Pandemi Coronavirus disease (COVID-19) di Indonesia memang belum melandai, namun pemerintah sudah bersiap untuk menyambut tatanan kehidupan baru atau yang disebut dengan istilah new normal dengan merilis protokol era normal baru di semua sektor, tidak terkecuali di lingkungan pesantren.

Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren dan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam bersama Direktorat Promosi Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan telah menyusun protokol kesehatan yang dapat diterapkan di pondok pesantren bagi santri yang akan kembali ke pondok pesantren dalam fase normal baru.

Penyusunan protokol kesehatan itu sebagai tindak lanjut dari instruksi pemerintah tentang era normal baru dan menyambut tahun ajaran baru di pondok pesantren usai libur Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah.

Memang banyak pihak yang khawatir penyebaran COVID-19 di pesantren bisa menjadi kluster baru seiring dengan pesantren yang merupakan lembaga pendidikan berbasis komunal dan selama 24 jam, aktivitas santri baik di kamar, kelas, tempat makan, maupun masjid selalu memicu kerumunan.

Pada pertengahan Juni 2020, sebagian besar santri sudah mulai kembali ke pondok pesantren seperti ribuan santri di Pesantren Nurul Islam (Nuris) di Kelurahan Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember yang kembali secara bertahap untuk mengurai kerumunan santri.

Humas Ponpes Nuris, Gus Abdurrahman mengatakan pihak pesantren juga sudah mengantisipasi penumpukan santri yang akan kembali ke pesantren dengan mengatur jadwal sedemikian rupa yakni untuk santri lembaga SMP, SMA, dan SMK kembali ke pesantren pada 6 Juni 2020 dengan jadwal santri putra pada pukul 07.00 - 13.00 WIB, sedangkan santri putri pada pukul 13.00 - 20.00 WIB.

Sedangkan untuk lembaga MTs dan MA unggulan juga dijadwalkan pada 7 Juni 2020 dengan jadwal santri putra pukul 07.00 - 13.00 WIB dan santri putri pada pukul 13.00 - 20.00 WIB.

Atur jadwal belajar

Santri yang kembali ke Ponpes Nuris juga hanya boleh didampingi maksimal dua orang dan pendamping atau wali santri mengantarkan sampai pintu gerbang utama, sehingga tidak diperbolehkan masuk ke areal pesantren.

Sebelum masuk pesantren, santri juga dicek suhu tubuhnya dan seluruh barang bawaannya disemprot dengan disinfektan, serta santri wajib menggunakan masker dan mengikuti protokol kesehatan yang sudah ditetapkan selama di pesantren.

"Pesantren Nuris sudah siap menerapkan normal baru di tengah pandemi COVID-19 dengan berbagai peraturan sesuai protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah," katanya.

Berbagai sarana dan anjuran pemerintah untuk mendukung penerapan protokol kesehatan juga sudah disediakan seperti tempat cuci tangan, bilik disinfektan, penyemprotan disinfektan di pesantren secara berkala, dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat secara ketat kepada santri.

Jumlah pesantren yang diasuh oleh KH Muhyiddin Abdusshomad yang juga Rais Syuriah PCNU Jember itu mencapai 3 ribu santri dengan lima asrama yang terdiri dari dua asrama putri dan tiga asrama putra dengan lahan seluas 25 hektare.

Menghadapi era normal baru, Ponpes Nuris terpaksa harus mengurangi kegiatan yang biasa dilakukan di pesantren dan menambah jam istirahat untuk menjaga agar daya tahan tubuh santri tetap prima dan tidak mudah sakit.

Biasanya aktivitas belajar santri cukup padat dimulai pukul 07.00 WIB hingga jam 15.30 WIB, namun kini pihak pesantren mengurangi kegiatan santri tiga jam dan paginya kegiatan santri diisi dengan senam bersama untuk tetap menjaga kesehatan santri dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
 
Salah satu kegiatan santri di Ponpes Nuris Jember dengan menerapkan physical distancing (Foto ANTARA/ HO - Humas Ponpes Nuris)





Protokol kesehatan

Selain itu, pola pembelajaran di kelas juga harus disesuaikan dengan mengurangi jumlah santri setiap kelasnya yang berisi 30 santri, sehingga harus dibagi menjadi dua kelas dengan memperbanyak kegiatan belajar di ruang terbuka, agar santri tidak menumpuk di satu kelas.

