Komoditas salak Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, diekspor perdana ke pasar global di Hong Kong karena sudah memenuhi standar dan persyaratan teknis sanitari dan fitosanitari di tengah pandemi COVID-19.
Kegiatan ekspor salak Banyuwangi tersebut diapresiasi Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian Surabaya.
"Kami mengapresiasi petani dan pelaku usaha agribisnis di Banyuwangi yang telah bisa masuk pasar global," kata Kepala Karantina Pertanian Surabaya Musyaffak Fauzi di PT CCI Banyuwangi saat melakukan monitor tindakan karantina terhadap 4 ton salak senilai Rp56 juta ke Hong Kong, Jumat.
Ia menjelaskan komoditas subsektor hortikultura itu telah dinyatakan bebas hama penyakit tumbuhan, antara lain Bactrocera carambolae, Bactrocera papayae, Dysmicoccus brevipes, dan Marasmius palmivorus sehingga sesuai protokol persyaratan ekspor salak ke Hong Kong.
Sementara perwakilan dari PT. CCI selalu eksportir Purnomo SW mengatakan pihaknya telah berhasil mengeskpor salak ke China dan di masa pandemi pihaknya berhasil menembus pasar baru di Hong Kong.
Secara terpisah Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Ali Jamil mengatakan pihaknya terus mendorong harmonisasi persyaratan teknis sanitari dan fitosanitari (SPS) di berbagai negara tujuan.
"Hal itu sejalan dengan peran Badan Karantina Pertanian selaku fasilitator pertanian di perdagangan internasional," katanya.
Menurut dia, pemenuhan persyaratan teknis sanitari dan fitosanitari merupakan hal mutlak di kala kebijakan tarif tidak populer lagi di perdagangan internasional.
Badan Karantina Pertanian, lanjut dia, melalui unit pelaksana teknis di seluruh tanah air memberikan bimbingan teknis bagi petani dan pelaku usaha agar dapat memenuhi persyaratan teknis.
"Sinergisitas berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan pencapaian target Gerakan Tigakali Lipat Ekspor (Gratieks) karena pertanian tidak boleh berhenti produksi," ujarnya.
Ia menjelaskan pertanian harus terus berproduksi, agar pangan asal produk pertanian tetap tersedia sekaligus target Gratieks dapat tercapai sesuai dengan instruksi Menteri Pertanian.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Kegiatan ekspor salak Banyuwangi tersebut diapresiasi Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian Surabaya.
"Kami mengapresiasi petani dan pelaku usaha agribisnis di Banyuwangi yang telah bisa masuk pasar global," kata Kepala Karantina Pertanian Surabaya Musyaffak Fauzi di PT CCI Banyuwangi saat melakukan monitor tindakan karantina terhadap 4 ton salak senilai Rp56 juta ke Hong Kong, Jumat.
Ia menjelaskan komoditas subsektor hortikultura itu telah dinyatakan bebas hama penyakit tumbuhan, antara lain Bactrocera carambolae, Bactrocera papayae, Dysmicoccus brevipes, dan Marasmius palmivorus sehingga sesuai protokol persyaratan ekspor salak ke Hong Kong.
Sementara perwakilan dari PT. CCI selalu eksportir Purnomo SW mengatakan pihaknya telah berhasil mengeskpor salak ke China dan di masa pandemi pihaknya berhasil menembus pasar baru di Hong Kong.
Secara terpisah Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Ali Jamil mengatakan pihaknya terus mendorong harmonisasi persyaratan teknis sanitari dan fitosanitari (SPS) di berbagai negara tujuan.
"Hal itu sejalan dengan peran Badan Karantina Pertanian selaku fasilitator pertanian di perdagangan internasional," katanya.
Menurut dia, pemenuhan persyaratan teknis sanitari dan fitosanitari merupakan hal mutlak di kala kebijakan tarif tidak populer lagi di perdagangan internasional.
Badan Karantina Pertanian, lanjut dia, melalui unit pelaksana teknis di seluruh tanah air memberikan bimbingan teknis bagi petani dan pelaku usaha agar dapat memenuhi persyaratan teknis.
"Sinergisitas berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan pencapaian target Gerakan Tigakali Lipat Ekspor (Gratieks) karena pertanian tidak boleh berhenti produksi," ujarnya.
Ia menjelaskan pertanian harus terus berproduksi, agar pangan asal produk pertanian tetap tersedia sekaligus target Gratieks dapat tercapai sesuai dengan instruksi Menteri Pertanian.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020