Jumlah penderita penyakit demam berdarah (DB) di wilayah Kota Madiun, Jawa Timur, selama tahun 2019 terpantau naik drastis dari tahun sebelumnya.

Data Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kota Madiun mencatat jumlah penderita demam berdarah selama tahun 2019 mencapai 245 orang dengan dua penderita di antaranya meninggal. Jumlah tersebut naik drastis dibanding jumlah penderita sepanjang tahun 2018 tercatat 78 kasus.

"Tahun lalu Jawa Timur peringkat pertama penyumbang angka DB terbanyak se-Indonesia. Peningkatan kasus terjadi hampir di semua kota/kabupaten," ujar Kepala Dinkes-KB Kota Madiun Agung Sulistya Wardani di Madiun, Sabtu.

Ia meminta warga Kota Madiun mewaspadai DB, khususnya saat musim hujan. Apalagi, sebanyak 90 persen dari 27 kelurahan di Kota Madiun tercatat merupakan daerah endemis.

"Parameternya, tiga tahun terakhir secara bertutut-turut selalu ada temuan kasus deamm berdarah," kata Wardani, sapaan Agung Sulistya Wardani kepada wartawan.

Menurut dia, peningkatan jumlah kasus tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya faktor lingkungan sosial seperti pendidikan, mobilitas, dan kepadatan penduduk juga berpengaruh.

Untuk mencegahnya, ia meminta warga Kota Madiun rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3 M. Selain itu juga menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal dan sekitarnya.

Dia menuturkan, gejala demam berdarah di antaranya mengalami demam tinggi mencapai 39-40 derajat. Selain itu, nyeri di perut dan pusing.

"Kalau mendapati gejala seperti itu segera periksakan ke dokter. Jika hasil laboratorium ternyata positif DB, maka harus dirawat intensif di rumah sakit," katanya.

Wardani menambahkan, selama musim hujan tidak hanya DB yang perlu diwaspadai, namun juga sejumlah penyakit lainnya. Yakni diare yang bisa menimbulkan dehidrasi. Jika dehidrasi telah parah, kondisi tersebut sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian.

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020