Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Jawa Bali dan Nusa Tenggara mengharapkan empat proyek besar sektor hulu migas di wilayah kerjanya bisa tuntas sesuai jadwal yang ditetapkan, guna mendukung target pencapaian lifting minyak dan gas secara nasional.

Kepala SKK Migas Jabanusa (Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) Nur Wahidi menjelaskan, keempat proyek strategis hulu migas itu semuanya ada di Provinsi Jawa Timur, masing-masing proyek Kedung Keris di Kabupaten Bojonegoro dengan operator ExxonMobil Cepu Ltd dan proyek Jambaran Tiung Biru di Kabupaten Bojonegoro dengan operator Pertamina EP Cepu.

Kemudian, proyek Bukit Tua Phase 3 yang dioperatori Petronas Carigali Ketapang II Ltd di Kabupaten Sampang dan terakhir proyek TSB Phase 2 dengan operator Kangean Energi Indonesia di Kabupaten Sumenep.

"Kami harapkan keempat proyek tersebut on schedule, karena selesainya proyek sesuai jadwal berpengaruh positif terhadap capaian target lifting yang telah ditetapkan pemerintah," kata Nur Wahidi pada kegiatan Lokakarya Media Periode III SKK Migas Jabanusa-KKKS di Badung, Bali, Selasa (19/11).

Kegiatan lokakarya yang diikuti pimpinan media massa itu menghadirkan Ketua Dewan Penasihat PWI Pusat Margiono, Direktur Riset & Data Katadata Heri Susanto, dan Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro.

Menurut Nur Wahidi, dukungan dari semua pemangku kepentingan, seperti pemerintah daerah, tokoh masyarakat, media massa, dan masyarakat sangat diharapkan dalam merealisasikan target penyelesaian proyek strategis tersebut.

Khusus untuk proyek Jambaran Tiung Biru, Nur Wahidi menjelaskan bahwa kemajuan proyek secara keseluruhan mencapai 37,72 persen, di mana kemajuan untuk pekerjaan engineering proyek sekitar 80,72 persen, procurement 40,36 persen, dan konstruksi 14,49 persen.

"Targetnya pada Juni 2021 proyek Jambaran Tiung Biru sudah tuntas dan mulai berproduksi. Dari proyek ini, target maksimum sales gas meningkat 10 persen secara nasional atau setara 192 juta kaki kubik per hari," kata Nur Wahidi.

Selama ini, lanjut Nur Wahidi, sebanyak 15 kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di kawasan SKK Migas Jabanusa yang sedang menjalankan eksploitasi migas. Selain itu, ada enam KKKS menjalankan aktivitas eksplorasi.
 
Kepala SKK Migas Jabanusa Nur Wahidi (tengah) saat membuka kegiatan Lokakarya Media Periode III SKK Migas Jabanusa-KKKS di Badung, Bali, Selasa (19/11/2019). (ANTARA Jatim/HO-AR)


Posisi Jabanusa dalam lifting migas nasional sangat penting dan menjadi backbone. Data 2018 mencatat realisasi lifting minyak dari Jabanusa sebesar 253,822 ribu barel per hari atau mencapai 102,60 persen dari target. Sedang target lifting gas sebesar 753,2 juta kaki kubik per hari.

Pada tahun 2019, target lifting minyak dari Jabanusa sebesar 258,169 ribu barel per hari dan hingga jelang akhir tahun ini tercapai 100,87 persen dari target. Untuk target lifting gas dari Jabanusa ditetapkan sebesar 731,3 juta kaki kubik per hari.

"Dukungan dari semua pihak itu sangat dibutuhkan SKK Migas Jabanusa dalam konteks ini, karena dari monitoring terkait perizinan dan pertanahan, hingga kini ada sejumlah masalah yang harus segera diselesaikan. SKK Migas bekerja untuk kepentingan nasional, sehingga sangat membutuhkan dukungan semua pihak," imbuh Nur Wahidi.

Ia menyebutkan, ada 13 masalah perizinan nonteknis, 77 masalah perizinan bahan peledak, lima masalah pengadaan tanah, dan tiga masalah izin pinjam pakai kawasan hutan.

Kendati menghadapi banyak tantangan, tambah Nur Wahidi, secara nasional hingga kuartal ketiga tahun 2019 capaian lifting gas sebesar 1.050 juta kaki kubik per hari dan lifting minyak 745 ribu barel per hari.

Penerimaan negara

Pada kesempatan itu, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro dalam paparannya mengemukakan bahwa melihat sektor hulu migas dalam konteks ekonomi nasional kekinian jangan hanya dalam perspektif penerimaan negara yang tergambar secara statistik di APBN. Dibutuhkan analisis input dan output yang bersifat multiplier effect kegiatan investasi hulu migas secara komprehensif.

"Terutama dalam sudut pandang bagaimana investasi dan kegiatan hulu migas memberikan kontribusi pada pembentukan produk domestik bruto (PDB) nasional dan porsi tenaga kerja yang terlibat," jelasnya.

Menurut Komaidi, dari kegiatan investasi hulu migas membutuhkan 73 sektor pendukung dan 45 sektor pengguna. Dari 73 sektor pendukung tersebut memberikan kontribusi PDB sebesar 55,99 persen dan porsi tenaga kerja yang ditarik sebesar 61,53 persen.

Untuk sektor pengguna, besaran kontribusi PDB yang dihasilkan sekitar 27,27 persen dan porsi tenaga kerja yang ditarik sebesar 19,34 persen. "Dari perspektif ini, posisi hulu migas tetap strategis dan mesti didukung semua stakeholder," tambahnya.

Pada tataran global, lanjut Komaidi, kendati kampanye dan inovasi teknologi energi baru terbarukan (EBT) atau energi nonfosil terus dilakukan, namun tren permintaan minyak dan gas secara global cenderung bergerak naik secara konstan.

Negara-negara seperti India, China, dan sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara sampai tahun 2050 masih menjadi konsumen minyak dan gas dalam volume besar, mengingat besaran angka demografi dan pertumbuhan ekonomi yang terus bergerak.

Komaidi menambahkan, jika perang dagang antara Amerika Serikat dengan China mereda dan dinamika pertumbuhan ekonomi global menggeliat kembali, permintaan migas di pasar internasional diperkirakan meningkat tinggi.

Pewarta: Didik Kusbiantoro

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019