Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyebut ada delapan kasus terkonfirmasi Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Pahlawan, Jawa Timur, selama Januari 2022.
"Saat ini (warga terkena DBD) sedang menjalani perawatan medis di rumah sakit," kata Wali Kota Eri Cahyadi di Surabaya, Senin.
Oleh karena itu, sebagai respons cepat untuk penanganan kasus DBD, pihaknya mengambil sejumlah langkah yakni, pertama berkoordinasi dengan seluruh fasilitas kesehatan di Kota Surabaya untuk segera melaporkan kasus demam dengan gejala yang menyerupai DBD.
Kedua, berkoordinasi dengan camat dan kurah untuk menggerakkan semua elemen masyarakat dalam upaya pemberantasan.
Ketiga, mengoptimalkan peran kader kesehatan dengan melakukan pemantauan pada kondisi jentik di lingkungan permukiman di wilayahnya masing-masing secara rutin, minimal satu minggu sekali.
"Mereka juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya upaya pencegahan melalui PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dan 3M plus (Menutup, Menguras, dan Mengubur)," ujar dia.
Selain itu, lanjut dia, para kader kesehatan juga melakukan surveilans (kegiatan pengamatan penyakit) berbasis masyarakat. Apabila terdapat laporan yang terduga DBD di wilayahnya, maka akan langsung mengkoordinasikan dengan puskesmas setempat.
"Keempat, kami melakukan penanggulangan secara tepat pada kasus konfirmasi DBD dengan menyediakan penyelidikan epidemiologi, untuk memutus mata rantai penularan dalam waktu kurang dari 2x24 jam sejak laporan pertama," ujarnya.
Terakhir, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini mengatakan, bahwa pihaknya secara rutin telah membagikan larvasida atau pestisida pembunu jentik nyamuk kepada masyarakat untuk melakukan pemberantasan jentik di tempat penampungan air yang sulit di kuras.
"Maka, ketika mengalami demam tinggi harus segera melakukan pemeriksaan dan jangan sampai terlambat. Sebab, kami sudah menyampaikan kepada semua fasilitas kesehatan untuk siap siaga," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Saat ini (warga terkena DBD) sedang menjalani perawatan medis di rumah sakit," kata Wali Kota Eri Cahyadi di Surabaya, Senin.
Oleh karena itu, sebagai respons cepat untuk penanganan kasus DBD, pihaknya mengambil sejumlah langkah yakni, pertama berkoordinasi dengan seluruh fasilitas kesehatan di Kota Surabaya untuk segera melaporkan kasus demam dengan gejala yang menyerupai DBD.
Kedua, berkoordinasi dengan camat dan kurah untuk menggerakkan semua elemen masyarakat dalam upaya pemberantasan.
Ketiga, mengoptimalkan peran kader kesehatan dengan melakukan pemantauan pada kondisi jentik di lingkungan permukiman di wilayahnya masing-masing secara rutin, minimal satu minggu sekali.
"Mereka juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya upaya pencegahan melalui PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dan 3M plus (Menutup, Menguras, dan Mengubur)," ujar dia.
Selain itu, lanjut dia, para kader kesehatan juga melakukan surveilans (kegiatan pengamatan penyakit) berbasis masyarakat. Apabila terdapat laporan yang terduga DBD di wilayahnya, maka akan langsung mengkoordinasikan dengan puskesmas setempat.
"Keempat, kami melakukan penanggulangan secara tepat pada kasus konfirmasi DBD dengan menyediakan penyelidikan epidemiologi, untuk memutus mata rantai penularan dalam waktu kurang dari 2x24 jam sejak laporan pertama," ujarnya.
Terakhir, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini mengatakan, bahwa pihaknya secara rutin telah membagikan larvasida atau pestisida pembunu jentik nyamuk kepada masyarakat untuk melakukan pemberantasan jentik di tempat penampungan air yang sulit di kuras.
"Maka, ketika mengalami demam tinggi harus segera melakukan pemeriksaan dan jangan sampai terlambat. Sebab, kami sudah menyampaikan kepada semua fasilitas kesehatan untuk siap siaga," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022