"Kegiatan di pesantren juga tetap memperhatikan protokol kesehatan dengan menjaga jarak antar santri dan menjaga agar santri tidak mudah sakit, sehingga santri diimbau untuk membawa vitamin C sebagai suplemen," katanya.

Pihak pesantren juga tidak memperbolehkan santri bertemu langsung dengan orang tuanya saat mengantarkan barang untuk menghindari penyebaran COVID-19 dan barang tersebut akan diantarkan petugas pesantren kepada santri, bahkan wali santri tidak diperbolehkan masuk ke dalam pesantren.

Ponpes Nuris berusaha maksimal untuk melakukan kebijakan pencegahan terpaparnya santri dari virus Corona, sehingga memfasilitasi agar santri tetap bisa berkomunikasi jarak jauh dengan orang tuanya karena santri dilarang membawa telepon genggam di dalam pesantren.

Sebagian besar atau sekitar 70 persen santri yang berada di pesantren Nuris berasal dari Kabupaten Jember, sedangkan sisanya berasal dari luar Jember, bahkan ada 20 santri yang berasal dari Thailand tidak diperbolehkan pulang ke negaranya pada masa pandemi COVID-19, termasuk native speaker dari Mesir diminta tidak pulang ke Mesir.

Biasanya para santri dari Thailand tersebut pulang setahun sekali saat libur tahun ajaran baru, namun saat pandemi mereka dilarang pulang agar pihak pesantren bisa mengontrol kesehatan para santri tersebut.

Gus Abdurahman mengatakan kegiatan santri di Ponpes Nuris kini lebih banyak waktu untuk istirahat atau relaksasi dan kegiatan berolahraga, namun tetap kegiatan belajar agama di pesantren menjadi prioritas yang harus dipelajari para santri.

Secara berkala santri juga dicek suhu tubuhnya dan penyemprotan disinfektan juga dilakukan di masing-masing kamar, sehingga berbagai ikhtiar yang dilakukan pengurus pesantren dan santri diharapkan dapat mencegah penyebaran virus Corona yang dapat mematikan tersebut.

Ia berharap pemerintah juga memberikan alokasi anggaran kepada pesantren di tengah pandemi COVID-19 untuk penyediaan pos kesehatan pesantren atau klinik pesantren yang saat ini minim dimiliki oleh pesantren.




Tantangan santri

Tidak hanya pesantren yang harus siap menghadapi era normal baru, para santri di Ponpes Nuris juga harus lebih bersiap untuk menyambut era normal baru di tengah pandemi COVID-19 dengan secara ketat memperhatikan protokol kesehatan.

Salah satu santri Ponpes Nuris Romzatul Midad mengatakan ada beberapa yang harus dipersiapkan oleh santri dari rumah sebelum sampai ke pesantren yakni santri harus benar-benar menjaga dan memastikan diri dalam kondisi sehat, membawa masker dan sabun cuci tangan, serta cairan pembersih tangan.

"Kami juga diimbau membawa beberapa suplemen dan vitamin yang dapat dipersiapkan dari rumah sebelum sampai di pesantren karena menjaga daya imunitas cukup penting, agar tidak terinfeksi virus Corona," katanya.

Kalau dulu santri hanya fokus belajar ilmu agama dan mengaji, kini santri juga harus giat berolahraga dan melakukan kegiatan di pesantren dengan mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, jaga jarak, dan rajin mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan cairan pencuci tangan.

Tidak hanya itu, para santri yang terbiasa tidur berdempet-dempetan dengan santri lain di dalam kamar juga harus mengubah kebiasaan itu dan pihak pesantren juga harus menyediakan ruangan yang lebih luas, agar para santri tidur dan belajar dengan berjarak (physical distancing(.

Di Ponpes Nuris, ruangan per kamar berukuran sekitar 6x7 meter yang dihuni oleh delapan santri dengan tempat tidur bertingkat, dan jarak tempat tidur satu dengan tempat tidur lainnya sekitar 2 meter, sehingga santri bisa menjaga jarak selama berkumpul dalam satu kamar tersebut.

