Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta masyarakat mewaspadai kasus penularan COVID-19 dari klaster keluarga, mengingat penyebarannya yang melonjak akhir-akhir ini.
"Tidak jarang saat bertemu dengan keluarga justru merasa aman dan akhirnya mengabaikan protokol kesehatan. Padahal potensi penularan di keluarga akhir-akhir ini tinggi," ujar Khofifah di sela mengikuti peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) 2021 secara virtual di Surabaya, Selasa.
Orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut saat ini sedang menjalani isolasi mandiri setelah kembali terkonfirmasi positif COVID-19.
Gubernur perempuan pertama di Jatim itu melakukan tes usap pada Kamis (24/6) malam dan hasilnya diketahui pada Jumat (25/6) pagi.
Baca juga: Juni 2021, RSLI Surabaya didominasi pasien COVID-19 klaster keluarga
Mengacu pada data Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Kota Surabaya, klaster keluarga mendominasi pasien COVID-19 yang dirawat.
Berdasarkan data dari relawan Program Pendampingan Keluarga Pasien COVID-19 (PPKPC) selama Juni 2021, terdapat 65 klaster keluarga, yang rinciannya 46 keluarga terdiri dari dua orang, sembilan keluarga terdiri dari tiga orang, delapan keluarga terdiri dari empat orang, dan dua keluarga terdiri dari lima orang.
Kemudian, dominasi kedua adalah klaster institusi atau perusahaan, yang terdiri dari 14 klaster institusi atau perusahaan atau perumahan dengan jumlah terpapar bervariasi, antara 2,3,7,9,16 hingga 20 orang.
Baca juga: Sebanyak 56 orang di Malang tertular COVID-19 dari klaster hajatan
Gubernur Khofifah menyebutkan tingginya jumlah klaster keluarga mendapat perhatian serius Pemprov Jatim, apalagi tak jarang banyak anggota keluarga yang dalam keadaan desaturasi baru dibawa ke rumah sakit, bahkan sampai meninggal dunia.
"Maka dari itu, keluarga harus memiliki tanggung jawab sendiri dan kolektif untuk mematuhi protokol kesehatan di dalam maupun luar rumah," ucap mantan Menteri Sosial tersebut.
Baca juga: Lonjakan kasus COVID-19 di Banyuwangi didominasi klaster keluarga dan hajatan
Ia juga mengingatkan masyarakat harus selalu menerapkan perilaku "5M", yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas.
Selain itu, untuk mencegah terjadinya klaster keluarga maka perlu dilakukan pemetaan anggota keluarga mana saja yang berpotensi menjadi carrier di dalam rumah.
"Semisal, tidak berinteraksi dengan anggota keluarga lain usai keluar beraktivitas di luar rumah, melainkan langsung mandi dan bersih-bersih. Pepatah lebih baik mencegah daripada mengobati itu sangat relevan dengan kondisi sekarang," kata dia.
"Kepada para ibu, saya mengajak menjadi Satgas COVID-19 bagi keluarganya, dengan terus mengingatkan kepada seluruh anggota keluarga menerapkan protokol kesehatan demi kebaikan semua," tutur Khofifah menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Tidak jarang saat bertemu dengan keluarga justru merasa aman dan akhirnya mengabaikan protokol kesehatan. Padahal potensi penularan di keluarga akhir-akhir ini tinggi," ujar Khofifah di sela mengikuti peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) 2021 secara virtual di Surabaya, Selasa.
Orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut saat ini sedang menjalani isolasi mandiri setelah kembali terkonfirmasi positif COVID-19.
Gubernur perempuan pertama di Jatim itu melakukan tes usap pada Kamis (24/6) malam dan hasilnya diketahui pada Jumat (25/6) pagi.
Baca juga: Juni 2021, RSLI Surabaya didominasi pasien COVID-19 klaster keluarga
Mengacu pada data Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Kota Surabaya, klaster keluarga mendominasi pasien COVID-19 yang dirawat.
Berdasarkan data dari relawan Program Pendampingan Keluarga Pasien COVID-19 (PPKPC) selama Juni 2021, terdapat 65 klaster keluarga, yang rinciannya 46 keluarga terdiri dari dua orang, sembilan keluarga terdiri dari tiga orang, delapan keluarga terdiri dari empat orang, dan dua keluarga terdiri dari lima orang.
Kemudian, dominasi kedua adalah klaster institusi atau perusahaan, yang terdiri dari 14 klaster institusi atau perusahaan atau perumahan dengan jumlah terpapar bervariasi, antara 2,3,7,9,16 hingga 20 orang.
Baca juga: Sebanyak 56 orang di Malang tertular COVID-19 dari klaster hajatan
Gubernur Khofifah menyebutkan tingginya jumlah klaster keluarga mendapat perhatian serius Pemprov Jatim, apalagi tak jarang banyak anggota keluarga yang dalam keadaan desaturasi baru dibawa ke rumah sakit, bahkan sampai meninggal dunia.
"Maka dari itu, keluarga harus memiliki tanggung jawab sendiri dan kolektif untuk mematuhi protokol kesehatan di dalam maupun luar rumah," ucap mantan Menteri Sosial tersebut.
Baca juga: Lonjakan kasus COVID-19 di Banyuwangi didominasi klaster keluarga dan hajatan
Ia juga mengingatkan masyarakat harus selalu menerapkan perilaku "5M", yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas.
Selain itu, untuk mencegah terjadinya klaster keluarga maka perlu dilakukan pemetaan anggota keluarga mana saja yang berpotensi menjadi carrier di dalam rumah.
"Semisal, tidak berinteraksi dengan anggota keluarga lain usai keluar beraktivitas di luar rumah, melainkan langsung mandi dan bersih-bersih. Pepatah lebih baik mencegah daripada mengobati itu sangat relevan dengan kondisi sekarang," kata dia.
"Kepada para ibu, saya mengajak menjadi Satgas COVID-19 bagi keluarganya, dengan terus mengingatkan kepada seluruh anggota keluarga menerapkan protokol kesehatan demi kebaikan semua," tutur Khofifah menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021