Kabupaten Gresik, Jawa Timur, memang bukan wilayah "seksi" dalam percaturan politik nasional, daripada tetangganya kota Surabaya yang menjadi ibu kota provinsi setempat. Namun, wilayah yang dulunya kabupaten Surabaya itu juga tidak bisa dipandang sebelah mata, sebab perputaran ekonominya cukup signifikan bagi nasional.

Dikepung berbagai industri besar berskala nasional bahkan internasional, Gresik yang memilik 18 kecamatan dengan jumlah penduduk sekitar 1,2 juta jiwa menjadi kunci utama kemajuan ekonomi nasional, sebab beberapa perusahaan milik negara berdiri gagah di daerah ini, sebut saja Petrokimia Gresik, PT Semen Indonesia dan PT PLN PJB Gresik, belum lagi pabrik cat dan baja sehingga perpolitikan-nya pun menjadi perhatian, karena penguasaan politik menjadi sumber dalam memajukan ekonomi wilayah.

Baca juga: KPU Gresik targetkan partisipasi pemilih pilkada 77,5 persen

Menghadapi Pilkada Serentak yang akan berlangsung Desember 2020, dua bakal calon pemimpin di wilayah ini telah mendeklarasikan diri dan muncul di permukaan, mereka sudah memasang baliho dengan visi utamanya mengantarkan daerah yang menjadi pintu kawasan pantai utara (pantura) ini lebih baik.

Dua bakal pasangan calon pemimpin tersebut masing-masing pasangan Qosim-Alif (QA) dan pasangan Yani-Aminatun (Niat). Mohammad Qosim mempunyai latar belakang telah berkuasa 10 tahun menjadi wakil bupati Gresik, sedangkan Fandi Ahmad Yani atau akrab disapa Gus Yani mempunyai latar belakang sebagai Ketua DPRD Gresik.

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Dr Abdul Chalik mengakui kedua pasangan ini sama-sama memiliki peluang dalam percaturan Pilkada setempat, sebab keduanya memilik modal untuk menang.

Chalik yang juga menjabat wakil dekan bidang politik Islam itu menyebut bahwa Mohammad Qosim yang berkuasa dua periode sebagai wakil bupati, tentu menjadi calon yang diunggulkan karena sebagai petahana, selain itu Qosim memiliki pengalaman dalam membangun jaringan politiknya selama 10 tahun terakhir melalui jalur birokrasi.

Namun demikian, kata Chalik, petahana sangat mudah diangkat kelemahannya karena sudah menjabat, sehingga rekam jejak kepemimpinannya sangat terlihat. Hal ini berbeda dengan Yani, yang mencoba selalu mengangkat isu kebaruan dalam pembangunan wilayah setempat.

"Tentu keduanya memiliki plus minus dalam percaturan politik di Kabupaten Gresik, dan perlu dilihat kembali siapa yang ada di balik mereka, dalam hal ini pendukung partai politik serta dukungan pesantren dan kiai di wilayah itu," ucap Chalik menjelaskan.

Baca juga: KPU Gresik gandeng komunitas untuk tingkatkan partisipasi pemilih

Selain itu, figuritas atau tingkat ketokohan kedua pemimpin juga menjadi salah satu perhatian utama bagi masyarakat dalam memilih calon pemimpinnya, sebab figuritas akan mempengaruhi aksebilitas (ketercapaian) yang berimbas pada elektabilitas (keterpilihan).

"Saya sendiri mengetahui bahwa Qosim yang juga berprofesi sebagai penceramah mempunyai jadwal yang padat di tingkat masyarakat, dan setiap hari selalu ada titik-titik yang dia kunjungi, sehingga ada kedekatan. Sedangkan Gus Yani, diketahui juga didukung sejumlah pesantren serta kiai yang ada di Gresik," tuturnya.

Target Suara

Sementara itu, kedua pasangan calon kini telah memetakan wilayah-wilayah yang menjadi lumbung suara bagi mereka untuk meraup kemenangan pada pesta demokrasi tersebut, dan telah menargetkan suara yang akan diperoleh pada Pilkada 9 Desember 2020.

Pasangan "QA" yang didukung dua parpol yakni PKB dengan raihan 13 kursi dan Gerindra dengan 8 kursi optimistis akan meraup 70 persen suara warga Gresik. Sementara pasangan "Niat" yang didukung enam parpol, yakni Golkar dengan raihan 8 kursi, PDIP 6 kursi, Nasdem 5 kursi, Demokrat 4 kursi, PAN 3 kursi dan PPP 3 kursi hanya mencanangkan perolehan suara 50 persen hingga 60 persen.

Baca juga: KPU Gresik larang parpol bawa pendukung saat pendaftaran cabup-cawabup

Ketua Tim Pemenangan QA, Imron Rosyadi mengaku optimistis meraih suara 70 persen, sebab telah melakukan pemetaan di setiap kecamatan, dan dari evaluasi sementara di 18 kecamatan, semua kecamatan QA unggul dukungan dari masyarakat.

"Target QA menang 70 persen itu realistis, sebab dari hasil survei sejumlah lembaga yang kami gandeng menyebutkan akan meraih 70 persen," kata Imron menjelaskan.

Sedangkan Wakil Ketua Bapilu PDI-P Jatim Deni Wicaksono mengatakan target suara 50 sampai 60 persen suara itu dipetakan dari pemenangan enam partai pengusung.

"Dari enam kekuatan partai kami melihat ada potensi ke arah perubahan di Kabupaten Gresik. Antusiasme masyarakat akan perubahan Gresik yang diambil Gus Yani Ning Min mendapat respon bagus," ujarnya.

Baca juga: KPU Gresik kampanyekan gerakan "Klik Serentak"

Sementara itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Gresik sesuai jadwal akan membuka pendaftaran calon bupati dan wakil bupati pada 4 hingga 6 September 2020, namun dengan protokol kesehatan yakni melarang partai politik membawa pendukungnya saat melakukan pendaftaran, tujuannya untuk menghindari klaster baru penyebaran COVID-19 dalam pesta demokrasi tersebut.

Anggota Divisi Teknis Penyelenggaraan KPU Gresik Elvita Yuliati mengatakan larangan pengerahan massa telah tertuang dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 6 Tahun 2020 tentang Pilkada Serentak Lanjutan Dalam Kondisi Bencana Nonalam Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

KPU Gresik, kata dia, hanya memperbolehkan pimpinan parpol pengusung yang datang ke Kantor KPU, masing-masing ketua dan sekretaris beserta pasangan yang dicalonkan, agar sesuai dengan protokol kesehatan, dan menghindari upaya mengumpulkan orang dengan jumlah yang besar.

Total jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang akan didirikan mencapai mencapai 2.264 tempat, dan jumlah KPPS sekitar 19 ribu. Sedangkan untuk agenda pengumuman daftar pemilih sementara (DPS) akan dilakukan 19 sampai 28 September 2020, disusul pengumuman daftar pemilih tetap (DPT) pada 9-16 Oktober 2020.

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020