Romzatul mengaku jadwal tidur santri juga diperketat, sehingga semua santri harus tidur maksimal pada pukul 10.00 WIB dan bangun saat shalat subuh, sehingga waktu istirahat santri lebih lama dibandingkan sebelum pandemi demi menjaga kondisi kesehatan selama berada di pesantren.

"Santri mau tidak mau harus bersiap menghadapi era normal baru di tengah pandemi COVID-19 dengan menyiapkan alat pelindung diri (APD) selama di pesantren sebagai pencegahan terpapar virus Corona, serta menyiapkan vitamin C," ujarnya.




Tetap waspada

Selama pandemi, santri harus benar-benar pandai menjaga kesehatan dan pihak pesantren juga mengadakan kegiatan senam bersama dan berjemur sebelum berangkat ke sekolah, serta mengedukasi santri untuk membiasakan menggunakan masker saat berada di luar kamar.

Menurutnya santri juga harus dibekali tentang informasi seputar virus Corona dan bagaimana cara mencegah, serta selalu mendapatkan informasi yang terbaru tentang perkembangan COVID-19 di Jember, sehingga tidak panik, namun tetap waspada dalam menghadapi pandemi selama di pesantren.

Ia menjelaskan kesadaran santri juga harus dibangun pada masa era normal baru dengan mematuhi protokol kesehatan yang merupakan salah satu ikhtiar untuk memutus rantai penyebaran virus Corona di pesantren.

Salah satu wali santri Hafit mengaku tidak khawatir anaknya kembali ke Ponpes Nuris untuk mondok di tengah pandemi COVID-19, bahkan ia mengapresiasi pihak pesantren yang telah menerapkan protokol kesehatan sejak Maret 2020 dan memberikan edukasi kepada santri dan wali santri dengan berbagai sarana media.

Menurutnya kebijakan-kebijakan yang dibuat pihak pesantren juga sudah ketat dalam mengantisipasi penyebaran virus Corona di pesantren, sehingga saat anaknya kembali ke pesantren juga dibekali berbagai APD seperti masker, cairan pencuci tangan, dan vitamin C.

"Maklumat Syaikhul Ma'had KH Muhyiddin Abdusshomad juga sudah disebarkan kepada santri dan wali santri dalam rangka mencegah penyebaran COVID-19, sehingga kami sangat mendukung," katanya.

Hafit juga mendorong anaknya untuk melakukan kebiasaan baru dengan menerapkan protokol kesehatan selama di pesantren dan berbagai ikhtiar sudah dilakukan pesantren baik secara lahir dan batin, sehingga diharapkan para santri aman dan baik-baik saja selama menimba ilmu agama di sana.
Seorang santri melewati bilik disinfektan yang sudah disiapkan oleh pihak pesantren (Foto ANTARA/ HO - Humas Ponpes Nuris)


Tes cepat massal

Pemerintah Kabupaten Jember menyiapkan sebanyak 50 ribu tes cepat COVID-19 untuk santri yang tersebar di 600 lebih pondok pesantren di wilayah setempat sebelum santri tersebut masuk pesantren untuk mencegah penyebaran virus Corona.

Wakil Bupati Jember Abdul Muqit Arief mengatakan tes cepat COVID-19 merupakan upaya untuk menjamin kesehatan dan keselamatan para santri yang akan kembali menimba ilmu di pondok pesantren.

"Tes cepat COVID-19 dilakukan untuk mencegah munculnya kluster baru di pesantren karena para santri berkumpul selama 24 jam, sehingga santri harus disiapkan kondisinya benar-benar sehat dan aman dari Corona saat masuk pesantren," ucap Wabup yang juga Pengasuh Ponpes Al-Falah itu.

Menurutnya, Pemkab Jember juga akan melakukan penyemprotan disinfektan di pesantren, namun tidak kalah pentingnya ponpes secara mandiri melakukan langkah preventif menghindari penyebaran COVID-19 melakukan penyemprotan sendiri dan menerapkan protokol kesehatan.

Pesantren mau tidak mau harus mengikuti seluruh protokol kesehatan yang disiapkan pemerintah dalam menghadapi era normal baru, namun praktik pelaksanaannya tentu saja tidak akan semudah membalikkan telapak tangan karena masing-masing pesantren punya ciri khas kultural yang belum tentu dapat dilaksanakan seiring dengan era kenormalan baru.(*)
 

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020