Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud M.D. menandai awal mula pembangunan hunian sementara (huntara) untuk warga terdampak bencana awan panas guguran Gunung Semeru dengan melakukan pencangkulan pertama di lahan relokasi Desa Sumbermujur, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Jumat.
"Alhamdulillah pemerintah sudah bekerja keras, Pemkab Lumajang sudah luar biasa, bahkan dalam waktu tidak lama bisa 'merayu' Bu Menteri LHK dan mendapatkan lahan untuk relokasi," kata Mahfud saat meninjau lokasi relokasi korban terdampak Gunung Semeru di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.
Menurutnya pembangunan huntara menjadi contoh tingginya nilai kegotongroyongan masyarakat, saling bahu membahu membantu saudara di sekitarnya yang terkena musibah.
"Kita terus bekerja keras agar relokasi itu bisa segera selesai, sehingga masyarakat bisa kembali hidup normal," katanya.
Sementara Bupati Lumajang Thoriqul Haq yang mendampingi Menkopolhukam, Gus Miftah dan Bupati Bangkalan R. Abdul Latif Amin Imron di Lumajang mengatakan pencangkulan pertama menandai dimulai nya pengerjaan pembangunan hunian sementara.
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Penggunaan Kawasan Hutan (PKH), yang berisi persetujuan penggunana lahan milik Perhutani seluas 90,98 hektare sesuai SK Nomor 1256/MENLHK/ SETJEN/ PLA:/12/2021. Lokasi relokasi diputuskan di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro seluas 79,6 hektare dan Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo kurang lebih 8 hektare.
"Dengan SK tersebut, artinya pembangunan hunian sementara di lahan milik perhutani bisa dimulai," ucap bupati yang biasa dipanggil Cak Thoriq.
Ia menjelaskan konsep pembangunan huntara dibangun di lokasi yang sama dengan hunian tetap (huntap), hanya saja peletakannya di bagian belakang. Sehingga ketika hunian tetap dibangun oleh pemerintah pusat, maka masyarakat tidak perlu pindah.
Sementara Gus Miftah yang menutup doa dalam rangkaian kegiatan dimulai nya pembangunan huntara warga terdampak APG Semeru juga memberikan sumbangan dari santri Pondok Pesantren Ora Aji sebesar Rp600 juta.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Alhamdulillah pemerintah sudah bekerja keras, Pemkab Lumajang sudah luar biasa, bahkan dalam waktu tidak lama bisa 'merayu' Bu Menteri LHK dan mendapatkan lahan untuk relokasi," kata Mahfud saat meninjau lokasi relokasi korban terdampak Gunung Semeru di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.
Menurutnya pembangunan huntara menjadi contoh tingginya nilai kegotongroyongan masyarakat, saling bahu membahu membantu saudara di sekitarnya yang terkena musibah.
"Kita terus bekerja keras agar relokasi itu bisa segera selesai, sehingga masyarakat bisa kembali hidup normal," katanya.
Sementara Bupati Lumajang Thoriqul Haq yang mendampingi Menkopolhukam, Gus Miftah dan Bupati Bangkalan R. Abdul Latif Amin Imron di Lumajang mengatakan pencangkulan pertama menandai dimulai nya pengerjaan pembangunan hunian sementara.
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Penggunaan Kawasan Hutan (PKH), yang berisi persetujuan penggunana lahan milik Perhutani seluas 90,98 hektare sesuai SK Nomor 1256/MENLHK/ SETJEN/ PLA:/12/2021. Lokasi relokasi diputuskan di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro seluas 79,6 hektare dan Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo kurang lebih 8 hektare.
"Dengan SK tersebut, artinya pembangunan hunian sementara di lahan milik perhutani bisa dimulai," ucap bupati yang biasa dipanggil Cak Thoriq.
Ia menjelaskan konsep pembangunan huntara dibangun di lokasi yang sama dengan hunian tetap (huntap), hanya saja peletakannya di bagian belakang. Sehingga ketika hunian tetap dibangun oleh pemerintah pusat, maka masyarakat tidak perlu pindah.
Sementara Gus Miftah yang menutup doa dalam rangkaian kegiatan dimulai nya pembangunan huntara warga terdampak APG Semeru juga memberikan sumbangan dari santri Pondok Pesantren Ora Aji sebesar Rp600 juta.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021