Pemerintah Kota Surabaya menggandeng Pemerintah Kitakyushu, Jepang, dalam melakukan penelitian ekosistem mangrove di kawasan Wonorejo dan Gunung Anyar, Kota Surabaya, Jawa Timur.
"Jadi, hasil dari penelitian itu nantinya untuk kepentingan Pemkot Surabaya. Terutama untuk menambah khasanah pengetahuan, baik bagi pemkot maupun warga Surabaya," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya Irvan Widyanto di sela acara Workshop Pengenalan Keanekaragaman Hayati dan Pelestarian Mangrove oleh tenaga ahli Kitakyushu Jepang di Joglo MIC Mangrove Wonorejo, Kamis.
Menurut Irvan, penelitian ekosistem mangrove ini merupakan bagian dari kerjasama sister city antara Kota Surabaya dan Kota Kitakyushu. Menurutnya, Kota Kitakyushu memiliki teknologi yang dapat menganalisa jenis-jenis mangrove termasuk aneka hayati dan fauna.
Irvan menjelaskan, sejak satu bulan yang lalu, tenaga ahli asal Kota Kitakyushu Jepang, telah memasang camera trap di beberapa titik spot di kawasan mangrove. Camera tersebut menjadi alat pemantau keanekaragaman hayati dan fauna yang ada di mangrove.
"Mereka mengatakan luar biasa, ternyata mangrove di Surabaya ini bisa tumbuh secara alami dan mereka juga kagum dengan perkembangan mangrove di Surabaya," tambahnya.
Irvan mengemukakan, salah satu hasil dari penelitian itu adalah ditemukannya hewan kunang-kunang. Keberadaan kunang-kunang di mangrove menjadi salah satu indikator bahwa ekosistem lingkungan di kawasan tersebut tergolong sehat. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil penelitian mangrove yang tumbuh subur sejak 3 tahun yang lalu.
"Nanti kita juga tunggu masukan-masukan lain dari mereka seperti apa terkait keberadaan kunang-kunang itu sendiri," katanya.
Kepala Bidang Pertanian DKPP Kota Surabaya Rahmad Kodariawan menyampaikan bahwa tenaga ahli asal Kota Kitakyushu Jepang mengakui, jika tanaman mangrove di Surabaya ini tumbuh dengan baik.
"Sekarang ada 43 spesies atau jenis mangrove, baik mayor, minor atau asosiasi, yang paling banyak sekarang di (mangrove) Gunung Anyar," sebut Rahmad.
Menurutnya, sejak beberapa waktu lalu, tenaga ahli asal Kitakyushu Jepang telah melakukan penelitian habitat mangrove yang ada di Surabaya. Nantinya, hasil dari penelitian itu akan disampaikan dan dibahas secara bersama.
"Ini baru diambil akhir bulan kemarin (penelitian) nanti akan dibahas," ujarnya.
Bahkan, lanjut Rahmad hasil dari penelitian itu nantinya juga bakal menjadi salah satu acuan bagi Pemkot Surabaya dalam rangka pengembangan Kebun Raya Mangrove karena untuk menjadi Kebun Raya Mangrove, harus memenuhi unsur edukasi, penelitian dan wisata.
"Rencananya Kebun Raya Mangrove Surabaya itu terbesar di Asia dan dunia," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Jadi, hasil dari penelitian itu nantinya untuk kepentingan Pemkot Surabaya. Terutama untuk menambah khasanah pengetahuan, baik bagi pemkot maupun warga Surabaya," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya Irvan Widyanto di sela acara Workshop Pengenalan Keanekaragaman Hayati dan Pelestarian Mangrove oleh tenaga ahli Kitakyushu Jepang di Joglo MIC Mangrove Wonorejo, Kamis.
Menurut Irvan, penelitian ekosistem mangrove ini merupakan bagian dari kerjasama sister city antara Kota Surabaya dan Kota Kitakyushu. Menurutnya, Kota Kitakyushu memiliki teknologi yang dapat menganalisa jenis-jenis mangrove termasuk aneka hayati dan fauna.
Irvan menjelaskan, sejak satu bulan yang lalu, tenaga ahli asal Kota Kitakyushu Jepang, telah memasang camera trap di beberapa titik spot di kawasan mangrove. Camera tersebut menjadi alat pemantau keanekaragaman hayati dan fauna yang ada di mangrove.
"Mereka mengatakan luar biasa, ternyata mangrove di Surabaya ini bisa tumbuh secara alami dan mereka juga kagum dengan perkembangan mangrove di Surabaya," tambahnya.
Irvan mengemukakan, salah satu hasil dari penelitian itu adalah ditemukannya hewan kunang-kunang. Keberadaan kunang-kunang di mangrove menjadi salah satu indikator bahwa ekosistem lingkungan di kawasan tersebut tergolong sehat. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil penelitian mangrove yang tumbuh subur sejak 3 tahun yang lalu.
"Nanti kita juga tunggu masukan-masukan lain dari mereka seperti apa terkait keberadaan kunang-kunang itu sendiri," katanya.
Kepala Bidang Pertanian DKPP Kota Surabaya Rahmad Kodariawan menyampaikan bahwa tenaga ahli asal Kota Kitakyushu Jepang mengakui, jika tanaman mangrove di Surabaya ini tumbuh dengan baik.
"Sekarang ada 43 spesies atau jenis mangrove, baik mayor, minor atau asosiasi, yang paling banyak sekarang di (mangrove) Gunung Anyar," sebut Rahmad.
Menurutnya, sejak beberapa waktu lalu, tenaga ahli asal Kitakyushu Jepang telah melakukan penelitian habitat mangrove yang ada di Surabaya. Nantinya, hasil dari penelitian itu akan disampaikan dan dibahas secara bersama.
"Ini baru diambil akhir bulan kemarin (penelitian) nanti akan dibahas," ujarnya.
Bahkan, lanjut Rahmad hasil dari penelitian itu nantinya juga bakal menjadi salah satu acuan bagi Pemkot Surabaya dalam rangka pengembangan Kebun Raya Mangrove karena untuk menjadi Kebun Raya Mangrove, harus memenuhi unsur edukasi, penelitian dan wisata.
"Rencananya Kebun Raya Mangrove Surabaya itu terbesar di Asia dan dunia," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020