta orang berdasarkan hasil Survei Litbang Perhubungan, kata Budi dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Dirjen Budi menerangkan bahwa Jembatan Ngaglik ini menjadi salah satu jalur yang dilalui sehingga diperlukan penanganan secara cepat dan tepat.
Pada dasarnya Jembatan Ngaglik ini menjadi jalur yang sering dilalui masyarakat baik dari Lamongan ke Gresik maupun daerah lainnya, kami (Kemenhub) telah berkoordinasi dengan pihak terkait khususnya Kementerian PUPR, Kepolisian, maupun Dinas Perhubungan untuk memperbaiki jembatan ini yang direncanakan memakan waktu sebanyak 21 hari di mana sudah berjalan selama 3 hari, ujarnya.
Ia menyampaikan, perbaikan jembatan diharapkan selesai saat H-10 menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah.
Sebelum digunakan, Kemenhub juga akan melakukan rapat lebih lanjut terkait simulasi karena ada grider yang terpasang di jembatan yang rusak namun level antara jembatan yang baru dengan yang lama berbeda sekitar 30 cm.
Di samping itu, untuk rencana jangka panjangnya Dirjen Budi mengatakan bahwa setelah lebaran, Kementerian PUPR akan segera memperbaiki jalan di sekitar jembatan tersebut agar level jalannya sama.
"Untuk saat ini fokus kami adalah mengatur mobilitas masyarakat, adapun gangguan arus lalu lintas dapat diminimalisir. Selain itu kami juga berkoordinasi agar setelah perbaikan jembatan selesai, untuk diberikan sosialisasi maupun edukasi kepada masyarakat terkait perilaku berkendara agar tidak terulang kejadian serupa, tutur Dirjen Budi.
Sebelumnya, kerusakan Jembatan Ngaglik 1 Lamongan yang berada di ruas jalan nasional Surabaya-Lamongan-Tuban membawa dampak besar. Kini jalur-jalur alternatif mulai mengalami kepadatan sebagai imbas pengalihan arus lalu lintas. Bukan hanya itu, sejumlah jalan di wilayah Lamongan semakin rusak terutama jalur yang dilalui kendaraan barang dengan tonase besar.
Diketahui, banyak jalur alternatif yang rusak akibat dilalui kendaraan yang Over Dimension Over Loading (ODOL). Pada kesempatan ini masyarakat pun sadar dampak dari kendaraan ODOL memang sangat merugikan.
"Khusus di wilayah Jawa Timur terdapat Jembatan Timbang Widang Tuban, selain itu juga Jembatan Timbang Lamongan yang ke depannya akan kami tingkatkan guna menekan pelanggaran ODOL yang berdampak pada kerusakan infrastruktur jalan maupun korban jiwa, katanya.
Ia berharap sesuai dengan komitmen bersama dalam mewujudkan Indonesia Bebas ODOL pada tahun 2023 mengimbau ke depannya para operator, pemilik kendaraan, maupun pemilik barang dapat memahami dampak besar akibat kendaraan ODOL yang merugikan serta membahayakan pengguna jalan lainnya di mana diperlukan peran serta seluruh pihak. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Jembatan Ngaglik ambles pada Selasa (29/3), sehingga menyebabkan terhambatnya kelancaran arus lalu lintas di kawasan tersebut.
Jembatan Ngaglik 1 Lamongan merupakan jalur nasional di mana nantinya digunakan sebagian masyarakat Jawa Timur tidak hanya untuk sehari-sehari juga hendak mudik ke beberapa daerah sekitarnya. Mengingat potensi pergerakan masyarakat di Jawa Timur sebesar 17,1 persen atau 13,6 juta orang berdasarkan hasil Survei Litbang Perhubungan, kata Budi dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Dirjen Budi menerangkan bahwa Jembatan Ngaglik ini menjadi salah satu jalur yang dilalui sehingga diperlukan penanganan secara cepat dan tepat.
Pada dasarnya Jembatan Ngaglik ini menjadi jalur yang sering dilalui masyarakat baik dari Lamongan ke Gresik maupun daerah lainnya, kami (Kemenhub) telah berkoordinasi dengan pihak terkait khususnya Kementerian PUPR, Kepolisian, maupun Dinas Perhubungan untuk memperbaiki jembatan ini yang direncanakan memakan waktu sebanyak 21 hari di mana sudah berjalan selama 3 hari, ujarnya.
Ia menyampaikan, perbaikan jembatan diharapkan selesai saat H-10 menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah.
Sebelum digunakan, Kemenhub juga akan melakukan rapat lebih lanjut terkait simulasi karena ada grider yang terpasang di jembatan yang rusak namun level antara jembatan yang baru dengan yang lama berbeda sekitar 30 cm.
Di samping itu, untuk rencana jangka panjangnya Dirjen Budi mengatakan bahwa setelah lebaran, Kementerian PUPR akan segera memperbaiki jalan di sekitar jembatan tersebut agar level jalannya sama.
"Untuk saat ini fokus kami adalah mengatur mobilitas masyarakat, adapun gangguan arus lalu lintas dapat diminimalisir. Selain itu kami juga berkoordinasi agar setelah perbaikan jembatan selesai, untuk diberikan sosialisasi maupun edukasi kepada masyarakat terkait perilaku berkendara agar tidak terulang kejadian serupa, tutur Dirjen Budi.
Sebelumnya, kerusakan Jembatan Ngaglik 1 Lamongan yang berada di ruas jalan nasional Surabaya-Lamongan-Tuban membawa dampak besar. Kini jalur-jalur alternatif mulai mengalami kepadatan sebagai imbas pengalihan arus lalu lintas. Bukan hanya itu, sejumlah jalan di wilayah Lamongan semakin rusak terutama jalur yang dilalui kendaraan barang dengan tonase besar.
Diketahui, banyak jalur alternatif yang rusak akibat dilalui kendaraan yang Over Dimension Over Loading (ODOL). Pada kesempatan ini masyarakat pun sadar dampak dari kendaraan ODOL memang sangat merugikan.
"Khusus di wilayah Jawa Timur terdapat Jembatan Timbang Widang Tuban, selain itu juga Jembatan Timbang Lamongan yang ke depannya akan kami tingkatkan guna menekan pelanggaran ODOL yang berdampak pada kerusakan infrastruktur jalan maupun korban jiwa, katanya.
Ia berharap sesuai dengan komitmen bersama dalam mewujudkan Indonesia Bebas ODOL pada tahun 2023 mengimbau ke depannya para operator, pemilik kendaraan, maupun pemilik barang dapat memahami dampak besar akibat kendaraan ODOL yang merugikan serta membahayakan pengguna jalan lainnya di mana diperlukan peran serta seluruh pihak. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022