Industri daur ulang plastik di Jawa Timur mulai tumbuh dan diminati pengusaha setempat, akibat tertutupnya akses dari dan ke negara China pascavirus corona yang melanda negara itu dalam tiga bulan terakhir.
Ketua Umum Kadin Jawa Timur Adik Dwi Putranto di Surabaya, Jumat, mengatakan, pertumbuhan industri daur ulang plastik di Jatim karena sebagian besar pengusaha lebih memilih mendaur ulang plastiknya, daripada harus menunggu dibukanya kran impor plastik China.
"Kalau menurut catatan kami, pertumbuhan industri daur ulang plastik di Jatim saat ini rata-rata dua persen pascacorona, dan ini sebagai alternatif susahnya impor plastik dari China," kata Adik, kepada wartawan di Kantor Kadin Jatim.
Selain daur ulang plastik, kata Adik, beberapa industri di Jatim juga telah dijadikan alternatif beberapa pengusaha sebagai langkah untuk bertahan di tengah wabah virus corona.
Adik mengakui, wabah corona yang gencar diberitakan telah mengganggu dunia usaha di Jatim, sehingga beberapa industri alternatif mulai bermunculan sebagai langkah untuk bertahan.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), akibat merebaknya virus corona, impor dari China ke Jatim turun 16,44 persen, dengan dominasi komoditas sayuran dan buah-buahan.
Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan mengatakan turunnya impor dari China mendorong turunnya total impor Jatim selama Januari 2020, dengan total penurunan 1,08 persen, yakni dari 2,05 dolar AS pada Desember 2019, menjadi 2,02 dolar AS pada Januari 2020.
"Turunnya impor ini terjadi baik migas maupun nonmigas dan terbanyak dari China, yakni sebesar 16,44 persen, dari 595,89 juta dolar AS pada Desember 2019 menjadi 497,93 juta dolar AS pada Januari 2020," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Ketua Umum Kadin Jawa Timur Adik Dwi Putranto di Surabaya, Jumat, mengatakan, pertumbuhan industri daur ulang plastik di Jatim karena sebagian besar pengusaha lebih memilih mendaur ulang plastiknya, daripada harus menunggu dibukanya kran impor plastik China.
"Kalau menurut catatan kami, pertumbuhan industri daur ulang plastik di Jatim saat ini rata-rata dua persen pascacorona, dan ini sebagai alternatif susahnya impor plastik dari China," kata Adik, kepada wartawan di Kantor Kadin Jatim.
Selain daur ulang plastik, kata Adik, beberapa industri di Jatim juga telah dijadikan alternatif beberapa pengusaha sebagai langkah untuk bertahan di tengah wabah virus corona.
Adik mengakui, wabah corona yang gencar diberitakan telah mengganggu dunia usaha di Jatim, sehingga beberapa industri alternatif mulai bermunculan sebagai langkah untuk bertahan.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), akibat merebaknya virus corona, impor dari China ke Jatim turun 16,44 persen, dengan dominasi komoditas sayuran dan buah-buahan.
Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan mengatakan turunnya impor dari China mendorong turunnya total impor Jatim selama Januari 2020, dengan total penurunan 1,08 persen, yakni dari 2,05 dolar AS pada Desember 2019, menjadi 2,02 dolar AS pada Januari 2020.
"Turunnya impor ini terjadi baik migas maupun nonmigas dan terbanyak dari China, yakni sebesar 16,44 persen, dari 595,89 juta dolar AS pada Desember 2019 menjadi 497,93 juta dolar AS pada Januari 2020," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020