Disiplin belajar, bekerja keras setiap hari tanpa mengeluh dan konsisten untuk terus berkarya menjadi prinsip dari Jhonny Thio Doran, seorang pengusaha "Wearable Gadget and Accessories" merek-merek ternama Tanah Air.
"Yang harus diingat adalah komitmen terhadap target dan hal-hal kecil yang sudah ditargetkan tanpa kompromi," ujarnya di Surabaya, Senin.
Walau belum ada hasil, kata dia, maka harus terus dilakukan karena diyakini hasil sudah ada.
"Selanjutnya take action, tidak kebanyakan teori. Bila gagal, coba lagi. Karena baginya tidak ada kata gagal, yang ada adalah sukses atau belajar," ucapnya.
Tak itu saja, ia juga berprinsip sabar menunggu hasil, sebab kebanyakan orang jika sudah gagal lima kali tak akan mau mencoba lagi.
"Harus sabar. Coba terus sampai ada hasil, tapi tentu dengan cara-cara yang baru, jangan pakai cara yang sama, nanti percuma," katanya.
Di masa pandemik ini, Presiden Junior Chamber Indonesia (JCI) East Java tersebut juga mengatakan bahwa survive adalah keniscayaan.
Sebagai seorang pebisnis, Jhonny melihat tidak ada tantangan yang tidak dapat dilewati dan menganggap bila gagal maka bisa jadi karena belum tahu caranya.
"Kalau sudah tahu, maka sudah pasti bisa melewati. Karena itu, bila terjadi pandemi, justru semakin terpacu semangat belajar, tidak malah membuat loyo dan menyerah," katanya.
Sementara itu, kesuksesan yang diraihnya pada usia muda ternyata tidak didapat dengan mudah, bahkan pernah gagal saat menjalani usahanya.
"Saya memulai usaha dari kamar kos-kosan berukuran 1,5 meter x 4 meter. Saat itu, saya berjualan daring melalui platform Kaskus. Karena terganjal modal, ia memulai dengan menjadi dropshipper jam tangan murah. Lalu mengerjakan beberapa proyek pembuatan website dari klien," katanya.
Menurut Jhonny, rintangan harus ditaklukkan dan tantangan merupakan pembelajaran untuk membuat lebih berkembang dan terus belajar. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Yang harus diingat adalah komitmen terhadap target dan hal-hal kecil yang sudah ditargetkan tanpa kompromi," ujarnya di Surabaya, Senin.
Walau belum ada hasil, kata dia, maka harus terus dilakukan karena diyakini hasil sudah ada.
"Selanjutnya take action, tidak kebanyakan teori. Bila gagal, coba lagi. Karena baginya tidak ada kata gagal, yang ada adalah sukses atau belajar," ucapnya.
Tak itu saja, ia juga berprinsip sabar menunggu hasil, sebab kebanyakan orang jika sudah gagal lima kali tak akan mau mencoba lagi.
"Harus sabar. Coba terus sampai ada hasil, tapi tentu dengan cara-cara yang baru, jangan pakai cara yang sama, nanti percuma," katanya.
Di masa pandemik ini, Presiden Junior Chamber Indonesia (JCI) East Java tersebut juga mengatakan bahwa survive adalah keniscayaan.
Sebagai seorang pebisnis, Jhonny melihat tidak ada tantangan yang tidak dapat dilewati dan menganggap bila gagal maka bisa jadi karena belum tahu caranya.
"Kalau sudah tahu, maka sudah pasti bisa melewati. Karena itu, bila terjadi pandemi, justru semakin terpacu semangat belajar, tidak malah membuat loyo dan menyerah," katanya.
Sementara itu, kesuksesan yang diraihnya pada usia muda ternyata tidak didapat dengan mudah, bahkan pernah gagal saat menjalani usahanya.
"Saya memulai usaha dari kamar kos-kosan berukuran 1,5 meter x 4 meter. Saat itu, saya berjualan daring melalui platform Kaskus. Karena terganjal modal, ia memulai dengan menjadi dropshipper jam tangan murah. Lalu mengerjakan beberapa proyek pembuatan website dari klien," katanya.
Menurut Jhonny, rintangan harus ditaklukkan dan tantangan merupakan pembelajaran untuk membuat lebih berkembang dan terus belajar. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020