Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong stimulus untuk bisnis baru di dalam negeri seperti usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) hingga memperluas kapasitas produksi sektor manufaktur agar dampak COVID-19 yang mempengaruhi aktivitas ekonomi bisa diminimalkan.
"Itu bukan hanya tugas pemerintah tapi tugas bersama," Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam CNBC Economic Outlook di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, pemerintah menerapkan sejumlah kebijakan insentif fiskal seperti pajak untuk mendorong ekonomi pelaku usaha.
Selain itu, Bank Indonesia juga menurunkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen.
Meski begitu, penurunan suku bunga bukan menjadi sesuatu yang mutlak jika para pengusaha tidak melakukan ekspansi bisnis.
Untuk itu, OJK, kata dia, mendorong perbankan merealisasikan kredit tapi tetap melakukan prinsip kehati-hatian dalam mengucurkan pembiayaan kepada dunia usaha.
Realisasi kredit itu, lanjut dia, diharapkan meningkatkan pertumbuhan kredit tahun 2020 karena tahun lalu hanya tumbuh 6,08 persen.
Pemerintah, lanjut dia, akan melakukan pembinaan kepada UMKM dalam satu kelompok dari sektor-sektor potensial seperti pertanian, perikanan atau energi.
Apalagi, pemerintah memperbesar porsi kredit usaha rakyat (KUR) menjadi Rp194 triliun dengan suku bunga per tahun yang terbilang rendah yakni 6 persen.
"Enterpreneur silakan tangkap potensi ini, dan sektor perbankan jangan steady harus ikut dalam melakukan itu," katanya.
Dengan begitu, Wimboh mengharapkan perekonomian Indonesia tetap terjaga di tengah tantangan global di antaranya COVID-19.
Terkait itu, ia optimistis Indonesia masih lebih baik dari negara lain khususnya pada tataran G-20 karena produk domestik bruto (PDB) RI mencapai kisaran 5 persen.
"Kita punya resources besar sekali yang belum pernah kita garap atau belum kita olah optimal," katanya.
Pemerintah juga gencar membangun infrastruktur yang diharapkan mempercepat efek ekonomi berganda kepada masyarakat. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Itu bukan hanya tugas pemerintah tapi tugas bersama," Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam CNBC Economic Outlook di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, pemerintah menerapkan sejumlah kebijakan insentif fiskal seperti pajak untuk mendorong ekonomi pelaku usaha.
Selain itu, Bank Indonesia juga menurunkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen.
Meski begitu, penurunan suku bunga bukan menjadi sesuatu yang mutlak jika para pengusaha tidak melakukan ekspansi bisnis.
Untuk itu, OJK, kata dia, mendorong perbankan merealisasikan kredit tapi tetap melakukan prinsip kehati-hatian dalam mengucurkan pembiayaan kepada dunia usaha.
Realisasi kredit itu, lanjut dia, diharapkan meningkatkan pertumbuhan kredit tahun 2020 karena tahun lalu hanya tumbuh 6,08 persen.
Pemerintah, lanjut dia, akan melakukan pembinaan kepada UMKM dalam satu kelompok dari sektor-sektor potensial seperti pertanian, perikanan atau energi.
Apalagi, pemerintah memperbesar porsi kredit usaha rakyat (KUR) menjadi Rp194 triliun dengan suku bunga per tahun yang terbilang rendah yakni 6 persen.
"Enterpreneur silakan tangkap potensi ini, dan sektor perbankan jangan steady harus ikut dalam melakukan itu," katanya.
Dengan begitu, Wimboh mengharapkan perekonomian Indonesia tetap terjaga di tengah tantangan global di antaranya COVID-19.
Terkait itu, ia optimistis Indonesia masih lebih baik dari negara lain khususnya pada tataran G-20 karena produk domestik bruto (PDB) RI mencapai kisaran 5 persen.
"Kita punya resources besar sekali yang belum pernah kita garap atau belum kita olah optimal," katanya.
Pemerintah juga gencar membangun infrastruktur yang diharapkan mempercepat efek ekonomi berganda kepada masyarakat. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020