Tim Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, melakukan ekskavasi di lokasi penemuan petirtaan kuno tepatnya di areal Gunung Klotok (536 meter di atas permukaan laut), Kota Kediri.
Arkeolog BPCB Trowulan Nugroho Harjo Lukito mengemukakan penemuan petirtaan itu berawal dari kegiatan zonasi Candi Klotok pada 2017.
Dari survei di kawasan Gunung Klotok, Kediri, ditemukan sejumlah titik yang berpotensi menyimpan benda cagar budaya, salah satunya struktur batu bata kuno dan sumber mata air yang dimanfaatkan warga untuk irigasi.
"Dari ekskavasi ini tampak bangunan bekas petirtaan kuno yang memanjang dari utara ke selatan. Selama ini bangunan tersebut tertimbun abu vulkanis dari letusan Gunung Kelud serta material tanah longsor dari puncak Gunung Klotok," kata dia di Kediri, Rabu.
Pihaknya menduga bangunan tersebut terdapat korelasi dengan tiga candi di puncak Gunung Klotok yang dibangun era Kerajaan Kadiri dan dimanfaatkan hingga zaman Majapahit. Bangunan petirtaan biasanya digunakan sebagai tempat menyucikan diri sebelum melakukan ritual peribadatan di candi yang ada di puncak gunung.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Kediri Nur Muhyar mengatakan ekskavasi itu rencananya berlangsung selama 12 hari guna melihat denah bangunan secara keseluruhan. Proses ekskavasi sudah berlangsung sehari.
"Apabila dalam proses ekskavasi ditemukan benda artefak atau arca, semakin mempermudah tim menganalisa bangunan serta tahun pembuatannya," kata Nur Muhyar.
Dalam ekskavasi itu, tim melakukan penelitian dengan alat khusus. Namun, ada juga warga yang membantu proses penggalian.
Untuk proses penggalian juga dilakukan sesuai dengan aturan, sehingga bisa diketahui dengan pasti struktur bangunan di situs dan tidak rusak karena proses penggalian.
Di area Gunung Klotok tersebut banyak terdapat situs, seperti di Gua Selomangleng yang menjadi salah satu wisata sejarah rujukan di Kota Kediri. Selain itu, di dekat gua itu juga dibangun Museum Airlangga, yang berisi berbagai macam peninggalan purbakala.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Arkeolog BPCB Trowulan Nugroho Harjo Lukito mengemukakan penemuan petirtaan itu berawal dari kegiatan zonasi Candi Klotok pada 2017.
Dari survei di kawasan Gunung Klotok, Kediri, ditemukan sejumlah titik yang berpotensi menyimpan benda cagar budaya, salah satunya struktur batu bata kuno dan sumber mata air yang dimanfaatkan warga untuk irigasi.
"Dari ekskavasi ini tampak bangunan bekas petirtaan kuno yang memanjang dari utara ke selatan. Selama ini bangunan tersebut tertimbun abu vulkanis dari letusan Gunung Kelud serta material tanah longsor dari puncak Gunung Klotok," kata dia di Kediri, Rabu.
Pihaknya menduga bangunan tersebut terdapat korelasi dengan tiga candi di puncak Gunung Klotok yang dibangun era Kerajaan Kadiri dan dimanfaatkan hingga zaman Majapahit. Bangunan petirtaan biasanya digunakan sebagai tempat menyucikan diri sebelum melakukan ritual peribadatan di candi yang ada di puncak gunung.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Kediri Nur Muhyar mengatakan ekskavasi itu rencananya berlangsung selama 12 hari guna melihat denah bangunan secara keseluruhan. Proses ekskavasi sudah berlangsung sehari.
"Apabila dalam proses ekskavasi ditemukan benda artefak atau arca, semakin mempermudah tim menganalisa bangunan serta tahun pembuatannya," kata Nur Muhyar.
Dalam ekskavasi itu, tim melakukan penelitian dengan alat khusus. Namun, ada juga warga yang membantu proses penggalian.
Untuk proses penggalian juga dilakukan sesuai dengan aturan, sehingga bisa diketahui dengan pasti struktur bangunan di situs dan tidak rusak karena proses penggalian.
Di area Gunung Klotok tersebut banyak terdapat situs, seperti di Gua Selomangleng yang menjadi salah satu wisata sejarah rujukan di Kota Kediri. Selain itu, di dekat gua itu juga dibangun Museum Airlangga, yang berisi berbagai macam peninggalan purbakala.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020