Berbekal Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), Solikha merasakan ketenangan jalani kehidupannya yang sudah menginjak 52 tahun. Peserta JKN-KIS ini tidak memungkiri bahwa usia senja merupakan usia yang rentan sakit.
"Saya anggap kartu ini sebagai modal memasuki usia senja. Ini didaftarkan anak saya dua tahun lalu, setelah menyadari besarnya manfaat yang saya rasakan saya menyesal tidak mendaftar sejak program ini ada," katanya.
Warga Desa Ngemboh Ujungpangkah ini lantas menceritakan saat dirinya sedang mengalami gangguan pada syaraf di pinggulnya dan belum menjadi peserta JKN-KIS pada tahun 2009 silam. Dikarenakan gangguan tersebut, Ia juga harus menjalani perawatan operasi di rumah sakit.
"Teringat dulu saya harus bayar biaya sekitar 70 juta saat harus operasi syaraf terjepit. Selama dalam masa pengobatan, mulai dari pemeriksaan awal hingga terapi tidak bisa tenang karena harus memikirkan darimana bisa dapat biaya sebesar itu namun sekarang saya tidak perlu merasakan hal itu lagi," imbuhnya.
Saat ini, Solikha bersyukur bisa memiliki jaminan kesehatan untuk dirinya dan keluarganya. Rp35.000 yang ia bayarkan tiap bulannya ia anggap sebagai tabungan untuk kesehatannya.
"Kita tidak tahu kapan datangnya sakit, dan kita tahu bahwa saat ini biaya perawatan kesehatan tidak murah. Jadi anggap saja iuran yang kita bayarkan itu nabung untuk suatu saat kita gunakan ketika kita sakit," ujarnya.
Lebih lanjut Solikha menceritakan bahwa dirinya selalu membawa kartu JKN-KIS kemanapun ia pergi. Ia juga bercerita kerap kali menggunakan kartu JKN-KIS tersebut untuk berobat ke Puskesmas.
"Ya wajar kan seusia saya kalo mudah sakit, seperti flu batuk. Tanpa ragu langsung saya bawa ke Puskesmas. Ya..cukup bawa kartu ini (sambIl menunjukkan kartu JKN-KIS), tidak perlu lagi membawa uang," beber Solikha.
Solikha berharap program yang dikelola BPJS Kesehatan ini dapat terus menebarkan manfaat bagi seluruh kalangan masyarakat. Selain itu, pelayanan kesehatannya dapat lebih menjangkau hingga ke seluruh pelosok negeri agar seluruh penduduk di Indonesia bisa mendapatkan ketenangan untuk mendapatkan jaminan kesehatan seperti yang ia rasakan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Saya anggap kartu ini sebagai modal memasuki usia senja. Ini didaftarkan anak saya dua tahun lalu, setelah menyadari besarnya manfaat yang saya rasakan saya menyesal tidak mendaftar sejak program ini ada," katanya.
Warga Desa Ngemboh Ujungpangkah ini lantas menceritakan saat dirinya sedang mengalami gangguan pada syaraf di pinggulnya dan belum menjadi peserta JKN-KIS pada tahun 2009 silam. Dikarenakan gangguan tersebut, Ia juga harus menjalani perawatan operasi di rumah sakit.
"Teringat dulu saya harus bayar biaya sekitar 70 juta saat harus operasi syaraf terjepit. Selama dalam masa pengobatan, mulai dari pemeriksaan awal hingga terapi tidak bisa tenang karena harus memikirkan darimana bisa dapat biaya sebesar itu namun sekarang saya tidak perlu merasakan hal itu lagi," imbuhnya.
Saat ini, Solikha bersyukur bisa memiliki jaminan kesehatan untuk dirinya dan keluarganya. Rp35.000 yang ia bayarkan tiap bulannya ia anggap sebagai tabungan untuk kesehatannya.
"Kita tidak tahu kapan datangnya sakit, dan kita tahu bahwa saat ini biaya perawatan kesehatan tidak murah. Jadi anggap saja iuran yang kita bayarkan itu nabung untuk suatu saat kita gunakan ketika kita sakit," ujarnya.
Lebih lanjut Solikha menceritakan bahwa dirinya selalu membawa kartu JKN-KIS kemanapun ia pergi. Ia juga bercerita kerap kali menggunakan kartu JKN-KIS tersebut untuk berobat ke Puskesmas.
"Ya wajar kan seusia saya kalo mudah sakit, seperti flu batuk. Tanpa ragu langsung saya bawa ke Puskesmas. Ya..cukup bawa kartu ini (sambIl menunjukkan kartu JKN-KIS), tidak perlu lagi membawa uang," beber Solikha.
Solikha berharap program yang dikelola BPJS Kesehatan ini dapat terus menebarkan manfaat bagi seluruh kalangan masyarakat. Selain itu, pelayanan kesehatannya dapat lebih menjangkau hingga ke seluruh pelosok negeri agar seluruh penduduk di Indonesia bisa mendapatkan ketenangan untuk mendapatkan jaminan kesehatan seperti yang ia rasakan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021