Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Pamekasan, Jawa Timur, menggencarkan sosialisasi antisipasi bencana yang biasa terjadi saat pergantian musim seperti sekarang ini.

"Langkah ini kami lakukan, agar masyarakat memiliki pemahaman tentang teknik menanggulangi bencana," kata Supervisor Tim Pusat Pengendalian Operasional Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB) Budi Cahyono di Pamekasan, Senin.

Sejumlah lembaga pendidikan, pondok pesantren, puskesmas, dan kelompok masyarakat menjadi sasaran sosialisasi penanggulangan bencana.

Menurut Budi, sosialisasi penting dilakukan agar masyarakat bisa mengetahui teknik penanggulangan bencana apabila terjadi bencana alam, seperti angin puting beliung, angin kencang dan berbagai jenis bencana lainnya seperti tanah longsor.

Ia menjelaskan, fenomena angin puting beliung biasanya terjadi dengan cepat dengan kecepatan sekitar 120 kilometer perjam atau lebih. Fenomena ini biasanya terjadi di daerah tropis di antara garis balik utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan garis khatulistiwa.

"Jenis angin ini terjadi karena perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Itu sebabnya, fenomena alam ini lebih banyak terjadi pada masa pergantian musim atau pancaroba," kata Budi.

Biasanya angin puting beliung bergerak secara lurus dan berlalu setelah maksimal 5 menit. Meski terbilang singkat, angin ini bisa menyebabkan kerusakan atau menghancurkan apa saja yang ada di depannya. Bahkan kejadian alam ini juga bisa menelan korban jiwa.

Budi menjelaskan, tanda-tanda angin puting beliung yang perlu dipahami masyarakat antara lain, cuaca sangat gerah sebelum kejadian, munculnya awan putih yang bergerombol dan berlapis-lapis di langit.

"Dan tak lama setelah itu terlihat gumpalan awan gelap, besar, dan tinggi yang sekilas mirip seperti kembang kol. Terdengar suara petir dan guruh kencang yang saling bersahutan dari kejauhan," katanya.

Jika warga mengetahui tanda-tanda tersebut, Budi menyarankan agar hendaknya berhati-hati.

Menurut dia, ada beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai antisipasi. Antara lain, jika berada dalam ruangan hendaknya segera menutup jendela, mematikan semua aliran listrik dan peralatan elektronik, dan mencopot regulator tabung gas untuk mencegah kebakaran.

Selain itu juga perlu menjauh dari sudut ruangan, pintu, jendela, dan dinding terluar bangunan.

Jika sedang berada di dalam kendaraan, maka hendaknya segera menghentikan laju kendaraan lalu cari tempat perlindungan yang terdekat.

"Jika sedang berada di luar ruangan, dan jika terasa ada petir akan menyambar, maka segeralah membungkuk, duduk dan peluk lutut anda ke dada," ujar Budi.

Ia juga mengingatkan agar warga tidak tiarap di atas tanah, tetapi hendaknya masuk ke dalam rumah yang diperkirakan kokoh.

"Hindari berlindung di dekat tiang listrik, papan reklame, jembatan, dan jalan layang," kata Budi.

Teknik upaya pencegahan ini, sebagai upaya untuk menekan risiko apabila terjadi bencana alam.

Menurut Budi, jenis bencana alam yang sering terjadi di Pamekasan saat musim hujan dan pancaroba adalah angin puting beliung, angin kencang, tanah longsor dan banjir.

Angin puting beliung dan angin kencang sering terjadi di Kecamatan Pademawu, Tlanakan, Pakong dan Kecamatan Pasean.

Sedangkan bencana tanah longsor di Kecamatan Pakong, Pegantenan, Palengaan, Waru dan Pasean.

"Kalau banjir yang sering terjadi di Kecamatan Pamekasan dan Kecamatan Pademawu," katanya.

Guna memperluas akses sosialisasi ini, pihak BPBD Pemkab Pamekasan menggandeng Forum Relawan Penanggulangan Bencana (FRPB) Pamekasan.

Pewarta: Abd Aziz

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019