Pihak Universitas Jember angkat bicara terkait dengan pemberitaan ribuan mahasiswanya atau 22 persen dari 15.567 mahasiswa yang terpapar radikalisme berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember (Unej) pada akhir tahun 2017 hingga awal tahun 2018.
Ketua Tim Pemetaan Pemikiran Keagamaan di Pusat Pengembangan Pendidikan Karakter dan Ideologi Kebangsaan (P3KIK) LP3M Unej Akhmad Munir memaparkan hasil pemetaan radikalisme di kalangan mahasiswa Universitas Jember (Unej) dalam konferensi pers yang digelar Unej di aula Lantai 2 Gedung Rektorat Unej, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa.
"Pemetaan itu dilakukan dalam rangka deteksi dini dan melihat sejauh mana potensi benih-benih pandangan radikalisme mahasiswa di Unej dan pemetaan tersebut dilakukan pada tahun 2017, sehingga bukan data baru," katanya di Kampus Unej.
Baca juga: 22 persen mahasiswa Universitas Jember terpapar radikalisme
Universitas Jember menggelar konferensi pers, karena maraknya pemberitaan hasil penelitian yang disampaikan Ketua LP3M Unej Dr Akhmad Taufiq saat Festival HAM pada 20 November 2019 yang menyebutkan sebanyak 22 persen dari 15.567 mahasiswa Unej terpapar radikalisme. Namun, BNPT justru menyebutkan tren mahasiswa Unej yang terpapar radikalisme meningkat dibandingkan data tersebut.
Menurutnya, hasil pemetaan mahasiswa terpapar radikalisme yang disampaikan Ketua LP3M Unej sudah benar, namun data tersebut bersifat internal dan khusus untuk lembaga Unej demi perbaikan kelembagaan dalam perspektif kampus kebangsaan, sehingga seharusnya tidak disampaikan kepada publik dan hasil pemetaan tersebut sudah ditindaklanjuti ke dalam sejumlah agenda.
"Di antaranya rekonstruksi pengembangan kurikulum mata kuliah pendidikan agama Islam yang berorientasi pada keseimbangan perspektif keislaman dan kebangsaaan seperti tema teologi kebangsaan, demokrasi dan HAM dalam Islam, dan sebagainya," tuturnya.
Baca juga: Menag beberkan empat unsur radikalisme, apa saja?
Selain itu, lanjut dia, dilakukan penguatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dengan melibatkan organisasi Islam yang berprinsip moderat, kemudian pembinaan dan penataan masjid kampus, serta laboratorium pesantren dengan membina langsung mahasiswa oleh para kiai berpaham ahlussunnah wal jamaah.
"Ditambah lagi konseling keislaman oleh dosen-dosen pendidikan agama Islam dengan tujuan agar mahasiswa memegang prinsip moderatisme Islam, karena LP3M merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan agenda tersebut," ucapnya.
Munir menjelaskan studi pemetaan tersebut dilakukan berdasarkan nama, alamat, nomor induk mahasiswa (NIM), dan fakultas, sehingga tidak dimaksudkan untuk melakukan generalisasi populasi di seluruh mahasiswa Unej karena pemetaan tersebut dilakukan untuk mendeteksi diri benih-benih keagamaan keIslaman di kampus Unej dan mencegah potensi itu berkembang lebih jauh.
Sementara Kepala Humas Unej Agung Purwanto mengatakan pemberitaan yang menyebutkan 22 persen mahasiswa Unej terpapar radikalisme berdampak pada kelembagaan kampus, bahkan banyak orang tua mahasiswa Unej yang khawatir anaknya terpapar radikalisme.
"Penelitian itu tujuan utamanya ingin mengetahui pemikiran mahasiswa yang terindikasi awal benih-benih radikalisme, sehingga bukan berarti 22 persen mahasiswa Unej terpapar atau sudah memiliki pandangan radikal, sama sekali bukan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Ketua Tim Pemetaan Pemikiran Keagamaan di Pusat Pengembangan Pendidikan Karakter dan Ideologi Kebangsaan (P3KIK) LP3M Unej Akhmad Munir memaparkan hasil pemetaan radikalisme di kalangan mahasiswa Universitas Jember (Unej) dalam konferensi pers yang digelar Unej di aula Lantai 2 Gedung Rektorat Unej, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa.
"Pemetaan itu dilakukan dalam rangka deteksi dini dan melihat sejauh mana potensi benih-benih pandangan radikalisme mahasiswa di Unej dan pemetaan tersebut dilakukan pada tahun 2017, sehingga bukan data baru," katanya di Kampus Unej.
Baca juga: 22 persen mahasiswa Universitas Jember terpapar radikalisme
Universitas Jember menggelar konferensi pers, karena maraknya pemberitaan hasil penelitian yang disampaikan Ketua LP3M Unej Dr Akhmad Taufiq saat Festival HAM pada 20 November 2019 yang menyebutkan sebanyak 22 persen dari 15.567 mahasiswa Unej terpapar radikalisme. Namun, BNPT justru menyebutkan tren mahasiswa Unej yang terpapar radikalisme meningkat dibandingkan data tersebut.
Menurutnya, hasil pemetaan mahasiswa terpapar radikalisme yang disampaikan Ketua LP3M Unej sudah benar, namun data tersebut bersifat internal dan khusus untuk lembaga Unej demi perbaikan kelembagaan dalam perspektif kampus kebangsaan, sehingga seharusnya tidak disampaikan kepada publik dan hasil pemetaan tersebut sudah ditindaklanjuti ke dalam sejumlah agenda.
"Di antaranya rekonstruksi pengembangan kurikulum mata kuliah pendidikan agama Islam yang berorientasi pada keseimbangan perspektif keislaman dan kebangsaaan seperti tema teologi kebangsaan, demokrasi dan HAM dalam Islam, dan sebagainya," tuturnya.
Baca juga: Menag beberkan empat unsur radikalisme, apa saja?
Selain itu, lanjut dia, dilakukan penguatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dengan melibatkan organisasi Islam yang berprinsip moderat, kemudian pembinaan dan penataan masjid kampus, serta laboratorium pesantren dengan membina langsung mahasiswa oleh para kiai berpaham ahlussunnah wal jamaah.
"Ditambah lagi konseling keislaman oleh dosen-dosen pendidikan agama Islam dengan tujuan agar mahasiswa memegang prinsip moderatisme Islam, karena LP3M merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan agenda tersebut," ucapnya.
Munir menjelaskan studi pemetaan tersebut dilakukan berdasarkan nama, alamat, nomor induk mahasiswa (NIM), dan fakultas, sehingga tidak dimaksudkan untuk melakukan generalisasi populasi di seluruh mahasiswa Unej karena pemetaan tersebut dilakukan untuk mendeteksi diri benih-benih keagamaan keIslaman di kampus Unej dan mencegah potensi itu berkembang lebih jauh.
Sementara Kepala Humas Unej Agung Purwanto mengatakan pemberitaan yang menyebutkan 22 persen mahasiswa Unej terpapar radikalisme berdampak pada kelembagaan kampus, bahkan banyak orang tua mahasiswa Unej yang khawatir anaknya terpapar radikalisme.
"Penelitian itu tujuan utamanya ingin mengetahui pemikiran mahasiswa yang terindikasi awal benih-benih radikalisme, sehingga bukan berarti 22 persen mahasiswa Unej terpapar atau sudah memiliki pandangan radikal, sama sekali bukan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019